Clara Zetkin, Pencetus Hari Perempuan Internasional

CLARA ZETKIN German Communist and Feminist at a political rally (1857 - 1933) - lemde

CLARA ZETKIN, nama gadisnya adalah Clara Eissner, (lahir 5 Juli 1857, Wiederau, Saxony [Jerman]—meninggal 20 Juni 1933, Arkhangelskoye, Rusia), pemimpin feminis, Sosialis, dan Komunis Jerman, yang setelah Perang Dunia I berperan utama dalam Partai Komunis baru Jerman (Kommunistische Partei Deutschlands; KPD) dan Komintern (Third International).

Clara Eissner dididik di Sekolah Tinggi Guru Leipzig untuk Wanita, dan saat di sekolah tercatat ia sudah menjalin kontak dengan cikal bakal Sozialdemokratische Partei Deutschlands (SPD; Partai Sosial Demokrat). Ayahnya, Gottfried Eissner, adalah kepala sekolah yang disegani sekaligus taat beragama sebagai seorang protestan. Ibunya, Josephine Vitale Eissner juga merupakan keturunan orang terpandang dan terdidik.

Setelah kematian sang ayah, keluarga Clara bangkrut. Di tengah-tengah kondisi terpuruk, ibunya terus mendorong Clara untuk maju dan menyelesaikan pendidikan tinggi. Pada masa-masa sekolah itu, Clara selalu dihadapkan pada buruh-buruh yang bekerja di bawah cerobong asap yang besar dan merasa hidup mereka tertekan, terlebih karena masalah kesehatan. Hal tersebut sangat membekas di ingatan Clara.

Karena menikah dengan Ossip Zetkin (1848–89), seorang yang diasingkan, Clara pun menghabiskan sebagian besar tahun 1880-an di pengasingan di Swiss dan Paris, ia menulis dan mendistribusikan literatur ilegal dan bertemu banyak Sosialis internasional terkemuka.

Kenyataannya Clara Zetkin telah terlibat dengan gerakan sosialisme di Jerman sejak tahun 1870-an. Ia juga seorang juru kampanye yang gigih untuk hak-hak perempuan dan hak pilih universal. Meski usulannya saat konferensi di Kopenhagen menjadi warisan besar bagi pergerakan kolektif perempuan di seluruh dunia, Zetkin justru berpandangan bahwa sosialisme adalah satu-satunya gerakan yang benar-benar dapat melayani kebutuhan perempuan kelas pekerja.

Clara Zetkin menjadi sosok besar di seluruh dunia. Karena ia yang memberi dasar gagasan sebuah momen yang diperingati di seluruh dunia sebagai International Women’s Day (Hari Perempuan Internasional).

Terbalik dengan perayaan Hari Perempuan Internasional yang menjadi momen penting bagi kaum feminis, Zetkin justru berpandangan bahwa feminisme adalah pelestarian kelas atas dan menengah. Selain terlibat dalam gerakan sosialisme, Zetkin juga terkenal karena keterampilan berpidatonya yang ulung. Ia bergabung dengan Partai Komunis Jerman, dan menjabat di Reichstag (dewan legislatif) dari 1920 hingga 1933, ketika partai itu dilarang oleh Adolf Hitler.

Zetkin mengenal gerakan perempuan dan buruh dari diskusi-diskusi selama di pengasingan di Swiss dan Paris. Selama itu Zetkin terus menulis dan mendistribusikan literatur ilegal mengenai perempuan dan buruh.  Setelah berpartisipasi dalam kongres pendiri Sosialis Internasional Kedua (1889), dirinya kembali ke Jerman bersama anak-anaknya. Zetkin kembali menulis mengenai Sosialis Die Gleichheit atau kesetaraan wanita dari 1892 hingga 1917.

Pada 1907, dirinya mengadakan Kongres Perempuan Sosialis Internasional. Pada 1920-1933, Zetkin diangkat menjadi pengurus comintern. Dirinya juga mengelola newsletter Die Kommunistin. Tidak berhenti di situ, Zetkin membentuk komite perempuan komunis di berbagai negara dan mempertemukan semuanya pada kongres untuk membahas isu perempuan pekerja dan kesejahteraan sosial bagi ibu-anak. Zetkin kukuh menyuarakan isu-isu kesetaraan perempuan. Bagi Zetkin ada kebutuhan bagi perempuan untuk mengerti bentuk-bentuk penindasan yang terjadi di ruang privat dan publik.

Usulan Zetkin kemudian dikenang di seluruh dunia. Dalam Konferensi Perempuan Sosialis II di Kopenhagen, ditetapkan 8 Maret sebagai Hari Perempuan Internasional. Momen tersebut sekaligus untuk mengenang dan mengambil semangat gerakan protes buruh garmen di New York pada 1857 dan 1908.

Pada akhirnya Zetkin kembali terpilih sebagai anggota Reichstag pada tahun 1932, yang menjadikannya sebagai anggota tertua saat itu. Clara Zetkin meninggal dunia pada 20 Juni 1933 dalam usia 76 tahun di pengasingan di Arkhangelskoye. Dalam obituari yang ditulis oleh Manchester Guardian, Zetkin disebut sebagai ‘nenek buyut komunisme’. Meski demikian, menurut obituari itu, warisan besar Zetkin, yakni Hari Perempuan Internasional, dan kontribusinya di berbagai bidang juga harus diakui, dan dirayakan.

Clara Zetkin disebut Ibu Besar Revolusi oleh Presiden Sukarno, peringatan Hari Perempuan Internasional di Indonesia selalu dirayakan di tahun 1950 hingga awal 1960-an. Terutama oleh Gerakan Wanita Sedar (Gerwis) yang kemudian berubah menjadi Gerwani. Peringatan Hari Perempuan Internasional di tahun 1966 tampaknya menjadi yang terakhir di Indonesia saat itu. Karena tidak ada peringatan serupa selama pemerintahan Soeharto, yang menggantikan Presiden Sukarno. Namun, pada Era Reformasi, nama Zetkin kembali muncul meskipun gaungnya tidak sekuat pada masa Orde Lama. [S-21]