Seorang antropolog Belanda,  Profesor Cornelis van Vollenhoven pada tahun 1917 juga memperkenalkan kata “Indonesisch” sebagai pengganti “Indisch” (Hindia). Sejalan dengan penamaan tersebut, kata “inlader” (yang bermakna pribumi) diganti dengan “Indonesier” (yang bermakna orang Indonesia).

Orang Indonesia pertama yang menggunakan kata Indonesia adalah Suwardi Suryaningrat atau yang lebih dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara. Ia mendirikan biro pers di Belanda, ketika dalam masa pembuangan di sana, dengan nama Indonesische Persbureau. Lalu juga atas usul seorang mahasiswa Indonesia di Rotterdam, Mohammad Hatta, yang kuliah di Sekolah Tinggi Ekonomi, organisasi pelajar mahasiswa Hindia di Negeri Belanda yang didirikan pada tahun 1908, Indische Vereeniging diubah namanya menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Juga majalah organisasinya  dari ”Hindia Poetra” menjadi “Indonesia Merdeka”.

Perubahan terus terjadi, di tanah air, Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924 dan tahun berikutnya dibentuk Nationaal Indonesische Padvinderij (Kepanduan Nasional, 1925).

Baca juga  Cara Belanda Melihat Perang Kemerdekaan Indonesia

Akhirnya pada tahun 1928 nama Indonesia diproklamirkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa pada ‘Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia’ yang berlangsung pada tanggal 28 Oktober. Dengan diiringi lagu Indonesia Raya yang dimainkan oleh komponisnya langsung, Wage Rudolf Soepratman.

Nama ‘Hindia Belanda’ akhirnya lenyap dengan datangnya tentara Jepang pada 8 maret 1942. Kemudian pada tanggal 17 Agustus 1945 bersamaan dengan pernyataan Proklamasi Kemerdekaan lahirlah Republik Indonesia. [Nora E]

*tulisan ini pertama dimuat Agustus 2021