Campak Jangkiti 48 Warga Terpencil di Mamasa

Warga Desa Malatiro di posko kesehatan yang dibentuk Dinas Kesehatan Mamasa (Fendy Christian)

Koran Sulindo – Sedikitnya 48 orang penduduk dari enam dusun di Desa Malatiro, Tabulahan, Mamasa terjangkit wabah campak. Mereka mengalami bengkak pada mata dan memerah serta sekukujur tubuh gatal-gatal.

Kepala Puskesmas Tabulahan Iriana mengatakan penyakit campak ini mulai dilaporkan warga yang menjadi korban pada Selasa (13/2) pekan lalu.

Informasi awal menyebut sedikitnya enam warga di Kampung Tua mengalami gatal-gatal dan kemerahan pada mata.

“Begitu kami dapat laporan, kami langsung membentuk tim reaksi cepat termasuk kordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupatan. Siangnya kami berangkat ke lokasi dan ternyata tak hanya enam tapi sudah 31 orang yang terjangkit,” kata Iriana seperti dikutip dari transtipo.com.

Dibantu petugas dari Dinas Kesehatan Mamasa, Puskesmas Tambulahan membentuk posko pengobatan di desa tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh saat ini sudah terdapat 48 orang warga yang diduga terjangkit campak.

Iriana juga menambahkan sebelumnya warga di kecamatan tersebut juga terserang campak pada Desember lalu. Enam warga sempat dilaporkan terjangkit campak dengan gejala yang sama, tiga di antaranya dinyatakan positif setelah melalaui pemeriksaan laboratorium. Namun hal tersebut dengan cepat segera tertangani.

“Banyak warga yang enggan anaknya diimunisasi campak sejak lahir karena pemahaman mereka terhadap kesehatan masih tradisional,” kata Iriana menjelaskan.

Camat Tabulahan Usman menambahkan sebagian besar warga yang ada di desa tersebut masih hidup ala masyarakat primitif dan masih memegang teguh aliran kepercayaan yang menolak pelayanan kesehatan seperti imunisasi campak gratis bagi anak-anak mereka.

“Ini tantangan bagi petugas kesehatan untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat agar mereka sadar akan pentingnya pelayanan kesehatan bagi mereka,” kata Usman.

Merebaknya penyakit campak diduga terjadi karena kurangnya kesadaran penduduk setempat untuk melakukan imunisasi campak bagi anak-anak mereka sejak dini. Sebagian warga yang berada daerah itu masih kental dengan adat dan istiadat serta kepercayaan mereka.

Desa Malatiro adalah sebuah desa terpencil di lereng pegunungan dan berbatasan dengan Kecamatan Kalukku di Mamuju, Sulawesi Barat. Desa itu berjarak lebih dari 80 km dari ibukota Kabupaten Mamasa.

Minimnya infrastuktur jalan dan jembatan membuat warga desa terpencil jarang bepergian ke kota. Hasil pertanian mereka burpa buah-buahan umumnya digunakan untuk konsumsi sendiri dan jarang diperjualbelikan.

Mamasa adalah wilayah pemekaran dari Kabupaten Polewali Mamasa atau Polmas. Wilayah yang mayoritas dihuni etnis Mandar menjadi Polewali Mandar, sedangkan Mamasa yang terpengaruh Toraja menjadi kabupaten sendiri.[TGU]