Camp Darby, Gudang Senjata Terbesar AS di Luar Negeri

Kendaraan perang AS siap dimuat ke kapal Liberty Passion untuk dikirim ke medan perang.

Koran Sulindo – Pada tanggal 8 Agustus silam, kapal Ro/Ro raksasa Liberty Passion merapat di pelabuhan Livorno.

Berturut-turut kemudian menyusul Liberty Promise merapat tanggal 2 September dan Liberty Pride yang dijadwalkan sandar 9 Oktober.

Tak hanya sekali, ketiga kapal itu direncanakan bakal kembali ke Livorno berturut-turut pada tanggal 10 November, 15 Desember dan 12 Januari tahun depan.

Meski ketiga kapal itu merupakan kapal Ro/Ro dengan 12 dek yang masing-masing mampu menampung 6.500 mobil, mereka tak sedang membawa mobil ke Livorno, tapi tank.

Kapal-kapal itu bagian dari 63 kapal swasta yang disewa Pentagon untuk mengangkut semua senjata-senjata dari pelabuhan di AS ke Mediterania, Timur Tengah, dan Asia.

Livorno menjadi perhentian utama kapal-kapal itu karena pelabuhannya terhubung dengan pangkalan AS di Camp Darby yang terletak antara Pisa dan Livorno. Basis logistik di Camp Darby ini merupakan gudang senjata terbesar AS di luar negara asal.

Pangkalan itu secara resmi dioperasikan pada 15 November 1952 dan pemberian namanya digunakan untuk mengenang Brigadir Jenderal William O. Darby, Asisten Divisi Komandan Divisi Gunung ke-10, yang dibunuh oleh artileri musuh tanggal 30 April 1945 di tepi Danau. Garda, Italia.

Komandan garnisun Angkatan Darat AS di Italia Kolonel Erik Berdy meski tak spesifik menyebut isi 125 bungker di Camp Darby memperkirakan sedikitnya terdapat lebih dari satu juta proyektil artileri, bom udara dan rudal serta ribuan tank, kendaraan, dan material militer lainnya.

Tentu saja tak dikecualikan bahwa di pangkalan itu kemungkinan tersimpan senjata nuklir dalam waktu dekat.

Menurut Berdy, Camp Darby memainkan peran kunci pasokan AD dan AU AS yang jauh lebih cepat daripada jika dipasok langsung dari AS.

Pangkalan ini juga yang menjadi sumber sebagian besar senjata yang dipakai dalam pertempuran di Irak, Yugoslavia, Libya, dan Afghanistan.

Meningkatnya transit senjata dari Camp Darby membuat kanal dan rute darat dari pangkalan ke pelabuhan Livorno dan bandara di Pisa tidak lagi memadai.

Reorganisasi besar-besaran infrastruktur telah ditentukan termasuk membangun jalur kereta api baru. Camp Darby juga memanfaatkan jalur udara melalui bandara militer Pisa untuk penyebaran yang lebih cepat.

Diketahui sejak bulan Maret 2017 kapal-kapal besar yang sandar setiap bulan di Livorno itu mengirim senjata dari Camp Darby menuju pelabuhan Aqaba di Yordania, Jeddah di Arab Saudi dan pelabuhan Timur Tengah lainnya untuk digunakan pasukan AS dan sekutu di perang mereka di Suriah, Irak, dan Yaman.

Dua hari sebelum pengiriman itu di Washington, Presiden Trump menerima Raja Abdullah untuk kedua kalinya sejak Februari 2018 yang menegaskan dukungan AS ke Yordania pada ancaman teroris dari Suriah.

Belakangan terbukti di Yordania instruktur-instruktur AS, Inggris dan Prancis justru melatih militan yang tergabung dalam Free Syrian Army untuk serangan-serangan teror di Suriah.

Berbagai laporan menunjukkan meningkatnya jumlah pasukan AS, yang dilengkapi dengan kapal tanker dan kendaraan lapis baja terus bergerak ke perbatasan Yordania-Suriah. Tujuannya?

Tentu saja menguasai atau menggunakan bahkan jika perlu pasukan Yordania, untuk mendukung kelompok pemberontak di wilayah Suriah selatan, tempat di mana pasukan khusus AS dan Inggris beroperasi.

Pada awal Februari itu, Presiden Trump juga mendiskusikan “kemungkinan membangun zona aman di Suriah” dengan Raja Abdullah. Zona aman adalah istilah generik untuk menyebut balkanisasi Suriah.

Belakangan, semua rencana itu berantakan karena wilayah itu berhasil direbut Tentara Suriah tanpa perlawanan berarti.[TGU]