Koran Sulindo – Sejak pemilihan umum pertama digelar setelah bergulirnya reformasi di negara ini, Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan mendapat banyak dukungan dari rakyat Indonesia. PDI Perjuangan menjadi tumpuan harapan sebagian besar rakyat untuk mewujudkan kemajuan Indonesia di segala bidang.
Sampai sekarang, dukungan dari rakyat terus mengalir, termasuk dari generasi milineal. Selama ini, PDI Perjuangan juga dikenal sebagai partai politik dengan pendukung loyal terbesar.
Mengenai bukti dukungan itu antara lain bisa dilihat dari hasil survei yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada 7-13 Desember 2017 lalu. Dari survei nasional yang melibatkan 1.220 responden ini antara lain terungkap, PDI Perjuangan akan memperoleh suara jauh lebih besar pada Pemilu 2019 dibandingkan hasil Pemilu 2014.
Diungkapkan Direktur Utama SMRC Djayadi Hanan, dari survei tersebut diketahui, PDI Perjuangan menjadi satu-satunya partai politik yang menunjukkan peningkatan dukungan suara yang signifikan. “Pada Pileg 2014, PDI Perjuangan memperoleh suara sebesar 18,95 persen; sementara, menurut Survei SMRC Desember 2017, dukungan pada PDI Perjuangan telah mencapai angka 27,6 persen,” kata Djayadi di Jakarta, 2 Januari 2018 silam.
Ternyata, dalam survei Litbang Kompas terbaru, yang diselenggarakan pada periode 21 Maret-1 April 2018, tingkat keterpilihan atau elektabilitas PDI Perjuangan semakin besar. PDI Perjuangan masih berada di urutan teratas, dengan tingkat elektabilitas 33,3%.
Survei itu dilakukan dengan tatap muka terhadap 1.200 responden, yang dipilih secara acak bertingkat di 32 provinsi dan jumlahnya ditentukan secara proporsional. Tingkat kepercayaan 95%, margin of error plus-minus 2,8%. Hasilnya dirilis pada 25 April 2018 lalu.
Kendati merupakan partai politik dengan jumlah pendukung terbesar, PDI Perjuangan sepanjang masa reformasi baru mengajukan dua tokohnya dalam pemilihan presiden, yakni Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Joko Widodo. Dalam Pemilihan Presiden 2019 mendatang, nama Joko Widodo atau Jokowi sudah dinyatakan akan dimajukan lagi oleh PDI Perjuangan sebagai calon presiden.
Siapa yang akan mendampingi Jokowi sebagai calon wakil presidennya? Perlu banyak pertimbangan untuk memutuskan hal tersebut. Namun, yang pasti, calon wakil presiden yang akan diusung nanti mestilah bisa bekerja sama dengan presiden bila telah bertugas. Yang tak kalah pentingnya, karena PDI Perjuangan sebagai pendukung utamanya, calon wakil presiden itu juga harus memahami dengan baik hal-ihwal PDI Perjuangan, mulai dari sejarah panjangnya, ideologinya, sampai apa-dan-bagaimana upaya yang diperjuangkan untuk mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia: masyarakat adil dan makmur.
Dengan demikian, prioritas utama untuk calon wakil presiden yang layak diusung adalah kader dari PDI Perjuangan sendiri. Apalagi, PDI Perjuangan punya banyak kader yang memiliki kapabilitas untuk menunaikan tugas tersebut.
Banyak kalangan juga memiliki penilaian serupa, termasuk dari kalangan PDI Perjuangan sendiri. Sejumlah tokoh PDI Perjuangan bahkan mengatakan, Puan Maharani, yang kini Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, akan diprioritaskan sebagai calon wakil presiden.
Informasi tersebut dibenarkan politisi senior PDI Perjuangan, Emir Moeis. Ia mengungkapkan, selain Puan, partainya juga telah menyiapkan sejumlah kader untuk mendampingi Jokowi pada Pilpres 2019. “Mereka antara lain Mohammad Rizki Pratama, Muhammad Prananda Prabowo, Pramono Anung, Hasto Kristiyanto, Tjahjo Kumolo, dan Yasonna Laoly. Yang pasti, PDI Perjuangan akan mendukung dan memberi kesempatan kepada kader-kadernya untuk memberikan bakti terbaiknya bagi Ibu Pertiwi,” ujar Pendiri dan Pemimpin Umum Koran Suluh Indonesia ini.
Langkah yang berani, di tengah iklim pragmatisme politik yang kini tengah melanda. Namun, harus diakui, langkah tersebut bisa memberi pelajaran berharga bagi bangsa ini.
PDI Perjuangan menunjukkan, pekerjaan partai politik yang sesungguhnya tidak melulu berkutat pada upaya meraih dan mempertahankan kekuasaan. Harus ada pula pembinaan kader dan masyarakat, agar semakin disadari pentingnya berorganisasi politik untuk memperjuangkan kepentingan bangsa dan negara dalam skala yang luas; berpolitik yang mampu mendengarkan dan merasakan denyut nadi rakyat.
Langkah tersebut bisa dikatakan sebagai upaya PDI Perjuangan mengolah kemauan massa dari onbewust (belum sadar) menjadi kemauan massa yang bewust (sadar). Ini merupakan salah satu tugas yang sudah seharusnya dijalankan partai pelopor, seperti pernah dikatakan Bung Karno. [PUR]