Bung Karno: Sosok yang Dicintai Sekaligus “Dibenci” Dunia

Bung Karno ketika berkunjung ke Rusia pada 1956 [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Tidak sulit untuk melukiskan sosok seorang Soekarno. Seperti dituliskan Cindy Adams dalam biografinya berjudul Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, cara paling mudah melukiskan diri Soekarno adalah dengan menamakannya seorang yang maha-pencinta.

Soekarno, demikian Cindy Adams, sosok yang mencintai negerinya, ia mencintai rakyatnya, ia mencintai wanita, ia mencintai seni dan melebihi daripada segala-galanya, ia cinta kepada dirinya sendiri. Ia menjadi seorang manusia yang mudah terbawa perasaan. Seorang pengagum. Ia akan menarik napas panjang apabila menyaksikan pemandangan yang indah.

“Jiwanya bergetar memandangi matahari terbenam di Indonesia. Ia menangis di kala menyaksikan lagu spiritual orang negro,” tulis Cindy Adams.

Dari sini, kita pun menjadi tahu dan boleh jadi itu pula mengapa Soekarno dicintai pemimpin dan rakyat dunia di masanya. Juga sekaligus dibenci pemimpin-pemimpin negara-negara penjajah. Kisah Soekarno menjadi sosok yang dicintai dan sekaligus dibenci itu bermula dari 1945. Ia yang seorang laki-laki dan dikenal hanya dengan nama Soekarno menjadi presiden pertama Indonesia.

Ia mendapat dukungan yang luas dari massa rakyat ketika itu setelah memimpin gerakan melawan pemerintah kolonial Belanda. Ia menjadi presiden dengan dukungan rakyat secara luas yang luar biasa. Ia dianggap menjadi pahlawan nasional. Reputasinya sebagai maha-pecinta itu pula yang kadang kala membawanya kepada citra”buruk”. Di samping dikenal sebagai orang yang begitu mencintai negaranya, Soekarno juga dikenal sebagai pencinta wanita.

Ia tidak menyadari dan mengantisipasi soal itu. Kebiasaannya itu lantas dimanfaatkan beberapa badan intelijen yang paling kuat di dunia. Itu terjadi pada masa Perang Dingin antara Blok Barat di bawah Amerika Serikat (AS) dan Blok Timur di bawah Uni Soviet. Ketika itu, Indonesia di bawah Soekarno memainkan peran penting apalagi sebagai negara kepulauan terbesar, strategis dan kerap “menggoda” negara-negara Barat dan Uni Soviet.

Bung Karno – panggilan akrab Soekarno – merupakan pemimpin yang lahir setelah Perang Dunia II. Kemudian bersama dengan orang-orang seperti Nehru, Nasser, Tito dan Nkrumah membentuk apa yang dikenal hari ini sebagai Konferensi Asia-Afrika atau Konferensi Bandung pada 1955. Secara kolektif negara-negara Asia-Afrika itu menentang penjajahan dan tidak berada di salah satu blok pada era Perang Dingin. Mereka begitu percaya dan menggantungkan dirinya pada jutaan rakyat di tiap-tiap negara yang masih baru merdeka itu.

Kendati bukan seorang komunis, Bung Karno bersekutu dengan kaum komunis di samping juga menjalin kerja sama dengan kekuatan ideologi politik lainnya seperti nasionalis dan Islam. Ia karena itu kemudian menyusun konsep pemerintahannya berdasarkan nasionalis, agama dan komunis. Kecenderungan ideologinya yang “kiri” itu membuat Bung Karno dicintai sekaligus dibenci terutama pemimpin negara-negara Barat.

Atas alasan ini, menurut sebuah tulisan The CIA and KGB Both Tried to Blackmail This World Leader With Sex Tapes, sama sekali tidak ada keraguan Moskwa dan Washington memainkan lembaga intelijen mereka untuk saling tarik menarik terhadap Indonesia dalam beberapa dekade. Dalam situasi yang lebih putus asa, kedua lembaga intelijen negara tersebut membuat sebuah video porno fiktif untuk Soekarno. Termasuk film porno yang diproduksi CIA dan juga KGB. Akan tetapi, tidak semua rencana berjalan dengan baik.

Simpati Bung Karno pada komunisme terutama pada Partai Komunis Indonesia (PKI) dan jalinan kerja sama yang mesra antara Indonesia, Uni Soviet dan Tiongkok, meyakinkan Amerika Serikat (AS) untuk secepatnya menyingkirkannya. Perdana Menteri Inggris Maurice Harold Macmillan dan Presiden John F. Kennedy kala itu berdasarkan catatan CIA lalu merancang penggulingan Bung Karno. Akan tetapi, semuanya dilakukan tergantung situasi dan peluang yang ada.

CIA dan KGB
Sesungguhnya rancangan untuk menyingkirkan Bung Karno sudah jauh-jauh hari dilakukan CIA. Tidak hanya ketika hubungan Bung Karno dan komunisme sedang “mesra-mesranya”. CIA menurut Evan Thomas dalam bukunya berjudul The Very Best Men: The Daring Early Years of the CIA telah menghabiskan US$ 1 juta dollar untuk mencoba mengintervensi hasil pemilihan umum Indonesia pada 1955.

Akan tetapi, hasil pemilu itu tentu saja mengejutkan CIA. Pasalnya, PKI, sekutu komunis Bung Karno meraup 6 juta suara dalam pemilu itu. Lalu, 2 tahun berikutnya, Bung Karno memperkuat kerja sama Indonesia dengan Beijing dan Moskwa. Setelah gagal pada 1955, CIA kemudian mencoba metode lain, semisal menjalin hubungan dengan pemberontak di dalam negeri. Tentu saja harapannya lewat pemberontakan itu Bung Karno berhasil didongkel dari kekuasaannya walau dengan risiko bahwa AS adalah dalang pemberontakan tersebut.

Cara lain yang ditempuh CIA adalah dengan mengeksploitasi sebuah informasi sumir yang menyebutkan perselingkuhan Soekarno dengan seorang pramugari – yang diduga adalah mata-mata KGB. Ketika itu, CIA hanya mengandalkan desas-desus perselingkuhan itu untuk dieksploitasi sedemikian rupa. Mereka menyebarkannya ke penjuru dunia: Soekarno telah jatuh ke pelukan seorang perempuan yang diduga sebagai mata-mata KGB. Indonesia lantas disebut telah berada di bawah kontrol Uni Soviet.

Laporan dan berita mengenai skandal Soekarno dan pramugari berambut pirang menyebar masif. Eratnya hubungan Soviet dan Indonesia disebut menjadi bukti bahwa Soekarno memang benar menjalin hubungan dengan perempuan Rusia yang diduga agen KGB itu. Selama kunjungannya ke Soviet, Bung Karno disebut ditemani pramugari yang sama. Pun ketika pejabat Uni Soviet mengunjungi Indonesia, pramugari tersebut juga ikut dalam delegasi. Akan tetapi, CIA tampaknya melupakan satu hal: status Soekarno yang menjadi pemimpin revolusi di Indonesia.

Lalu bagaimana KGB ingin memanfaatkan kecintaan Soekarno pada wanita? Terlepas dari kontroversi mengenai adanya operasi intelijen itu, KGB berupaya memanfaatkan sifat Soekarno itu dengan mengirimkan rombongan perempuan muda yang berprofesi sebagai pramugari untuk menemaninya di hotel tempatnya menginap ketika di Rusia. Seperti CIA, KGB juga lupa akan satu hal: Soekarno tidak pernah menyembunyikan kecintaannya kepada wanita.

Kendati dibenci, Soekarno sebagai pemimpin baru dari negara Dunia Ketiga juga dicintai oleh berbagai negara termasuk Amerika Serikat. Buktinya Presiden Kennedy mengundang dan menyambut baik ketika Bung Karno tiba di AS. Kedekatan kedua orang ini bermula dari peristiwa pesawat B-26 yang pilotnya bernama Allan Pope ditembak di sekitar Pulau Morotai, kepulauan di timur Indonesia, pada saat pemberontakan PRRI-Permesta berkobar sekitar 1958. Rakyat AS dan pemerintahnya terus berupaya membebaskan Pope. Namun semua usaha itu mentok.

Hingga pada suatu waktu, Presiden Kennedy yang menjabat sebagai Presiden AS sejak Januari 1961 langsung menghubungi Soekarno. Tiga bulan sejak undangan itu, Soekarno memenuhi permintaan Kennedy dan berkunjung ke AS pada April 1961. dalam kunjungannya itu, Kennedy sempat membawa Bung Karno berkeliling dengan menggunakan helikopter dan berbicara empat mata.

Soekarno juga menjadi sosok istimewa bagi pemimpin seperti Nehru (India), Kwame Nkrumah (Presiden Ghana), Gamal Abdel Nasser (Presiden Mesir), dan Tito (Presiden Yugoslavia). Setelah Konferensi Bandung, para pemimpin ini acap bertemu untuk berpartisipasi meredakan ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur. Kelimanya pernah tertangkap kamera pada 29 September 1960 ketika sedang membicarakan ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur.

Untuk Uni Soviet, nama Bung Karno tidaklah asing bagi rakyatnya. Pemimpin Uni Soviet Nikita Khruschev ketika itu menganggap Soekarno sebagai “sekutu” pada masa Perang Dingin dalam melawan dominasi Blok Barat. Nama Soekarno kemudian menjadi saksi atas peresmian kembali Masjid Blue Mosque di St. Petersburg. Semuanya berawal dari kunjungan Bung Karno ke Uni Soviet pada 1955. Ketika sedang menikmati indahnya kota itu, dari dalam mobil ia tertegun dengan sebuah bangunan yang menyerupai sebuah masjid.

Ketika itu, masjid tersebut telah beralih fungsi menjadi gudang senjata. Setelah puas menikmati keindahan Kota St. Petersburg, Soekarno pun kembali ke Moskwa untuk mengikuti pertemuan tingkat tinggi dan membahas kerja sama bilateral kedua negara. Juga membahas posisi negara dalam pertarungan Perang Dingin di masa itu. Dalam pertemuan itu, Soekarno tanpa sungkan langsung menyampaikan kekecewaannya kepada Khruschev karena sebuah bangunan masjid yang indah sama sekali tidak terurus.

Di akhir kunjungannya ke Soviet, Soekarno mendapat kabar gembira dari Kremlin di Moskwa. Seorang pejabat menyampaikan kepada Soekarno masjid yang selama ini berfungsi sebagai gudang senjata, akan kembali dipugar sebagai masjid dan bisa digunakan umat Muslim untuk bersembahyang. Pejabat itu tidak memberikan alasan mengapa pemerintah Soviet kembali membuka masjid itu.

Tentu saja umat Muslim di St. Petersburg menyambut gembira keputusan pemerintah Soviet itu. Mereka meyakini masjid tersebut bisa kembali digunakan berkat Soekarno. Karena itu, mereka pun menamainya dengan Masjid Biru Soekarno.

Mengharumkan Indonesia
Selain di Rusia, kita juga mendapati jejak Bung Karno di Mesir. Di sana terdapat sebuah nama jalan Ahmad Soekarno yang menjadi bukti penghormatan pemerintah Mesir terhadap Bung Karno. Berawal dari kedekatan Bung Karno dan pemimpin Mesir yakni Gammal Abdul Nasser. Pada masa itu boleh dikata merupakan puncak hubungan Indonesia – Mesir. Selama memimpin Indonesia, Soekarno tercatat 6 kali mengunjungi negeri piramid itu. Tentu saja itu sebagai bukti betapa Soekarno dan Nasser mempunya hubungan “intim” karena sama-sama menginisiasi pertemuan negara-negara Asia – Afrika yang dikenal dengan Konferensi Bandung itu.

Kunjungan Bung Karno ke Maroko [Foto: Istimewa]

Apa yang dilakukan Soekarno semasa hidup membuat nama Indonesia harum dan populer di negara-negara Dunia Ketiga, terutama untuk rakyat Mesir. Itu sebabnya, namanya kemudian diresmikan sebagai nama jalan di negara tersebut. Lantas mengapa ada nama Ahmad di depan nama Soekarno? Rupanya itu dilakukan mahasiswa Indonesia untuk memperkuat nuansa Islam bagi rakyat Mesir. Dengan demikian, mereka menjadi tahu presiden Indonesia adalah Muslim.

Pemerintahan Maroko juga rupanya punya kesan yang sangat mendalam ke Soekarno. Jika di Indonesia nama-nama yang berbau Maroko jarang dijumpai, maka di Maroko kita akan menjumpai nama jalan Soekarno. Jalan itu persis bersebelahan dengan kantor pos pusat Maroko dengan nama: Rue Soukarno. Peresmian Jalan Soekarno langsung dilakukan oleh Bung Karno dan Raja Muhammad V ketika mengunjungi negara itu pada 2 Mei 1960. lagi-lagi pemberian nama itu karena peran aktif Soekarno dalam menyelenggarakan Konferensi Asia – Afrika pada 1955 di Bandung.

Berbeda dengan Mesir dan Maroko, pemerintah Pakistan meresmikan 2 tempat sebagai nama Soekarno. Pertama di dekat alun-alun dinamai dengan Soekarno Square Khyber Bazar di Peshawar, dan kedua, Soekarno Bazar, Lahore. Kendati penghargaan ini diberikan karena keterlibatan kedua negara dalam Konferensi Asia Afrika pada 1955, namun hubungan Indonesia – Pakistan telah terjalin dengan baik sejak 1945. Penghormatan Pakistan kepad Soekarno karena mengingat jasanya yang mengirimkan TNI Angkatan Laut berpatroli di laut selatan Pakistan ketika konflik memanas antara Pakistan dan India pada 1965.

Hubungan Soekarno dan pendiri Pakistan Quaid Azzam Ali Jinnah pun erat. Ali Jinnah pernah meminta menahan seluruh pesawat Belanda yang singgah di Pakistan pada 1947 ketika Belanda ingin menyerang Indonesia. Pemerintah Indonesia juga menghargai jasa prajurit Pakistan yang ketika itu ikut rombongan sekutu. Ratusan prajurit Pakistan itu tadinya bersama dengan pasukan sekutu akan menyerang Surabaya pada 1945. Namun, mereka memilih berontak dan berbalik mendukung Indonesia. Dari 600 tentara Pakistan, 500 orang gugur di Surabaya. Untuk menghargai para prajurit yang gugur itu, Indonesia memberikan medali Indenpendece War Awards.

Untuk mengenang hubungan baiknya dengan Soekarno, pemerintah Kuba mengeluarkan serangkaian perangko Bung Karno bersama Fidel Castro dan Che Guevara pada 2008. Perangko patriotik yang bersejarah dan berharga untuk memeringati hubungan diplomatik kedua negara. Juga memeringati ulang tahun Fidel yang ke-80. Bung Karno mengunjungi Kuba pada 9 Mei hingga 14 Mei 1960. Soekarno merupakan kepala negara yang pertama mengunjungi Kuba sejak kemenangan revolusi mereka pada 1959.

Di bandara, Bung Karno disambut hangat Fidel, Che Guevara dan para pejabat negara Kuba. Bung Karno dianggap sebagai salah satu tokoh dunia yang menginspirasi revolusi Kuba. Dari fakta itu, tampaknya Cindy Adams dalam wawancara dengan Tempo pada 2014 tidak berlebihan menyebut Bung Karno sebagai salah satu tokoh yang paling berpengaruh di dunia. Juga menyatakan, Bung Karno pula yang menjadikan Indonesia sebagai negara yang disegani dan salah satu terkuat di dunia. Soekarno yang membuatnya, kata Cindy Adams. [Kristian Ginting]