Bung Karno mengagungkan teladan perjuangan Nabi Muhammad Saw - bipol
Bung Karno mengagungkan teladan perjuangan Nabi Muhammad Saw (bipol)

Presiden Soekarno merupakan pemeluk agama Islam yang begitu mengagumi sosok Nabi Muhammad Saw. Bung Karno menyebut Muhammad lebih besar dari pemimpin besar siapa pun juga, karena beliau mendapat wahyu dari Allah Swt dan diberi mukjizat oleh Tuhan Yang Maha Esa berupa kitab suci al-Qur’an.

Setiap tahun, saat berlangsung peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw di Istana Negara, Bung Karno dipastikan tampil menyampaikan pidato dan amanat kepada bangsa Indonesia. Misalnya, pada peringatan Maulid Nabi pada Selasa Pon 15 September 1959 yang bertepatan dengan 12 Rabiul Awal 1379, Bung Karno menyampaikan pidato tentang keteladanan Nabi.

Bung Karno menyebut Nabi Muhammad telah mencurahkan seratus persen kehidupannya untuk menunaikan tugas membenahi moral, mental, dan batiniah umatnya. Karena itu, pantaslah Nabi Muhammad menjadi contoh dan teladan bagi kita. Hal itu, karena beliau mendapat tuntunan dari Tuhan, karena mendapat wahyu, dan luput dari kesalahan. 

Selanjutnya, Bung Karno mengajak hadirin membuka kembali apa yang tertuang dalam al-Qur’an, terutama ayat-ayat yang turun pada periode Mekah. Bung Karno mengatakan, ayat-ayat yang turun pada periode itu bisa dikatakan hampir seratus persen mengenai kebatinan, tentang persiapan mental atau mental investment.

Baru kemudian turun ayat-ayat pada periode Madinah. Menurut Bung Karno, ayat-ayat Madaniyah ini terutama berisikan hukum-hukum. Karena itu, saat itu terbangun negara, masyarakat, dan peraturan-peraturan.

Bung Karno lantas menegaskan, jikalau kita menjalankan atau hendak menjalankan pembangunan, janganlah lupa kepada mental investment. “Jangan hanya kita mengadakan material investment. Jangan hanya kita mengadakan investment of human skill, tetapi juga jangan lupa mental investment,” katanya.

Dalam pidato peringatan Maulid Nabi Muhammad di Istana Negara tanggal 1 Juli 1966, Bung Karno menguraikan bagaimana Muhammad selama sepuluh tahun memimpin perjuangan di Madinah, dilanjutkan dengan perjuangan selama 13 tahun di Mekah. Bung Karno pun menggambarkan bagaimana Muhammad bekerja keras dengan mendaki dan menuruni bukit sendiri. 

“Ibaratnya, Muhammad pun menyemir sepatu sendiri. Bukan orang ndara, ningrat yang memerintah menyemir sepatunya, tidak. Kadang-kadang dia pikul air sendiri,” kata Bung Karno dengan retorika khas dan gaya pidatonya yang memukau hadirin.

Bung Karno memuji pidato-pidato Nabi Muhammad, yang semuanya, yang tiap-tiap kalimat, tiap-tiap katanya, laksana petir yang masuk di dalam kalbu para pendengar. “Seluruh tindak-tanduk, seluruh alam pikiran, seluruh gemblengan; nah, ini perkataan gemblengan yang Muhammad berikan kepada umatnya adalah gemblengan kelaki-lakian,” jelasnya.

Karena itu, kata Bung Karno, tiap-tiap orang Islam harus meniru Muhammad, harus menganggap Muhammad adalah suri teladan yang baik. Gemblengan kelaki-lakian atau kejantanan Nabi yang disebut Bung Karno itu adalah semangat perjuangan tak kenal lelah dan pantang mundur, yang selama 23 tahun dilakoni Nabi Muhammad Saw.

“Umat Muhammad bukan umat yang hanya menghendaki gorengan ayam terbang ke mulutnya, tidak. Umat Muhammad ialah umat yang bertempur berjuang membanting tulang, mengulur tenaga, memeras ia punya keringat. Itulah umat Muhammad. Itu sebabnya, aku begitu cinta kepada Muhammad dan mengikuti sunah Muhammad itu tadi,” tandasnya.

Muhammad, kata Bung Karno, menggembleng umatnya menjadi umat pejuang, umat yang banting tulang, umat yang bertempur jikalau perlu, umat yang menahan segala siksaan, umat yang berani memenuhi panggilan Allah Swt, la yughayyiru ma biqaumin hatta yughayyiru ma bianfusihim. Umat yang akan mengubah nasibnya sendiri.

“Firman yang paling kucintai di dalam Qur’an yaitu inilah: Innallaha la yughayyiru ma biqaumin hatta yughayyiru ma bianfusihim. Tuhan tidak akan mengubah nasibmu, jikalau engkau sendiri tidak mengubah akan nasibmu,” Bung Karno berpidato dengan suara berapi-api.

“Umat Muhammad ialah umat yang bertempur berjuang membanting tulang, mengulur tenaga, memeras ia punya keringat. Itulah umat Muhammad. Itu sebabnya aku begitu cinta kepada Muhammad, dan mengikuti sunah Muhammad,” begitu kata Bung Karno tentang cita-cita menjadi umat Muhammad. [AT]