Di Bandara Halim, Presiden Sukarno berada di rumah Komodor Soesanto, Direktur Operasi AURI. Sukarno dianggap aman di tempat yang kemudian membuatnya dianggap bersalah dalam tragedi 1965. Dia pergi dari Halim sekitar pukul 23.00 ke arah Istana Bogor, juga dengan mengendarai VW Kodok. Yang mengemudikan juga Letkol Soeparto, dan dikawal langsung oleh Kombes Mangil yang duduk di sebelah Bung Karno.

Di hari-hari terakhirnya di istana negara, VW kodok lagi-lagi jadi saksi kemalangan Sukarno, yang dilengserkan dan dipojokkan setelah 1965. Bung Karno meninggalkan Istana Merdeka sebelum tanggal 1967, tenggat waktu yang ditetapkan rezim Orde Baru. Kala itu Sukarno memakai celana piyama warna krem serta kaus oblong cap Lombok. Sementara bajunya disampirkan ke pundak dan di kakinya memakai sandal Bata yang sudah usang. Dalam kondisi tersebut, Sukarno keluar dari istana dan menuju mobil. “Bung Karno berjalan di depan saya. Sesampainya di mobil merek VW model kodok milik pribadinya, saya bukakan pintu dan duduk di belakang,” kata Sogol Djauhari yang mengawal Bung Karno saat itu.

Mobil VW Kodok itu masih dikemudikan Soeparto. Setelah pintu untuk presiden tertutup, Sogol masuk mobil VW kodok itu dan duduk di samping Letkol Soeparto. Setelah itu Sukarno tak pernah menginjak istana lagi hingga dirinya meninggal dunia.

Kebesarannya sebagai negarawan tak dia tampilkan ketika keluar dari istana. Letkol Soeparto menjadi saksi bahwa Sukarno keluar istana dengan pakaian ala rakyat yang bersahaja dan dengan mobil yang memang dirancang sebagai mobil rakyat. Sayang sekali, mobil VW Kodok yang bersejarah itu tak ada lagi jejak keberadaannya.

“Ketika bapak ditahan, semua barang-barang di rumah kami disita, termasuk VW Kodok itu. Sejak itu, mobil tersebut tak ketahuan lagi dimana keberadaannya,” kata Supartono. [Imran H]

* Tulisan ini pertama dimuat pada 2018