HINGGA saat ini masih banyak yang berpikir bahwa kontrasepsi hanya urusan perempuan. Ini karena sebagian masyarakat mempercayai jika soal melahirkan ataupun tentang anak selalu berbicara soal peran perempuan. Ditengah itu semua akhirnya semua beban hamil, melahirkan hingga kontrasepsi pun sering dikampanyekan untuk satu gender saja, yaitu perempuan.
Akibat persepsi yang masih kental tersebut banyak laki-laki merasa tidak penting untuk ikut program kontrasepsi yang sering digaungkan oleh BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional). Perempuan sering dianggap memiliki tanggung jawab besar jika berkaitan dengan ledakan penduduk, padahal baik laki-laki dan perempuan sama-sama mempunyai andil yang sama.
Dikutip dari data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2017, keterlibatan laki-laki dalam kontrasepsi sangat rendah. Pemakaian kondom sebesar 2,5% sedangkan Vasektomi hanya mencapai 0,25%. Rendahnya angka kontrasepsi ini juga dilandasi dengan kurangnya informasi tentang Vasektomi, sedangkan yang sering beredar adalah Vasektomi sama dengan kebiri.
Akhirnya banyak laki-laki yang merasa takut padahal jelas Vasektomi dan kebiri sangat berbeda jauh. Faktor lainnya adalah soal toxic masculinity. Banyak pihak yang merasa bahwa laki-laki adalah masyarakat kelas satu yang memiliki kekuatan diatas perempuan dan wajib memberikan banyak keturunan.
Tidak perlu jauh-jauh ke Vasektomi, hal sederhana seperti kondom saja angka pemakainya cukup rendah. Dari beberapa survey disebutkan bahwa laki-laki enggan memakai kondom saat berhubungan seksual karena ketidaknyamanan. Padahal perempuan juga merasakan sakit bahkan lebih soal kontrasepsi.
Padahal menurut data di Indonesia, para perempuan mayoritas memilih KB suntik dan IUD yang juga memiliki efek samping luar biasa seperti gangguan pola menstruasi, penambahan berat badan, pendarahan, dan lainnya. Dengan segala resiko tersebut, persentase mayoritas pemakai kontrasepsi masih perempuan.
Seperti halnya kehamilan, kontrasepsi bukan hanya tanggung jawab dari perempuan saja. Laki-laki perlu mengambil peran yang masif guna tercapainya kesejahteraan keluarga sesuai dengan program pemerintah. Perlu diketahui bahwa peran laki-laki dalam penggunaan kontrasepsi bukan hanya persoalan lahiran.
Program Keluarga Berencana (KB) yang selama ini gencar dilakukan pemerintah tidak lain untuk kesejahteraan masyarakat sendiri. Angka kelahiran yang tinggi dan tidak diimbangi dengan kebutuhan dasar yang cukup seperti makanan, pendidikan, fasilitas kesehatan hingga sempitnya lapangan kerja membuat program KB menjadi jurus jitu pemerintah untuk mengurangi angka kelahiran yang semakin tinggi.
Namun, perlu dipahami bahwa keberhasilan program KB bukan hanya di tangan perempuan tetapi juga laki-laki. Sebagai satu keluarga yang lengkap maka keputusan soal kontrasepsi harus diambil dari sudut pandang yang utuh. Baik laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam satu keluarga. Persoalan kontrasepsi atau kesehatan reproduksi tidak boleh didasari oleh satu gender saja. Konsep tersebut harus bebas dari diskriminasi dan ketimpangan peran dalam rumah tangga.
Rendahnya pemahaman akan kontrasepsi yang aman kepada laki-laki juga menjadi pengaruh besar kecilnya keterlibatan mereka pada program KB. Karakteristik yang keras dan kurangnya edukasi juga melengkapi hal tersebut. Padahal penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki tidak sesulit yang dilakukan oleh perempuan.
Faktor lingkungan, sosial, dan budaya juga menjadi pengaruh besar terhadap sedikitnya partisipasi laki-laki dalam program KB. Persepsi kaum bapak ini terhadap alat kontrasepsi seringnya berkonotasi negatif, seperti mengurangi kepuasan dalam hal seksual, penggunaan kondom hanya dipakai oleh yang melakukan hubungan seks diluar nikah sampai pernyataan bahwa hanya perempuan yang wajib untuk melakukan kontrasepsi.
Perlu dipahami bahwa kontrasepsi yang aman merupakan bagian dari hak asasi manusia. Jadi penggunaan alat kontrasepsi bukan hanya berat kepada salah satu gender. Kedepannya pemerintah diharapkan menggencarkan program gratis vasektomi dengan edukasi yang tepat kepada setiap lapisan masyarakat. [NS]