Buka Pameran Lukisan, Megawati: Jadikan Kantor Partai Rumah Budaya

Koran Sulindo – Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyatakan bahwa kebudayaan membentuk karakter sejati suatu bangsa. Itu sebabnya Proklamator RI yang juga Bapak Bangsa Indonesia, Bung Karno, bersentuhan dengan begitu banyak seniman dan budayawan.

“Bung Karno menggelorakan rasa cinta pada tanah air melalui budaya, melalui seni lukisan, seni patung, seni tari, dan berbagai ekspresi kebudayaan lainnya,” kata Megawati dalam pidatonya saat membuka pameran seni rupa “Akara” yang digelar dalam rangka Bulan Bung Karno di Yogyakarta, Sabtu (5/6).

Pameran dilaksanakan di kantor DPD PDI Perjuangan Yogyakarta. Sementara Megawati membuka acara itu secara daring. Kader PDI Perjuangan seluruh Indonesia mengikuti acara melalui aplikasi Zoom, maupun live di akun Youtube serta Facebook resmi partai itu.

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto berada di Yogyakarta memimpin acara di lokasi. Hadir Menteri Sekretaris Kabinet  Pramono Anung Wibowo dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimulyono. Hadir juga Anggota DPR dari Fraksi PDIP seperti Deddy Yevri Sitorus dan Paryanto.

Megawati mengingat, bahwa dengan para seniman tersebut, sang ayah bisa berdialog berjam-jam.

“Saya menjadi saksi, bagaimana Bung Karno menempatkan peran para seniman tersebut berkaitan dengan tujuan bernegara, menggelorakan nasionalisme dan patriotisme. Bahkan dalam seluruh karya para seniman tersebut dapat menggambarkan imajinasi tentang arah masa depan dan cita-cita Indonesia Raya tercinta,” ulas Megawati.

Maka itu, Megawati mengatakan dirinya menyambut baik pameran itu, sebagai bagian dari Kegiatan Bulan Bung Karno tahun 2021.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh seniman yang telah terlibat dan memersembahkan karyanya di dalam pameran ini,” kata Megawati.

“Kesemuanya mengekspresikan  gagasan besar Bung Karno, juga tentang Pancasila, Kebhinnekaan Indonesia; ekspresi keindahan tanah air; dan berbagai ekspresi yang menggambarkan potret kehidupan rakyat, namun juga semangat rakyat untuk berbicara tentang ke-Indonesiaan kita,” tambahnya.

Menurutnya, kegiatan ini, meskipun diadakan di DPD PDI Perjuangan, namun skala kegiatannya bersifat nasional.

Hal ini sejalan dengan instruksi yang diberikannya kepada seluruh kader Partai untuk terus memerkuat jati diri Indonesia yang berkepribadian dalam kebudayaan. Bahwa itu sebagai salah satu esensi pokok Trisakti yang digagas oleh Bung Karno sebagai jalan pembumian ideologi bangsa, Pancasila.

Megawati mengatakan, berulang kali dirinya telah menegaskan, bahwa berpolitik itu mengedepankan keseluruhan aspek kebudayaan bangsa. Bahwa berpolitik itu menyentuh elemen yang paling hakiki tentang rasa, imajinasi, dan daya cipta yang terus memerkuat aspek kemanusiaan kita.

“Di Yogyakarta, kita bisa mengambil nilai kehidupan bahwa berpolitik itu mewayu hayuning bawana,” kata Megawati.

Lebih jauh, Megawati menginstruksikan kader partai seluruh Indonesia, agar menjadikan kantor partai sebagai rumah rakyat, tapi sekaligus juga menjadi rumah budaya.

“Dimana seluruh ekspresi kebudayaan nasional, dan pencapaian kebudayaan rakyat Indonesia dibahas, didiskusikan dan ditampilkan di kantor Partai,” ujar Megawati.

Dari Yogyakarta, Sekretaris Kabinet Pramono Anung Wibowo melakukan pengguntingan pita pembukaan pameran seni rupa “Akara”.

Pramono mewakili ketua umum Megawati Soekarnoputri yang menyampaikan pidatonya secara daring dari Jakarta. Saat pengguntingan pita, pria yang bersama Tjahjo Kumolo disebut sebagai  “sekjen senior” di kalangan internal partai itu, ditemani oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono. Ikut juga Wakil Gubernur DI Yogyakarta, Sri Paku Alam X.

“Semoga pameran ini selalu menginspirasi kita semua. Sebab ini khas, tak banyak dilakukan parpol lainnya. Tetapi PDI Perjuangan selalu berada di depan untuk urusan seni, budaya, dan olahraga,” kata Pramono Anung sebelum pengguntingan pita.

Ia lalu banyak bicara soal Kota Yogyakarta. Gubernur Sultan Hamengkubuwono X dipujinya karena menginisiasi lagu Indonesia Raya dikumandangkan saat jam kerja dan dimanapun di sudut kota tersebut. Bahkan hal ini menginspirasi ketua umum Megawati dan Sekjen Hasto Kristiyanto untuk memerintahkan hal sama dilakukan oleh kader PDI Perjuangan yang duduk sebagai kepala daerah.

Pria kelahiran Kediri tersebut juga berbicara soal kantor PDI Perjuangan Yogyakarta yang megah. Dia masih mengingat, bagaimana kantor partai lama yang kecil, membuat partainya itu selalu dipandang sebelah mata.

“Tetapi hari ini, terus terang saya salut atas capaian teman-teman di DPD dan support pak sekjen, bahwa DI Yogyakarta punya kantor bagus, tetapi tetap menjadi rumah rakyat. Tak boleh berubah,” kata dia.

Bahkan Pram mengaku menemukan bagaimana bendera partainya berkibar hampir di setiap tempat di provinsi itu. Hal itu ditemukannya saat bersepeda di pagi hari tadi mengelilingi sejumlah kabupaten/kota di Yogyakarta.

“Ini menandakan PDI Perjuangan adalah rumah rakyat, rumah kaum nasionalis, rumah kita semua,” ujar Pramono Anung.

Sementara Wakil Gubernur Yogyakarta, Sri Paku Alam X, hadir mewakili Gubernur Sri Sultan Hamengkubowono X. Dalam pidatonya, dia mengatakan pihaknya mendukung langkah PDI Perjuangan yang mengemas peradaban melalui karya seni.

Hal ini merupakan pendekatan kultural ideal yang mengembangkan rasa kebangsaan.

“Bung Karno pernah menyatakan bahwa ‘aku bersyukur karena dilahirkan dengan perasaan halus dan rasa seni. Bagi beliau, karya seni bukan sekedar hiburan semata, tapi merupakan bagian perjuangan dan esensial dari nation building,” kata Sri Paku Alam X.

“Kami berterima kasih terpilihnya Yogyakarta sebagai lokasi pameran seni rupa ini. Kreativitas masyarakat Yogyakarta terpancar dari karya seni dan budayanya. Selamat melaksanakan pameran,” ujar Sri Paku Alam IX.

Acara itu berlangsung di kantor PDI Perjuangan Yogyakarta, dimana 78 lukisan dari 78 seniman dipamerkan. Para seniman berasal dari Yogyakarta, Malang, Sorong, Bandung, Bali, Wonosobo, Solo, dan daerah lainnya. Di antaranya adalah Nasirun, Butet Kertaradjasa, Putu Sutawijaya, Budi Ubrux, Melodia, Sigit Santoso, dan Hadi Susanto. [CHA]