koransulindo.com — Baru saja berlangsung right issue terbesar dalam sejarah Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Dari aksi korporasi yang telah selesai pada Rabu (22/9/2021) ini, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) berhasil memperoleh dana mencapai Rp 95,9 triliun.
Aksi rights issue atau Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) tersebut bahkan disebut momen bersejarah bagi investor ritel di Indonesia. Lebih dari 10.000 transaksi tebus dan jual HMETD BBRI dilakukan investor ritel melalui aplikasi Ajaib hanya dalam beberapa hari.
Jumlah transaksi tersebut sekaligus menjadi yang tertinggi dibanding rights issue saham lainnya. Investor-investor milenial menjadi penentu keberhasilannya dengan melakukan transaksi menggunakan aplikasi yang disediakan Ajaib Sekuritas.
“Hal ini juga menunjukkan semakin meningkatnya minat generasi muda, terutama generasi milenial dan juga Gen-Z terhadap dunia investasi,” kata Anderson Sumarli, CEO Ajaib Sekuritas dalam rilis yang diterima media,Jumat (24/9/2021).
Anderson mengatakan, tren bisnis berubah. Dahulu, perusahaan-perusahaan besar perlu menggalang dana dari bank atau investor asing yang besar untuk menjaga kelangsungan bisnis. Sekarang, investor ritel pun juga bisa ikutan menanamkan modal melalui rights issue.
Ajaib Sekuritas juga melihat antusiasme dari pengguna terhadap penyelenggaraan rights issue mendatang dari emiten bank digital. BRI membuktikan, pengggalangan dana bisa dilakukan melalui aplikasi, untuk meningkatkan modal intinya.
Tingginya transaksi rights issue BBRI dari kalangan investor ritel ini juga menunjukkan tanda positif terhadap pertumbuhan inklusi keuangan di Indonesia. Menariknya, itu terutama terjadi di kalangan generasi muda.
Investor milenial tampak berperan besar sebagai penggerak peningkatan investor domestik ritel. Hal ini selaras dengan berkembangnya angka investor di pasar modal Indonesia.
Menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor pasar modal mencapai 5,82 juta orang pada Juli 2021 atau meningkat 93 persen dari akhir 2020. Ajaib Sekuritas sendiri mencatat, jumlah investor ritel saham mencapai lebih satu juta investor pada September 2021.
Analis pasar modal sekaligus ekonom dari LBP Institute Lucky Bayu Purnomo mengungkapkan, pertumbuhan kinerja BRI tampaknya menjadi daya tarik sendiri. Meski berada di tengah pendemi Covid-19, perseroan mampu membukukan laba Rp12,54 triliun hingga akhir semester pertama 2021.
Pencapaian itu tumbuh sekitar 22,93 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Kredit yang tumbuh positif di atas rata-rata industri perbankan nasional menjadi faktor utama pendorong peningkatan tersebut.
Hingga akhir Juni 2021, penyaluran kredit BRI secara konsolidasian mencapai Rp929,40 triliun. Pada periode sama tahun lalu jumlahnya Rp922,97 triliun.
BBRI juga mendorong berbagai inovasi digital untuk dapat memperkuat bisnisnya di segmen UMKM. BRI pun akan mampu menggarap pasar yang lebih besar di kalangan ultra mikro sebagai sumber pertumbuhan baru melalui holding yang sudah terbentuk.
Holding UMKM yang terdiri dari BRI, Pegadaian, dan PNM, akan mampu menambah lebih banyak nasabah potensial. Selama ini masih banyak nasabah UMKM potensial yang belum memenuhi syarat penyaluran dana dari lembaga keuangan formal, untuk memperbesar basis bisnisnya.
Lucky menilai, BBRI dapat dikatakan saham bank Himbara yang paling potensial bertumbuh ke depan. Selain itu, saham BBRI dinilai prospektif lantaran ketiga BUMN dalam holding memiliki kinerja keuangan dan fundamental usaha yang sama baiknya.
Pada akhirnya, hal tersebut akan meningkatkan apresiasi investor lebih tinggi lagi. “Di antara bank pemerintah, BRI ini yang paling prospektif. Dia lebih unggul. Dia akan menguat karena jangka panjangnya paling baik,” kata Lucky dengan nada penuh optimistis. (at)
Baca juga: