BPS: Kelesuan Sektor Ritel Belum Pengaruhi Tingkat Pengangguran

Sektor ritel mengalami penurunan [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Kendati sektor ritel mengalami kelesuan, namun dampaknya belum terlalu berpengaruh kepada pengangguran akibat pemecatan. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Agustus 2017, gelombang pemecatan belum terlalu masif.

Pejabat BPS Sairi Hasbullah menuturkan, pihaknya belum menerima data mengenai pemecatan massal dalam sektor ritel. Akan tetapi, jika sektor ini memang mengalami penurunan, mungkin saja data itu baru muncul pada 2018.

“Mungkin tergantung dari kondisi ritel saat ini hingga Februari mendatang akan seperti apa,” kata Sairi di Gedung BPS seperti dikutip CNN Indonesia pada Senin (6/11).

Data BPS menunjukkan, jumlah pekerja di sektor perdagangan pada Agustus tahun ini mencapai 28,17 juta orang atau meningkat sekitar 5,54 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu yang hanya 26,69 juta orang. Itu berarti penyerapan sektor perdagangan secara keseluruhan justru tidak memiliki masalah.

Sementara pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran serta reparasi mobil dan sepeda motor pada kuartal (tiga bulan) ketiga masih tumbuh tiga persen dibanding kuartal sebelumnya. Pertumbuhan itu naik sedikit dibanding kuartal kedua yang tumbuh 2,86 persen.

Sedangkan, data Nielsen menyebutkan, pertumbuhan sektor ritel yang terdiri atas barang konsumsi kemasan hingga kuartal ketiga hanya mencapai  2,7 persen. Pertumbuhan tersebut jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan sektor tersebut setiap tahunnya dalam lima tahun terakhir yang mampu mencapai sekitar 11 persen.

Sektor yang kewalahan dalam menyerap tenaga kerja, kata Sairi, justru sektor pertanian. Jumlah pekerja sektor pertanian turun dari 37,77 juta orang di Agustus 2016 ke angka 35,93 juta orang di Agustus 2017. Sebagian besar pekerja bergeser ke sektor lain seperti jasa atau industri manufaktur.

Di samping sektor pertanian, penyerapan tenaga kerja sektor konstruksi juga mengalami perlambatan. Memang penyerapannya masih tumbuh dari 7,98 juta orang ke 8,14 juta orang. Sairi menduga perlambatan itu disebabkan proyek infrastruktur yang belum rampung sehingga ada masa menahan untuk menyerap tenaga kerja.

“Jadi untuk ritel, kami melihatnya tidak ada masalah,” kata Sairi.

Jumlah tingkat pengangguran terbuka pada Agustus 2017 mencapai 7,04 juta jiwa, atau 5,5 persen atau menurun dibanding Agustus 2016 yakni 5,61 persen dari total angkatan kerja sebanyak 128,06 juta jiwa. Angka ini meningkat 10 ribu orang dibanding periode yang sama tahun sebelumnya dikarenakan kenaikan jumlah angkatan kerja sebanyak 2,08 persen dari angka 125,44 juta di tahun lalu. [KRG]