Boston Tea Party: Patriot Amerika Membuang 342 Peti Teh Inggris ke Air

Ilustrasi yang menunjukkan para patriot Amerika di kota Boston membuang 342 peti teh Inggris ke air. (Sumber: The National Archives)

Selama Revolusi Amerika, banyak upaya yang dilakukan oleh para patriot Amerika untuk memprotes kolonialisme Inggris. Salah satu tindakan perlawanan yang paling terkenal dan krusial adalah Pesta Teh Boston (Boston Tea Party).

Peristiwa tersebut terjadi di pelabuhan Boston pada tanggal 16 Desember 1773, ketika para patriot Amerika yang menyamar sebagai Suku Indian Mohawk menaiki kapal-kapal Inggris dan melemparkan 342 peti teh milik Perusahaan Hindia Timur ke air.

Tindakan tersebut adalah bentuk protes terhadap pajak teh yang dipungut tanpa perwakilan di Parlemen Inggris dan terhadap monopoli Perusahaan Hindia Timur di Amerika. Inggris mengalami kerugian besar dan menerapkan serangkaian hukuman di seluruh kota Boston. Berikut Koran Sulindo telah merangkum latar belakang, proses, dan dampak dari Boston Tea Party dari berbagai sumber.

Latar Belakang

Boston Tea Party dilatarbelakangi oleh pengesahan Undang-Undang Townshend oleh Parlemen Inggris pada tahun 1767. Undang-undang ini mengenakan bea masuk pada berbagai produk yang diimpor ke koloni-koloni Inggris.

Karena memancing protes besar, undang-undang tersebut dicabut pada tahun 1770. Akan tetapi, Parlemen Inggris tetap mempertahankan bea masuk atas teh untuk menunjukkan otoritas dalam memperoleh pendapatan tanpa persetujuan kolonial.

Para pedagang di Boston menghindari pemberlakuan pajak tersebut dengan terus mendatangkan teh yang diselundupkan oleh pedagang Belanda.

Selanjutnya, Parlemen Inggris mengesahkan Undang-Undang Teh (Tea Act) pada musim semi tahun 1773 untuk memperbaiki keuangan Perusahaan Hindia Timur (East India Company), menggagalkan penyelundupan teh Belanda, dan menegaskan kembali otoritas Inggris untuk mengenakan pajak pada koloninya.

Melalui Undang-undang Teh, sejumlah tindakan diterapkan untuk memperbaiki keuangan Perusahaan Hindia Timur, seperti memberikan monopoli atas semua teh Inggris yang diekspor ke koloni, menerapkan pengecualian pajak ekspor teh, dan mengembalikan (refund) bea yang terutang atas sejumlah surplus teh yang dimiliki perusahaan. Pengecualian pajak ekspor khususnya membuat Perusahaan Hindia Timur tidak akan terkena pajak masuk untuk teh yang dijual di Amerika. Pajak justru akan dikenakan pada titik masuk di pelabuhan-pelabuhan kolonial.

Undang-undang Teh juga menetapkan ketentuan bahwa teh yang dikirim ke koloni-koloni Inggris hanya boleh diangkut dengan kapal-kapal Perusahaan Hindia Timur dan dijual hanya melalui agen-agennya sendiri, tanpa melalui pengirim dan pedagang kolonial independen. Dengan demikian, perusahaan tersebut dapat menjual teh dengan harga yang lebih murah dari harga yang biasanya ditawarkan oleh perusahaan lain di Amerika atau Inggris.

Sentimen negatif tentang monopoli mendorong para pedagang kolonial yang biasanya konservatif bergabung dalam aliansi dengan kaum radikal yang dipimpin oleh Samuel Adams dan Sons of Liberty-nya. Sons of Liberty adalah organisasi patriot Amerika yang dibentuk pada musim panas 1765 untuk menentang Undang-Undang Perangko.

Perlawanan para Patriot Amerika

Sebagai bentuk protes terhadap Undang-undang Teh, para agen dan pedagang teh di kota-kota seperti New York, Philadelphia, dan Charleston mengundurkan diri, membatalkan pesanan, dan menolak pengiriman teh.

Namun di Boston, gubernur kerajaan Inggris Thomas Hutchinson menegakkan hukum dan menyatakan bahwa tiga kapal yang akan tiba, yaitu Dartmouth, Eleanor, dan Beaver, harus diizinkan menyimpan kargo teh. Dia juga menuntut agar masyarakat Boston menghormati bea yang sesuai.

Pada hari Minggu tanggal 28 November 1773, kapal Dartmouth yang membawa 114 peti teh tiba di Pelabuhan Boston. Pemerintah setempat mengadakan sebuah pertemuan yang terbuka untuk umum di Faneuil Hall.

Para pemimpin Patriot Amerika membentuk sebuah kelompok yang disebut sebagai The Body dan menghadiri pertemuan tersebut, menuntut pengembalian teh Inggris. Ratusan perempuan Amerika yang hadir dalam pertemuan itu juga mendeklarasikan bahwa mereka akan berhenti mengonsumsi teh Inggris.

Di Philadelphia dan New York, tersebar berita bahwa siapa pun yang mencoba mendaratkan teh Inggris di pelabuhan-pelabuhan di sana harus berhati-hati terhadap kunjungan yang tidak diinginkan.

Boston Tea Party Meletus

Menyadari situasi mulai memanas, Majelis menunjuk 25 orang untuk menjaga Griffin’s Wharf, sebuah pusat perdagangan dan pengiriman maritim yang ramai di kota Boston pada abad ke-18.

Pada tanggal 15 Desember, kapal Eleanor dan Beaver, yang juga membawa muatan peti teh, tiba di Griffin’s Wharf. Para gubernur, pemilik kapal, dan penerima teh menolak membayar pajak dan tidak ingin memulangkan teh ke Inggris.

Pemungutan suara digelar pada pertemuan tanggal 16 Desember 1773 di Old South. Hasilnya adalah The Body sepakat untuk mencegah kedatangan, penyimpanan, penjualan, dan konsumsi teh dari Perusahaan Hindia Timur.

Pada akhir pertemuan itu, massa mengalir ke jalan, mengejar 30 hingga 60 anggota Sons of Liberty yang menyamar sebagai Suku Indian Mohawk ke Griffin’s Wharf. Didorong oleh warga Boston, orang-orang itu naik ke kapal-kapal Inggris dan mulai membuang peti teh ke air. Total ada 342 peti yang berhasil dihancurkan, membuat Inggris menderita kerugian besar. Gubernur Thomas Hutchinson murka, menyebut aksi tersebut sebagai pengkhianatan tingkat tinggi.

Dampak Boston Tea Party

Pembuangan peti teh berlanjut hingga awal tahun 1774, menimbulkan pertanyaan apakah pelakunya adalah orang Indian yang baik atau orang Indian yang jahat. Pada bulan Februari, para kapten kapal teh dipanggil ke Inggris untuk memberikan kesaksian di hadapan Dewan Penasihat, karena mereka tidak dapat mengidentifikasi orang-orang yang bertanggung jawab atas insiden Boston Tea Party.

Parlemen Inggris akhirnya memutuskan untuk meloloskan serangkaian hukuman di seluruh kota Boston. Salah satu hukuman yang diterapkan adalah RUU Pelabuhan Boston, yang menutup perdagangan laut kota tersebut hingga Perusahaan Hindia Timur mendapatkan ganti rugi atas ratusan teh yang telah dimusnahkan. Tindakan ini dikenal di koloni-koloni sebagai Undang-Undang yang Tidak Dapat Ditoleransi (Intolerable Acts).

Hukuman yang Inggris terapkan tidak menghentikan para anggota Sons of Liberty untuk menyamar sebagai Suku Indian Mohawk dan membuang peti teh Inggris ke air. Mereka terus beraksi hingga April 1774. Boston Tea Party menjadi momen bersejarah dalam Revolusi Amerika dan membuka jalan bagi perlawanan lebih lanjut. [BP]