Tradisi Lisan Bonet, Sebagai Aksi Melèk Literasi?

Bonet Tradisi Lisan dari Timor Tengah Selatan (foto: tajukflores.com)

Suluh Indonesia – Ada sekelompok masyarakat yang berkaitan erat dengan istilah Bonet.

Bonet merupakan tradisi tuturan berirama atau puisi lisan yang dilagukan dan dilakukan dengan menari. Melalui tradisi ini masyarakat mengekspresikan, dan mengungkapkan perasaan mereka melalui syair serta pantun pada upacara adat.

Bonet bisa juga berarti salah satu tarian tradisional masyarakat Pulau Timor yang paling tua. Tarian ini menggambarkan kebudayaan, dan kehidupan masyarakat Suku Dawan Timor.

Berdasarkan bentuk dan fungsinya, tari Bonet diyakini telah ada pada fase kehidupan berburu yang dilakukan oleh masyarakat Suku Dawan. Tarian ini dilakukan sebagai bentuk suka cita karena telah memperoleh binatang buruan untuk keberlangsungan hidup mereka. Dimana sebelum binatang buruan dimasak dan dinikmati bersama-sama, diadakanlah upacara penyucian roh binatang buruan dan juga ritual persembahan kepada dewa sebelum makanan itu disantap bersama-sama.

Tari Bonet adalah sebuah tari tradisional yang melambangkan semangat dan kebersamaan masyarakat Suku Dawan. Dalam tari ini terdapat beberapa unsur penting yakni, seni gerak, seni vokal dan seni sastra.

Sedangkan sebagai tuturan, Bonet berbentuk satuan-satuan berupa penggalan yang ditandai dengan jeda. Satuan ini membentuk bait atau kuplet. Jumlah larik tidak selalu sama. Sedangkan ciri lainnya adalah pengulangan bentuk.

Berdasarkan isi dan fungsinya, tuturan Bonet dibedakan atas empat jenis, yakni boennitu (puji-pujian kepada arwah), boenba’e (puji-pujian dalam suasana ceria seperti kelahiran, menimang anak), futmanu-safemanu (penyambutan tamu) dan boenmepu (nyanyian kerja).

Warisan budaya ini merupakan salah satu bagian dari sastra lisan yang sudah mewarnai budaya Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Jika sekumpulan orang menari dengan membentuk lingkaran, saling bergandengan tangan dan berputar, serta melantunkan pantun dengan syair-syair yang biasanya memiliki rima mengulang, itulah Bonet.

Bentuk lingkaran dengan bergandengan tangan ini dipercaya masyarakat Timor Tengah Selatan melambangkan persatuan dan kesatuan tiga suku, yaitu Amanatun, Amanuban, dan Mollo.

Di dalam Bonet ada muatan pesan atau informasi yang disampaikan kepada sesama. Bonet mampu membawakan pesan yang ingin disampaikan. Warga Boti Dalam yang merupakan bagian dari masyarakat Dawan, pernah menggunakan Bonet untuk memprotes pembangunan gedung gereja yang berada di dekat wilayah mereka.

Bonet juga memiliki fungsi mendidik. Salah satu syair yang paling terkenal adalah syair yang berkisah tentang pesan perkawinan. Melalui Bonet diharapkan juga agar setiap warga yang telah terikat perkawinan secara adat tidak melakukan perceraian.

Ada dua jenis Bonet. Bonetpasan untuk hiburan dan Bone’ naek atau Bonet Adat, untuk penyelesaian masalah adat.

Orang Boti melakukan Bone’ naek atau Bonet Adat untuk upacara toitai yang artinya minta api. Kegiatan toitai ini bermula dari nenek moyang Orang Boti di masa lalu. Ketika itu jika ketika hendak memasak tetapi tidak ada sumber api maka mereka akan mendatangi keluarga atau kerabat untuk meminta bara api.

Pesan pendidikan yang paling kuat terdapat dalam bonetpasan. Bonetpasan, biasanya lebih cenderung ditujukan untuk menyampaikan pesan-pesan yang bersifat memotivasi dan nasehat kepada warga lainnya. Ini terutama sekali dilakukan oleh para tetua adat kepada generasi muda agar mendengar dan memahami perintah dan petuah raja Boti, serta larangan para leluhur mereka.

Namun warga Boti Dalam juga sering mengasosiasikan Bonet sebagai suatu kegiatan hiburan. Begitu menyebut Bonet maka yang terbayang adalah kegiatan hiburan. Bonet memang juga berfungsi hiburan, dipentaskan dengan gerakan berirama diiringi pantun dan dinyanyikan.

Proses komunikasi yang terbangun melalui Bonet adalah komunikasi dialogis. Pemimpin dan para penari bonet saling berbalas pesan melalui pantun adat (ne’). Pesan(ne’) yang disampaikan dalam pertunjukan ini bersifat kiasan dan dikemas dalam bahasa-bahasa adat.

Dapatkah Bonet dianggap sebagai salah satu aksi melèk literasi? Literasi dalam arti luas. Bukan sekedar melèk aksara. Bukan sekedar bisa membaca dan menulis. [Nora E]

Baca juga: