Situasi Mapolrestabes Surabaya setelah ledakan bom bunuh diri di pos penjagaan [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Serangan bom di pos masuk Markas Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya dipastikan bom bunuh diri. Berdasarkan penjelasan Kepolisian Daerah Jawa Timur (Polda Jatim), serangan itu dilakukan oleh pengendara sepeda motor yang hendar merangsek ke Mapolrestabes Surabaya.

Kabid Humas Polda Jawa Timur Frans Barung Mangera mengatakan, pelaku bom bunuh diri yang terdiri atas lima orang itu, empat di antaranya dinyatakan tewas. Sementara seorang bocah berusia delapan tahun yang diduga bagian dari peneror selamat karena terlempar akibat ledakan bom.

Sepuluh orang disebut mengalami luka-luka yang terdiri atas empat anggota kepolisian dan enam warga sipil. Akan tetapi, koresponden ABC Adam Harvey menyebutkan seorang personel kepolisian tewas dalam peristiwa itu.

Seperti yang ditulis Time, pelaku serangan ke Mapolrestabes Surabaya itu merupakan keluarga. Kejadian yang sama ketika sebuah keluarga meledakkan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya. Kejadian itu mewaskan 13 orang dan 41 orang mengalami luka-luka.

Kepala Kepolisian RI Tito Karnavian mengatakan, bocah perempuan berusia delapan tahun yang bersama dua pengendara sepeda motor, pelaku penyerangan tersebut selamat dari bom bunuh diri itu. Serangan ini hanya beberapa jam dari serangan bom bunuh diri tiga gereja di Surabaya yang juga melibatkan anak perempuan berusia sembilan dan 12 tahun.

Rentetan serangan bom oleh teroris sejak 2016 memunculkan kekhawatiran akan bangkitnya kaum militan Islam yang berjumlah sekitar 1.100 orang diduga telah kembali dari Suriah. Mereka bergabung dengan ISIS di Suriah. Pengamat dan ahli terorisme telah mengingatkan pemerintah akan “bahaya” kaum ektrem tersebut ketika kembali ke Indonesia.

Sementara ISIS melalui media propagandanya Amaq mengklaim sebagai pihak yang bertanggung jawab atas serangan di tiga gereja di Surabaya. Soal tuduhan terhadap keluarga pelaku serangan tiga gereja yang telah lama di Suriah, Kapolri Tito Karnavian membantahnya. “Itu tidak benar,” kata Tito seperti dikutip Time pada Senin (14/5).

Pelaku serangan bom di tiga gereja dan Mapolrestabes Surabaya merupakan sel Jemaah Ansharut Daulah (JAD). Juga yang di Rusunawa Sidoarjo, mereka adalah bagian yang sama dan terdiri atas keluarga. Mereka menggunakan anak-anak dalam serangan tersebut dan tentu saja tindakan itu mengerikan untuk publik.

“Ini mengerikan,” kata Taufik Andrie seraya melanjutkan “Ini menunjukkan bagaimana ideologi ekstremis dapat menjebak anak-anak. Anak-anak tidak punya pilihan. Mereka tidak bisa memahami keputusan yang melibatkan mereka.”

Sedangkan, Presiden Joko Widodo mengutuk serangan tersebut sebagai biadab dan berjanji akan membasmi serta menghancurkan jaringan terorisme hingga ke akarnya. Untuk itu, lewat Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto, pemerintah akan mendesak DPR untuk segera menyelesaikan revisi undang -undang anti-terorisme yang terganjal di parlemen. [KRG]