Bom Atom yang Menghentikan Peperangan

Penampakan kota Nagasaki - Jepang beberapa hari setelah dijatuhi bom atom 1945. AP Photo

Bom atom adalah senjata nuklir yang menggunakan reaksi fisi nuklir untuk melepaskan energi yang sangat besar. Bom atom bekerja dengan cara memadukan atau membelah inti atom untuk menghasilkan ledakan yang dahsyat.

Ada dua jenis bom atom utama: bom fusi (hidrogen) dan bom fisi (uranium atau plutonium).

Bom Fusi (Hidrogen): Bom fusi, juga dikenal sebagai bom hidrogen atau bom termonuklir, bekerja dengan menggabungkan inti atom untuk menciptakan reaksi fusi nuklir. Bom ini lebih kuat daripada bom fisi dan memerlukan suhu dan tekanan yang sangat tinggi, sehingga sering kali bom fusi digunakan sebagai komponen tambahan dalam bom nuklir yang lebih besar.

Bom Fisi (Uranium atau Plutonium): Bom fisi bekerja dengan membelah inti atom uranium-235 atau plutonium-239. Ini menciptakan reaksi berantai yang melepaskan energi dalam bentuk ledakan. Bom fisi adalah jenis bom nuklir pertama yang dikembangkan dan digunakan selama Perang Dunia II, seperti bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki – Jepang, pada 1945.

Beda bom atom dan bom nuklir

Secara umum, istilah “bom atom” dan “bom nuklir” seringkali digunakan secara bersamaan dan dapat merujuk pada senjata nuklir secara keseluruhan. Namun, ada perbedaan subtansial antara keduanya.

Bom Atom:

Istilah “bom atom” secara historis digunakan untuk merujuk pada senjata nuklir pertama yang dikembangkan selama dan setelah Perang Dunia II. Bom atom menggunakan reaksi fisi nuklir, yaitu pemecahan inti atom yang menghasilkan pelepasan energi yang sangat besar.

Bom atom dapat menggunakan isotop uranium-235 atau plutonium-239 sebagai bahan fisil utama untuk memicu reaksi fisi nuklir.

Bom Nuklir:

Istilah “bom nuklir” lebih umum dan mencakup berbagai jenis senjata yang menggunakan reaksi nuklir untuk melepaskan energi. Oleh karena itu, istilah ini mencakup tidak hanya bom fisi (seperti bom atom) tetapi juga bom fusi (hidrogen) dan bahkan senjata yang menggabungkan kedua jenis reaksi nuklir.

Jadi, sementara “bom atom” secara historis merujuk pada jenis tertentu dari senjata nuklir, “bom nuklir” merupakan istilah yang lebih umum yang mencakup berbagai jenis senjata yang menggunakan energi nuklir. Dalam penggunaan modern, istilah “bom nuklir” dapat mencakup berbagai senjata nuklir yang menggunakan berbagai teknologi nuklir.

Bahan baku bom atom

Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan bom atom bervariasi tergantung pada jenis bom nuklirnya, yaitu bom fisi atau bom fusi. Berikut adalah bahan utama untuk masing-masing jenis bom:

Bom Fisi (Uranium atau Plutonium):

  • Uranium-235: Bom fisi jenis uranium menggunakan isotop uranium-235. Uranium alam umumnya terdiri dari dua isotop utama, yaitu uranium-238 (U-238) dan uranium-235 (U-235). Hanya U-235 yang dapat mengalami reaksi fisi nuklir dan melepaskan energi dalam jumlah besar.
  • Plutonium-239: Bom fisi jenis plutonium menggunakan isotop plutonium-239. Plutonium-239 dapat diproduksi melalui reaksi nuklir dalam reaktor nuklir, dan ini adalah bahan yang dapat mengalami reaksi fisi.

Bom Fusi (Hidrogen):

  • Deuterium dan Tritium: Bom fusi menggunakan isotop deuterium (hidrogen-2) dan tritium (hidrogen-3) sebagai bahan bakar utama untuk reaksi fusi nuklir. Deuterium dan tritium adalah isotop hidrogen yang memiliki inti atom yang berbeda dari hidrogen biasa (hidrogen-1).
  • Lithium: Lithium juga dapat digunakan dalam bom fusi sebagai “tamper” atau “jacket” untuk meningkatkan tekanan dan suhu dalam bom sehingga reaksi fusi dapat berlangsung lebih efisien.
  • Uranium atau Plutonium (Sebagai Pendorong): Bom fusi seringkali menggunakan bom fisi sebagai pendorong untuk menciptakan kondisi yang diperlukan untuk memicu reaksi fusi.

Penggagas awal bom atom

Pengembangan awal bom atom selama masa Perang Dunia II  adalah usaha kolaboratif oleh banyak ilmuwan dan insinyur dari berbagai negara, dan banyak di antara mereka berkontribusi pada berbagai aspek proyek. Proyek ini menjadi titik awal era senjata nuklir dan memunculkan pertanyaan etika dan keamanan global yang kompleks.

Penemuan bom atom melibatkan berbagai ilmuwan, insinyur, dan lembaga. Ada beberapa tokoh kunci dan lembaga yang sangat berperan dalam penemuan bom atom:

Manhattan Project:

Proyek Manhattan adalah proyek penelitian dan pengembangan senjata nuklir selama Perang Dunia II yang dipimpin oleh Amerika Serikat, Britania Raya, dan Kanada. Proyek ini dimulai pada 1939 dan berhasil mengembangkan bom atom pertama.

Ilmuwan Amerika Serikat yang terlibat dalam proyek ini termasuk J. Robert Oppenheimer, Enrico Fermi, Richard Feynman, dan banyak lainnya. Oppenheimer memainkan peran kunci sebagai direktur ilmiah proyek ini.

Robert Oppenheimer

Fisikawan teoretis Amerika Serikat J. Robert Oppenheimer adalah tokoh kunci dalam pengembangan bom atom. Dia dipilih sebagai direktur ilmiah Proyek Manhattan pada tahun 1942.

Setelah pengujian sukses bom atom pertama di Alamogordo, New Mexico, pada Juli 1945, Oppenheimer mengutip kutipan dari epik Hindu, Bhagavad Gita, “Saya menjadi Maut, pembinasa dunia,” menyadari dampak besar dari keberhasilan proyek tersebut.

Enrico Fermi

Fisikawan Italia-Amerika Enrico Fermi memimpin tim yang menciptakan reaktor nuklir pertama di bawah Stadion Universitas Chicago sebagai bagian dari Proyek Manhattan. Reaktor ini memainkan peran penting dalam pengembangan bom atom.

Albert Einstein

Meskipun tidak terlibat langsung dalam pengembangan bom atom, fisikawan terkenal Albert Einstein menandatangani surat kepada Presiden Franklin D. Roosevelt pada 1939 yang memperingatkan tentang potensi pengembangan senjata nuklir oleh Nazi Jerman. Surat ini, yang melibatkan pemikiran tentang energi nuklir, dianggap memotivasi pendirian Proyek Manhattan.

Teori E = mc² merupakan salah satu landasan terlepasnya energi besar bom atom. Albert Einstein menurunkan rumus ini didasarkan atas pengamatannya pada tahun 1905 atas kelakuan objek yang bergerak dengan laju mendekati laju cahaya.

Niels Bohr

Ahli fisika Denmark Niels Bohr adalah salah satu ilmuwan yang terlibat dalam pembahasan etika dan dampak sosial dari senjata nuklir. Dia juga memberikan kontribusi dalam pemahaman tentang reaksi nuklir.

Pembatasan penggunaan bom atom

Penggunaan bom atom memiliki dampak yang sangat serius dan berbahaya terhadap manusia dan lingkungan. Kesepakatan internasional, seperti Perjanjian Nuklir Non-Proliferasi (NPT), telah dibuat untuk mengendalikan penyebaran senjata nuklir dan mendorong negara-negara untuk mengurangi atau menghapusnya. Meskipun sejumlah negara memiliki senjata nuklir, upaya internasional terus dilakukan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dan untuk mencapai dunia yang bebas dari senjata nuklir.

Ada beberapa alasan mengapa tidak semua negara diizinkan atau dianjurkan untuk memiliki bom atom. Beberapa alasan tersebut melibatkan kekhawatiran akan keamanan global, penyebaran senjata nuklir, dan ketidakstabilan geopolitik. Berikut adalah beberapa alasan utama:

Pengendalian Senjata Nuklir: Senjata nuklir memiliki potensi untuk menyebabkan kerusakan massal dan dapat mengancam kelangsungan hidup manusia dan lingkungan. Karena itu, komunitas internasional telah berkomitmen untuk mengendalikan penyebaran senjata nuklir agar tidak jatuh ke tangan yang salah atau digunakan dengan tujuan yang tidak damai.

Keamanan dan Stabilitas Regional: Kehadiran senjata nuklir di suatu wilayah dapat menciptakan ketidakstabilan dan meningkatkan risiko konflik. Dalam beberapa situasi, keberadaan senjata nuklir dapat memicu perlombaan senjata di antara negara-negara tetangga, meningkatkan ketegangan dan risiko konflik.

NPT dan Perjanjian Internasional: Sebagian besar negara telah bergabung dalam Perjanjian Nuklir Non-Proliferasi (NPT), yang bertujuan untuk mencegah penyebaran senjata nuklir dan mendorong kerjasama dalam penggunaan energi nuklir untuk tujuan damai. NPT menetapkan bahwa negara-negara non-nuklir yang tidak memiliki senjata nuklir berkomitmen untuk tidak mengembangkan atau memperolehnya, sementara negara-negara nuklir yang ada berkomitmen untuk mencapai pengurangan senjata nuklir secara bertahap.

Pertanyaan mengenai keadilan dalam kepemilikan senjata nuklir merupakan subjek yang kompleks dan kontroversial dalam bidang diplomasi, keamanan internasional, dan etika.

Sejarah pemakaian bom atom yang digunakan dalam peperangan terjadi di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, pada Agustus 1945, bom yang dijatuhkan pasukan tentara USA itu meluluhlantakkan kota dan kehidupannya, bom yang mengakhiri peperangan. [KS]