Koran Sulindo – Masyarakat diminta mewaspadai kemungkinan kondisi cuaca yang ekstrem akibat muculnya bibit-bibit siklon tropis baru. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut kemungkinan munculnya dua bibit siklon baru.

Kepala BMKG Prof Dwikora Karnawati menyebut pada tanggal dua bibit siklon baru terpantau di Laut Andaman di sebelah utara Aceh dan di sebelah selatan Nusa Tenggara Timur. “Bibit siklon tropis 93W terpantau di Laut Andaman dengan kecepatan maksimum 56 kilometer per jam,” kata Dwikora seperti dikutip dari Antara, Sabtu (2/12).

Dengan intensitas stabil, bibit siklon tersebut bergerak ke arah timur menjauhi Indonesia dan memicu hujan dengan intensitas sedang sampai lebat di wilayah Aceh serta angin kencang di Selat Malaka bagian utara. Bibit siklon ini juga memicu gelombang hingga setinggi 2,5-4 meter di perairan Lhokseumawe, Sabang, dan perairan wilayah utara dan barat Aceh.

Selain 93W, BMKG juga mencermati bibit siklon tropis 97S yang terpantau di sebelah selatan Nusa Tenggara Timur. Bibit siklon ini memiliki kecepatan angin hingga maksimum 28 kilometer per jam. Meski diperkirakan menjauhi Indonesia, 97S akan mengalami peningkatan intensitas yang konstan.

Selain memicu hujan berintensitas sedang hingga lebat di NTT, bibit siklon 97S ini bakal memicu gelombang setinggi 2,5 sampai dengan 4 meter di perairan Lampung, Selat Bali, Selat Lombok, Selat Alas wilayah selatan, serta di Selat Sunda bagian selatan dan wilayah perairan selatan Jawa Timur.

Dalam beberapa hari terakhir, wilayah Indonesia diterjang dua siklon tropis Cempaka dan Dahlia yang berpusat di sebelah selatan Jawa Tengah dengan kecepatan 95 kilometer per jam. Sikolon Tropis Dahlia memicu hujan lebat di seluruh bagian Pulau Jawa dan menimbulkan angin kencang.

Dahlia juga memicu gelombang tinggi antara 2,5-4 meteri di perairan Mentawai hingga Bengkulu, Laut Jawa bagian tengah dan gelombang 4-6 meteri di Samudra Hindia di perairan Banten hingga Jateng dan 6-7 meter di perairan selatan Jateng sampai Jatim.

Hujan deras yang dipicu siklon tropis Dahlia menyebabkan banjir, genangan air hingga bencana tanah longsor di beberapa tempat. Masyarakat mewaspadai kemungkinan bencana alam hujan deras dan angin kencang yang bisa mengakibatkan tumbangnya pepohonan atau baliho yang roboh. Hujan juga disertai angin petir.

Meningkatnya gelombang tinggi tersebut, Kementerian Perhubungan telah menerbitkan maklumat pelayaran untuk mewaspadai ancaman gelombang tinggi dan cuaca ekstrim. Nelayan dan kapal-kapal kecil diminta untuk menunda pelayarannya hinga keadaan cuaca membaik kembali. Dalam 24 jam ke depan, diperkirakan Siklon Dahlia makin menjauhi wilayah selatan Pulau Jawa dengan jarak 760 kilometer.

BMKG dipercaya oleh Organisasi Meterologi Dunia (WMO) untuk memantau dan memberikan peringatan dini siklon tropis di wilayah pasifik sejak tahun 2008. Sebelumnya, sistem peringatan tersebut dilakukan oleh Jepang atau Australia.

Penamaan kedua siklon tropis itu sebagai Cempaka dan Dahlia selain dimaksudkan agar tidak menimbulkan kepanikan publik, nama bunga dipilih untuk mewakili keunikan Indonesia. Di masa lalu pemakai Indonesia pernah menggunakan nama ‘Durga’ namun menuai protes dari Pemerintah India. Di India, nama Durga merujuk kepada salah satu dewi.

Siklon tropis umumnya dipicu perbedaan tekanan udara yang lazim terjadi di daerah tropis akibat sirkulasi alami atmosfer. Samudra Hindia tercatat sebagai sebagai wilayah yang memiliki pertumbuhan siklon tropis paling banyak dengan rata-rata 10 kali per tahun.[*]