Biografi Joseph Pulitzer, Pelopor Jurnalisme Investigasi dan Penghargaan Pulitzer

Joseph Pulitzer, wartawan investigasi keturunan Yahudi yang terkenal kritis dan berani. Dia menetapkan Penghargaan Pulitzer dalam surat wasiatnya. (Sumber: Historic Missourians)

Koran Sulindo – Kematian Joseph Pulitzer pada tanggal 29 Oktober 1911 merupakan salah satu kehilangan besar bagi dunia jurnalisme. Semasa hidupnya, Joseph Pulitzer dikenal sebagai seorang wartawan investigasi handal yang memadukan tajuk rencana dan berita yang menggugah pikiran dengan berita kriminal dan kepentingan publik.

Pulitzer merupakan orang pertama yang menyerukan pelatihan jurnalis di tingkat universitas di sekolah jurnalisme. Selain itu, dia memperkenalkan sejumlah inovasi seperti komik, liputan olahraga, liputan mode wanita, dan ilustrasi ke dalam surat kabar.

Inovasi ini tidak hanya meningkatkan keterbacaan, tetapi menjadikan koran sebagai sarana hiburan sekaligus informasi.

Joseph Pulitzer terutama dikenal karena telah menetapkan Penghargaan Pulitzer, sebuah penghargaan tertinggi dan paling bergengsi dalam jurnalisme cetak, sastra, dan komposisi musik.

Biografi Joseph Pulitzer

Melansir dari beberapa sumber, Joseph Pulitzer lahir dari keluarga kaya keturunan Yahudi-Magyar di Mako, Hungaria pada tanggal 10 April 1847. Ayahnya, Fülöp Pulitzer, merupakan salah satu pedagang gandum yang terhormat. Ibunya, Elize Berger, adalah seorang penganut Katolik Roma yang taat.

Ketika ayahnya pensiun pada tahun 1853, keluarganya pindah ke Budapest. Pulitzer dan saudara-saudaranya pergi sekolah swasta dan diajar oleh guru privat. Mereka juga belajar berbicara bahasa Prancis dan Jerman.

Ayahnya meninggal ketika dia baru berusia sebelas tahun. Setelah ibunya menikah lagi, Pulitzer memutuskan untuk hidup mandiri di usia tujuh belas tahun. Dia mendaftar ke Angkatan Darat Austria, Legiun Asing Napoleon untuk bertugas di Meksiko, dan Angkatan Darat Inggris untuk bertugas di India, namun ditolak karena penglihatan dan kesehatannya yang buruk.

Pada Agustus 1964, dia bertemu dengan seorang perekrut bayaran untuk Angkatan Darat AS di Hamburg, Jerman. Dia dikontrak untuk mendaftar sebagai pengganti wajib militer. Ini adalah sebuah prosedur yang diizinkan berdasarkan sistem wajib militer Perang Saudara.

Pulitzer fasih berbahasa Jerman dan Prancis, tapi dia tidak dapat berbahasa Inggris. Jadi saat dia tiba di AS, dia pergi ke New York dan bergabung dengan unit Kavaleri Lincoln yang sebagian besar terdiri dari pasukan Jerman. Karier militernya yang singkat berakhir pada tanggal 5 Juni 1865 ketika dia diberhentikan secara terhormat.

Setelah perang, Pulitzer kembali ke New York untuk mencari pekerjaan. Persaingan dengan veteran Perang Sipil membuat Pulitzer sering menganggur dan terkadang kehilangan rumah. Dia pergi ke St. Louis, Missouri dengan harapan akan memperoleh pekerjaan.

Pulitzer sampai di East St. Louis pada 10 Oktober 1865 dalam keadaan tidak berpenghasilan. Maka dia bekerja serabutan: dia menjadi awak kapal, pengemudi taksi, penggali kubur saat wabah kolera melanda pada tahun 1866, dan pelayan di restoran Tony Faust. Pekerjaan terburuknya adalah mengurus keledai di Jefferson Barracks.

Keadaan finansialnya membaik saat dia dipekerjakan untuk mencatat hak atas tanah bagi Atlantic and Pacific Railroad. Posisi ini mengharuskannya bepergian dengan kuda ke seluruh Missouri dan belajar hukum. Pada 6 Maret 1867, Pulitzer menjadi warga negara naturalisasi. Dua tahun kemudian, dia resmi menjadi seorang pengacara.

Menjadi Wartawan dan Anggota DPR

Selama di St. Louis, Pulitzer terus belajar bahasa Inggris dan menghabiskan banyak waktu di Perpustakaan Dagang (Mercantile Library). Di sana, dia bertemu Carl Schurz, salah satu editor dan pemilik surat kabar Jerman, Westliche Post. Schurz mengagumi Pulitzer muda dan mempekerjakannya sebagai wartawan pada tahun 1868.

Selama berkarir sebagai wartawan, Pulitzer tanpa lelah mencari fakta dan mendapatkan berita terlebih dahulu, membuat jengkel rekan-rekannya.

Saat meliput konvensi negara bagian Partai Republik di kota Jefferson, Missouri pada tahun 1869, Pulitzer dicalonkan untuk maju dalam pemilihan khusus melawan anggota partai Demokrat Samuel Grantham sebagai perwakilan Distrik Kelima di St. Louis. Pulitzer, yang kala itu berusia 22 tahun, menang dan menduduki kursinya pada tanggal 5 Januari 1870.

Sebagai seorang anggota DPR di St. Louis, Pulitzer mencoba membasmi korupsi di distriknya. Dia mengajukan rancangan undang-undang untuk menghapus Pengadilan Daerah St. Louis, yang mengontrak para pejabat daerah dan memberikan uang untuk proyek pembangunan.

Pulitzer melihat bahwa kontrak-kontrak itu hanya diberikan kepada para sahabat pengadilan, salah satunya Kapten Edward Augustine, seorang kontraktor bangunan dan pengawas pendaftaran untuk Daerah St. Louis.

Pada malam tanggal 27 Januari 1870, di Hotel Schmidt di kota Jefferson, Augustine marah atas tuduhan Pulitzer bahwa ia korup, menyebutnya pembohong. Pulitzer pergi mengambil pistol lamanya, lalu kembali ke hotel untuk menuntut permintaan maaf. Augustine menolak dan meninju Pulitzer, lalu tertembak di kaki.

Pulitzer mengakui perbuatannya dan didenda besar. Teman-temannya membantu membayar denda, dan rancangan undang-undangnya untuk menghapus pengadilan daerah akhirnya disahkan. Dia mencalonkan diri lagi untuk kursi DPR pada tahun 1870, tetapi kalah melawan Nicholas M. Bell. Tak lama setelah kekalahannya, Pulitzer pindah ke partai Demokrat.

Meski Pulitzer menyukai politik, dia lebih mencintai jurnalisme. Pada 1872, Pulitzer menerima tawaran saham di surat kabar Westliche Post dari pemiliknya yang hampir bangkrut. Dia menjual sahamnya di surat kabar tersebut pada tahun 1876 dan mengambil cuti untuk bepergian dan pulang kampung ke Hungaria.

Pulitzer lalu kembali ke St. Louis dan membeli surat kabar St. Louis Dispatch pada tahun 1878 dalam sebuah lelang publik seharga $2.500. Kemudian pemilik Post, John A. Dillon, setuju untuk menggabungkan korannya dengan Pulitzer.

St. Louis Post and Dispatch resmi berdiri pada tanggal 12 Desember 1878. Namanya segera disingkat menjadi Post-Dispatch, dan korannya bertambah dari empat menjadi delapan halaman.

Pulitzer lalu aktif mempublikasikan berbagai tindak kejahatan di St. Louis, seperti penghindar pajak, jaringan perjudian, penipuan asuransi, monopoli, bankir, dan korupsi kota. Keberaniannya dalam mencari fakta mendatangkan banyak musuh, tapi dia terus meningkatkan sirkulasi hingga mencapai ribuan, menjadikan korannya sangat sukses.

Selama masa ini, Pulitzer mulai mengencani Kate Davis, seorang wanita Washington yang terkemuka. Mereka menikah pada tanggal 19 Juni 1878 di Gereja Episkopal Epiphany di Washington, D.C. Pasangan ini lalu memiliki tujuh anak: Ralph, Lucille, Katherine, Joseph Jr., Edith, Constance, dan Herbert.

Kehidupan Pulitzer kini sangat berbeda dibandingkan dulu: dia adalah seorang warga negara Amerika yang terkenal sebagai pembicara, penulis, dan editor. Dia menguasai bahasa Inggris dengan sangat baik dan terkenal sangat rupawan karena selalu berbusana elegan, berjanggut cokelat kemerahan, mengenakan kacamata pince-nez, dan mudah bergaul dengan kaum elit sosial St. Louis. Dia menikmati berdansa di pesta-pesta mewah dan menunggang kuda di taman. Dia juga masih aktif bekerja untuk korannya, St. Louis Post-Dispatch.

Akan tetapi, kesehatannya memburuk. Pengelihatannya menurun dan sarafnya sangat rapuh sehingga dia harus membuat kamar tidurnya kedap suara di rumah. Meskipun sakit-sakitan, Pulitzer tetap aktif berkegiatan.

Pulitzer membeli pembelian surat kabar The New York World dari seorang pemodal bernama Jay Gould pada 1883, menjadi anggota kongres dari New York pada tahun 1884. membangun gedung enam belas lantai pada tahun 1890, mengkritik para koruptor lewat koran barunya, dan membantu Grover Cleveland memenangkan pemilu tahun 1884.

Para pembacanya bahkan membantu mengumpulkan dana untuk membayar alas untuk mendirikan Patung Liberty di pelabuhan Kota New York.

Selama menjalankan surat kabar The New York World, Pulitzer menerapkan beberapa teknik yang telah membangun sirkulasi Post-Dispatch. Tekniknya itu berhasil dengan sangat baik, meningkatkan oplah The World dalam semua edisinya hingga lebih dari 600.000 eksemplar. The World lantas terkenal sebagai surat kabar investigatif dengan oplah terbesar di AS.

Pulitzer selalu menggunakan moto “Akurasi! Ketegasan! Akurasi!” dalam setiap pelaporan fakta. Namun, ketika William Randolph Hearst membeli surat kabar pesaing, New York Journal, pada tahun 1895, Pulitzer mengesampingkan standar dan prinsipnya.

Persaingannya dengan Hearst membuatnya menulis berita-berita yang mengejutkan, menggunakan judul-judul yang mengerikan dan bombastis, serta menggunakan banyak foto dan kartun untuk menarik pembaca. Gaya jurnalisme ini sekarang dikenal sebagai “jurnalisme kuning.”

Penghargaan Pulitzer

Di tahun-tahun terakhirnya, kesehatannya semakin memburuk: dia menjadi tunanetra, hampir lumpuh, dan tidak bisa banyak keluar rumah karena sarafnya yang lemah. Dia membutuhkan bantuan beberapa orang untuk beraktivitas. Sekretarisnya membacakan buku untuknya setiap hari dan menemaninya mengobrol.

Pada tahun 1904, Pulitzer menulis sebuah surat wasiat yang berisi aturan pembentukan Penghargaan Pulitzer sebagai insentif untuk keunggulan. Awalnya dia hanya menetapkan empat penghargaan dalam bidang jurnalisme, empat dalam bidang buku dan drama, satu untuk pendidikan, dan lima beasiswa perjalanan.

Namun kepekaan terhadap perkembangan dinamis masyarakat membuat Pulitzer mengubah sistem penghargaan. Dia membentuk dewan penasihat pengawas dan memberi sejumlah wewenang terkait pemberian dan penahanan penghargaan.

Dalam perkembangannya, Dewan tersebut berganti nama menjadi Dewan Penghargaan Pulitzer dan meningkatkan jumlah penghargaan menjadi 23 dengan memperkenalkan puisi, musik, fotografi, memoar, dan jurnalisme audio sebagai subjek.

Pulitzer meninggal karena gagal jantung di atas kapal pesiarnya pada tanggal 29 Oktober 1911 dan dimakamkan di Pemakaman Woodlawn di Bronx.

Setahun kemudian, Sekolah Jurnalisme Columbia didirikan. Penghargaan Pulitzer pertama dianugerahkan pada tahun 1917 di bawah pengawasan dewan penasihat yang telah dia beri mandat. [BP]