Para penikmat seni, khususnya seni patung, pasti sudah tidak asing lagi dengan “The Thinker”, yaitu patung yang menggambarkan seorang pria yang sedang berpikir sambil duduk. Patung ini merupakan sebuah mahakarya seorang pematung tersohor Prancis bernama Auguste Rodin, yang meninggal pada usia 77 tahun pada 17 November 1917.
Melansir dari situs Musée Rodin, patung “The Thinker” menggambarkan Dante Alighieri, penulis The Divine Comedy dalam posisi duduk di atas batu dengan punggungnya condong ke depan, alisnya berkerut, dagu bersandar pada tangannya, dan mulut menempel di buku-buku jarinya. Rodin menggambarkan Dante sedang mengamati lingkaran Neraka sambil merenungkan karyanya.
Patung “The Thinker” aslinya disebut “The Poet” (Sang Penyair), disusun sebagai bagian dari “The Gates of Hell” (Gerbang Neraka), yaitu sebuah monumen untuk sepasang pintu perunggu menuju sebuah museum seni dekoratif yang direncanakan di Paris. Pose patung tersebut banyak dipengaruhi oleh Ugolino karya Carpeaux dan potret Lorenzo de’ Medici yang sedang duduk yang diukir oleh Michelangelo.
Biografi Auguste Rodin
Merangkum dari beberapa sumber, Auguste Rodin lahir dengan nama François-Auguste-René Rodin pada tanggal 12 November 1840, di Paris, Prancis, dari pasangan Marie Cheffer dan Jean-Baptiste Rodin. Rodin memiliki seorang kakak perempuan yang dua tahun lebih tua darinya bernama Maria.
Semasa kecil, Rodin sangat tertekan karena memiliki penglihatan yang buruk. Saat bersekolah di Petite École, yaitu sekolah yang mengkhususkan diri dalam seni dan matematika, dia tidak dapat melihat gambar di papan tulis dan kesulitan mengikuti pelajaran matematika dan sains. Meski menderita rabun jauh, Rodin pintar menggambar. Dia sering menggambar apa pun yang dia lihat atau bayangkan di manapun bisa.
Pada usia 13 tahun, Rodin telah mengembangkan keterampilan artistiknya dan mulai mengambil kursus seni formal. Empat tahun kemudian, pada usia 17 tahun, dia mencoba masuk sekolah seni École des Beaux-Arts dengan mengirimkan model tanah liat yang menggambarkan seorang teman. Dia tiga kali gagal dalam ujian kompetitif.
Pada tahun 1858, Rodin memutuskan untuk mencari nafkah dengan menekuni pekerjaan batu dekoratif. Dia juga sempat mengerjakan monumen publik karena kota kelahirannya sedang dalam masa pembaharuan perkotaan.
Namun pada tahun 1862, kakak perempuan Rodin, Maria, meninggal karena peritonitis, yaitu peradangan pada selaput tipis yang membatasi dinding dalam perut dan organ-organ perut (peritoneum). Kematian Maria membuatnya trauma.
Rodin kemudian terbebani oleh rasa bersalah karena seorang pelamar yang dia perkenalkan kepada Maria ternyata tidak setia padanya. Duka, trauma, dan perasaan bersalah sempat membuatnya meninggalkan seni dan bergabung dengan ordo Katolik Kongregasi Sakramen Mahakudus sebagai seorang awam.
Pendiri sekaligus kepala kongregasi, Petrus Julian Eymard, menyadari bakat seni Rodin dan merasakan ketidaksesuaiannya dengan ordo Katolik. Dia mendorong Rodin untuk melanjutkan pekerjaan patungnya.
Awal Karir
Rodin mulai bekerja dengan pematung Prancis Albert Carrier-Belleuse. Pada tahun 1863-1864, Rodin mengajukan mode patung pertamanya, “Mask of the Man With the Broken Nose”, ke pameran resmi Paris Salon. Pameran tersebut menolak karyanya sebanyak dua kali karena realisme potretnya menyimpang dari konsep kecantikan klasik dan menampilkan wajah seorang tukang lokal.
Pada tahun 1871, Rodin pergi bersama Carrier-Belleuse untuk mengerjakan sebuah proyek besar, yaitu dekorasi monumen publik di Brussels. Tapi Carrier-Belleuse memecatnya karena dia merasa pengaruh Rodin harus ditangani. Alasan pertama ini berakar dari perbedaan gaya seni.
Karya-karya Rodin pada masa ini seperti “Bacchante” menunjukkan sifat cerah, menawan, dan tanpa kehidupan batin. Ini sesuai dengan keinginan Carrier-Belleuse namun bertentangan dengan gaya Rodin yang menyampaikan emosi intens manusia seperti cinta, kegembiraan, penderitaan, atau kesedihan. Selain itu, Carrier-Belleuse merasa yakin bahwa dia harus melepaskan diri dari pengaruh Rodin.
Terinspirasi oleh Seni di Italia
Setelah dipecat oleh Carrier-Belleuse, Rodin berkolaborasi dalam pembuatan karya perunggu dekoratif.
Empat tahun kemudian, di usia 35 tahun, Rodin belum mengembangkan gaya ekspresif pribadinya karena tekanan dari pekerjaan dekoratif. Namun setelah menabung cukup uang, Rodin mengunjungi Italia selama dua bulan, tepatnya di tahun 1875. Selama di sana, dia sangat tertarik pada karya-karya Donatello dan Michelangelo.
Rodin mengunjungi Genoa, Florence, Roma, Naples, dan Venesia untuk mempelajari lebih banyak tentang seni sebelum kembali ke Brussel. Karya-karya Donatello dan Michelangelo sangat mempengaruhi arah artistiknya.
Di bawah pengaruh tersebut, Rodin membuat sebuah patung perunggu dan menamainya The Vanquished. Ini adalah karya orisinal pertamanya, yang memicu skandal di kalangan seni Brussels dan di Paris Salon. Patung itu dipamerkan pada tahun 1877 dan disebut sebagai “Zaman Perunggu”. Patung itu tampak begitu realistis sehingga banyak orang berpikir bahwa Rodin membuatnya menggunakan tubuh modelnya.
Pada dekade berikutnya, saat Rodin memasuki usia 40-an, dia membangun gaya artistiknya yang khas melalui karya-karya hebat lainnya. Beberapa karya menjadi kontroversial karena menghindari formalitas akademis demi keluwesan bentuk yang vital.
Dengan bantuan tim besar, Rodin menciptakan serangkaian karya terkenal, termasuk “The Burghers of Calais,” sebuah monumen publik dari perunggu yang menggambarkan momen selama Perang Seratus Tahun antara Prancis dan Inggris di tahun 1347.
Kemudian saat ditugaskan untuk mengerjakan bagian pintu masuk dari sebuah museum yang direncanakan (yang tidak pernah dibangun) pada tahun 1880, Rodin mulai mengerjakan karya bernama “The Gates of Hell” (Gerbang Neraka), yaitu sebuah monumen rumit yang sebagian terinspirasi oleh The Divine Comedy karya Dante dan Les Fleurs du Mal karya Charles Baudelaire.
Monumen ini menunjukkan berbagai tokoh, termasuk “The Thinker”, “The Three Shades” (1886), “The Old Courtesan” (1887) dan “Man With Serpent” (1887).
Meskipun Rodin ingin memamerkan “The Gates of Hell”, proyek tersebut memakan waktu lebih lama dari yang diantisipasi sebelumnya sehingga tak terselesaikan. Rodin menghasilkan patung-patung besar lainnya selama tahun-tahun berikutnya, termasuk monumen untuk sastrawan besar Prancis Victor Hugo dan Honoré de Balzac.
Kematian Tragis dan Warisan
Meski terkenal sebagai seorang pematung tersohor, Rodin meninggal dengan tragis pada tanggal 17 November 1917 di Meudon, Prancis, beberapa bulan setelah kematian pasangannya Rose Beuret.
Melansir dari Times, sekretaris Rodin yang bernama Tirel menyatakan dengan tegas bahwa Rodin meninggal karena kedinginan, ditelantarkan oleh teman-teman dan pejabat negara, sementara patung-patungnya, yang telah dia berikan kepada negara, tersimpan dalam wadah hangat di museum dengan pemanas sentral dan dibiayai oleh publik.
Kondisinya begitu gawat sehingga dia meminta izin untuk mendapatkan sebuah kamar di museum Hôtel Biron, yang dulunya merupakan studio miliknya. Pejabat yang bertanggung jawab atas museum itu menolak permintaan izinnya.
Para pejabat dan teman-temannya yang lain menjanjikan batu bara tetapi mereka tidak pernah mengirimkannya, meskipun mereka tampaknya tahu bahwa Rodin sedang sakit dan kedinginan di Meudon.
Sumber lain mengatakan bahwa Rodin meninggal karena edema paru, yaitu penumpukan cairan di kantung udara paru-paru yang menyebabkan sesak napas, batuk berbusa dan berlendir, dan mengi. Edema paru bisa terjadi karena banyak faktor, seperti masalah jantung, infeksi virus, kecelakaan, dan lainnya. Aktivitas fisik dan kedinginan dalam waktu lama dapat memperburuk edema paru.
Karena karya-karyanya yang terkenal selama lebih dari satu abad, Rodin secara luas dianggap sebagai pelopor seni pahat modern. Warisannya terus dipelajari dan dikagumi oleh sesama seniman, pakar, cendekiawan, penikmat seni, dan orang awam dari seluruh dunia.
Museum Rodin dibuka pada bulan Agustus 1919 di sebuah rumah besar di Paris yang dia gunakan sebagai studio seni selama tahun-tahun terakhirnya. Setelah beberapa tahun direkonstruksi, museum tersebut dibuka kembali pada tanggal 12 November 2015, di hari ulang tahun Rodin. [BP]