Dalam serial kartun SpongeBob SquarePants, terdapat sebuah kota bawah laut bernama Bikini Bottom. Terletak di dasar Samudra Pasifik, kota ini dihuni oleh semua karakter utama acara ini.
Fakta uniknya adalah Bikini Bottom didasarkan pada tempat nyata di Samudra Pasifik, yaitu Bikini Atoll di Kepulauan Marshall. Tempat ini pernah menjadi lokasi pengujian bom nuklir Amerika Serikat di tahun 1954.
Pada tanggal 1 Maret 1954, tepatnya, Amerika Serikat menjatuhkan Castle Bravo, bom hidrogen berkekuatan 15 megaton di Bikini Atoll. Ledakannya 1.000 kali lipat lebih besar dari bom yang menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki, serta mengakibatkan kontaminasi radioaktif yang sangat buruk.
Sejarah Pengujian
Melansir dari Brookings, uji coba Castle Bravo merupakan bagian dari Operasi Castle, yang dilakukan oleh Komisi Energi Atom AS dan Departemen Pertahanan.
Sebelumnya pada tahun 1952, Amerika Serikat menguji perangkat termonuklir pertamanya, Ivy Mike, di Elugelab, Atol Enewatak, Kepulauan Marshall. Setelah uji coba Ivy Mike, para ilmuwan AS bergegas membuat serangkaian desain termonuklir yang dapat segera digunakan.
Ivy Mike adalah perangkat termonuklir “basah”, karena isotop hidrogen yang digunakan dalam perangkat tersebut berbentuk cairan. Sementara itu, Castle Bravo adalah perangkat “kering”, yang berat dan ukurannya telah banyak dikurangi.
Castle Bravo adalah perangkat termonuklir pertama yang dapat dikirim. Pengujian bom ini bertujuan untuk membuka jalan bagi terciptanya senjata yang lebih efektif, termasuk senjata yang dapat dikirim melalui pesawat terbang.
Perancang Castle Bravo memperkirakan hasil ledakannya akan mencapai sekitar lima hingga enam megaton, di mana satu megaton setara dengan satu juta ton TNT. Sayangnya, mereka salah perhitungan.
Para ilmuwan terkejut ketika Castle Bravo menghasilkan ledakan sebesar 15 megaton, atau 1.000 kali lebih kuat dari bom nuklir yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Ledakan ini sangat mencengangkan.
Kesalahan perhitungan tersebut terjadi karena para ilmuwan tidak menyadari bahwa sumber bahan bakar fusi yang “kering”, yaitu litium deuterida dengan kandungan isotop litium-6 sebesar 40 persen, akan berkontribusi sangat besar terhadap hasil ledakan secara keseluruhan.
Castle Bravo merupakan bom seberat 10,6 ton (23.500 pon). Awan jamur yang terbentuk setelah ledakan membesar hingga hampir empat setengah mil lebarnya dan mencapai ketinggian 39,6 km (130.000 kaki) dalam enam menit setelah ledakan.
Kawah yang tertinggal memiliki diameter 1,98 km (6.510 kaki) dan kedalaman 0.07 km (250 kaki). Meskipun kekuatannya sangat besar, uji coba Castle Bravo hanya merupakan uji coba terbesar kelima dalam sejarah. Pengujian Tsar Bomba oleh Uni Soviet masih menempati urutan pertama, dengan ledakan sebesar 50 megaton.
Dampak Ledakan
Uji coba Castle Bravo mengakibatkan bencana nuklir yang berdampak buruk pada penduduk atol di dekat lokasi ledakan dan prajurit yang bekerja pada Operasi Castle. Dampak kritis terjadi di atol Rongelap, Rongerik, Alinginea, dan Utirik di Kepulauan Marshall.
Sayangnya, evakuasi yang diselenggarakan oleh Amerika Serikat terlalu lambat dan gagal membatasi dosis radiasi yang mematikan. Dalam banyak kasus, penduduk tidak mengetahui tentang uji coba nuklir atau konsekuensi dari jatuhnya bahan peledak nuklir.
Dalam satu contoh tragis, sekitar lima jam setelah Castle Bravo meledak, bubuk radioaktif mulai jatuh di Atol Rongelap. Karena percaya bahwa bubuk ini adalah salju, banyak penduduk bermain-main dan memakan bubuk tersebut.
Selama bertahun-tahun kemudian, penduduk pulau tersebut mengalami berbagai masalah kesehatan, termasuk cacat lahir. Diperkirakan 665 penduduk Kepulauan Marshall terpapar radiasi secara berlebihan.
Di luar atol, jejak bahan radioaktif ditemukan di Australia, India, Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa. Dampak nuklirnya menyebar hingga sekitar 7.000 mil persegi.
Satu setengah jam setelah ledakan, dampak nuklir dari bom Castle Bravo mencapai kapal penangkap ikan Jepang, “Lucky Dragon No. 5,” yang berada sekitar 80 mil di sebelah timur lokasi uji. Akibatnya, satu dari 23 awak kapal meninggal karena keracunan radiasi akut, sementara banyak lainnya menderita masalah kesehatan yang serius.
Setelah penggunaan senjata nuklir AS di Jepang hanya sembilan tahun sebelumnya, uji Castle Bravo menyebabkan pertikaian internasional antara kedua negara dan menarik perhatian negatif terhadap pengujian termonuklir.
Beberapa minggu setelah uji tersebut, mantan Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru menyerukan “kesepakatan penghentian sementara” pada uji nuklir. Ini menandai salah satu upaya paling awal untuk menghentikan pengujian senjata nuklir.
Kesalahan uji coba Castle Bravo tidak mengakhiri uji coba termonuklir oleh Amerika Serikat atau negara lain. Operasi Castle berlanjut dengan serangkaian uji coba nuklir lainnya di Kepulauan Marshall. Secara keseluruhan, antara tahun 1946 dan 1958, Amerika Serikat melakukan 67 uji coba senjata nuklir di Samudra Pasifik.
Terutama karena kekhawatiran tentang dampak yang dihasilkan oleh uji coba di atas tanah seperti Castle Bravo, Perjanjian Larangan Uji Coba Terbatas ditandatangani pada tahun 1963, yang mengharuskan semua uji coba dilakukan di bawah tanah. Secara total, Amerika Serikat telah melakukan 1.030 uji coba nuklir, sebagian besar di bawah tanah.
Penduduk Bikini Atoll dan keturunan mereka telah hidup dalam pengasingan sejak mereka dipindahkan untuk uji coba senjata pertama pada tahun 1946. Ketika ilmuwan pemerintah AS menyatakan Bikini Atoll aman untuk dimukimkan kembali, beberapa penduduk diizinkan untuk kembali pada awal tahun 1970-an.
Namun, mereka dipindahkan lagi pada tahun 1978 setelah menelan radiasi tingkat tinggi dari makanan yang ditanam di bekas lokasi uji coba nuklir. KIni, bertahun-tahun setelah uji coba nuklir tersebut, Bikini Atoll masih tidak dapat dihuni.
Meskipun demikian, flora dan fauna masih dapat bertahan hidup di sana. Kehidupan laut khususnya, tumbuh subur di kawah Bikini Atoll. Steve Palumbi, seorang profesor ilmu kelautan di Universitas Stanford, mengatakan ikan dan karang di Bikini Atoll terlihat normal dan sehat, dan beberapa karang sudah ada selama beberapa dekade.
Unsur-unsur sejarah pengujian bom nuklir di Bikini Atoll muncul sekilas dalam beberapa episode kartun SpongeBob SquarePants, namun mungkin tidak dipahami oleh pemirsa. Fakta ini bahkan memunculkan teori konspirasi, bahwa SpongeBob dan semua warga Bikini Bottom merupakan korban paparan radiasi nuklir dan telah bermutasi. [BP}