Presiden Rusia Vladimir Putin - Foto :Yuri K.
Presiden Rusia Vladimir Putin - Foto :Yuri K.

LANGKAH Rusia menangguhkan kesepakatan pembukaan blokade jalur pengiriman gandum Ukraina mendapat kecaman dari Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden. Langkah Rusia dilakukan setelah meningkatnya serangan terhadap kapal Armada Laut Hitam yang bertugas dalam mengamankan rute perdagangan

Presiden AS Joe Biden telah mennyebut keputusan Moskow untuk menghentikan perjanjian yang memungkinkan ekspor gandum Ukraina melalui Laut Hitam sebagai tindakan “keterlaluan”.

Rusia sebelumnya memperingatkan bahwa rute pengiriman dapat disalahgunakan oleh penyelundup, dan menunda kesepakatan pada hari Sabtu (29/10) menyusul tindakan “serangan teroris” terhadap armadanya dalam memastikan keamanan koridor laut.

“Ini benar-benar keterlaluan … [tindakan] Ini akan meningkatkan kelaparan,” kata Biden kepada wartawan di Delaware pada hari Sabtu. “Tidak ada manfaat dari apa yang mereka lakukan. PBB merundingkan kesepakatan itu dan seharusnya dijalankan.”

Rusia mengumumkan pada hari Sabtu bahwa mereka telah menghentikan kepatuhannya terhadap kesepakatan yang dimediasi oleh PBB dan pemerintah Turki awal tahun ini. Kementerian Pertahanan Rusia menjelaskan, langkah itu dilakukan setelah Kiev meluncurkan serangan drone besar-besaran terhadap Armada Laut Hitam dan kapal-kapal sipil yang terlibat dalam mengamankan jalur kargo pertanian dari pelabuhan Ukraina.

Sementara, pihak Ukraina tidak membenarkan atau membantah telah melakukan serangan itu, tetapi menyebut keputusan Rusia untuk menangguhkan kesepakatan membuka jalur pengiriman biji-bijian sebagai “pemerasan yang primitif.”

Presiden Vladimir Zelensky mengatakan lusinan kapal saat ini terdampar selama lebih dari tiga minggu, dan menuduh Rusia membuat “blokade yang disengaja” untuk membawa “kelaparan skala besar ke Afrika dan Asia.”

Pada hari Jumat, Kementerian Luar Negeri Rusia menjelaskan bahwa para ahli Moskow yang terlibat memeriksa kapal-kapal yang berlayar di bawah perjanjian diganggu oleh kapal kargo “palsu” di pelabuhan Istanbul. Tindakan itu dituding untuk mengacaukan pemeriksaan kargo agar menjadi lebih longgar.

Menyusul ledakan di Jembatan Krimea awal bulan Oktober, Presiden Rusia Vladimir Putin telah memperingatkan bahwa jika Ukraina menggunakan koridor gandum untuk menyelundupkan bahan peledak, “itu akan membuat keberadaan koridor ini dipertanyakan.”

Badan Keamanan Federal Rusia (FSB) menuduh intelijen militer Ukraina mendalangi pemboman itu. Bahan peledak, katanya, berasal dari kota pelabuhan Odessa lalu masuk melalui Bulgaria, Georgia dan Armenia sebelum mencapai tujuan sasaran.

Langgar kesepakatan

Sebelumnya, pada bulan Juli lalu, telah tercapai kesepakatan antara pihak Moskow dan Kiev di Istanbul dengan mediasi PBB dan pemerintah Turki. Kesepakatan bertujuan untuk membuka ekspor pertanian melalui Laut Hitam dari Rusia dan Ukraina sebagai negara pengekspor biji-bijian terbesar di dunia.

Kesepakatan itu sempat dipuji sebagai momen penting untuk meredakan krisis pangan global dan membantu negara-negara termiskin di dunia untuk menghindari kelaparan.

Namun, Rusia telah menuduh negara-negara Barat menyelewengkan gandum yang diekspor dari Ukraina, alih-alih membiarkannya dikirim ke negara-negara miskin.

Akhir bulan lalu pihak Rusia mengatakan bahwa dari 203 kapal yang meninggalkan pelabuhan Ukraina pada 23 September, hanya empat yang pergi ke negara-negara miskin.

Menteri Pertanian Rusia Dmitry Patrushev memberi isyarat pada hari Sabtu bahwa Moskow dengan dukungan Turki siap untuk mengirim bantuan pangan bagi negara-negara miskin sejumlah 500.000 ton biji-bijian dalam empat bulan ke depan.

Patrusev menyebut, Rusia “sepenuhnya siap untuk menggantikan gandum Ukraina” dan mengatur pengiriman ke “semua negara yang tertarik” dengan harga yang wajar. [PAR]