Betty Parris: Gadis yang Memicu Pengadilan Penyihir Salem

Ilustrasi yang menunjukkan Tituba melakukan aksi sihir untuk Betty Parris, Abigail Williams, dan anak-anak lainnya di dapur rumah Pendeta Samuel Parris. (Sumber: Salem Witch Trials Documentary Archive and Transcription Project)

Pengadilan Penyihir Salem adalah serangkaian investigasi dan penganiayaan terhadap 19 orang yang dituduh sebagai penyihir di Salem Village di Massachusetts Bay Colony (sekarang Danvers, Massachusetts). Peristiwa tahun 1692 itu adalah bagian dalam kisah panjang perburuan penyihir yang dimulai di Eropa antara tahun 1300 hingga akhir abad ke-18.

Perburuan penyihir merupakan upaya untuk mengidentifikasi dan mengejar orang-orang yang dicurigai sebagai penyihir. Mereka diyakini telah menjual jiwa mereka kepada Iblis agar mendapatkan bantuannya dalam berbagai hal.

Pengadilan Penyihir Salem terjadi ketika sekelompok gadis muda berusia antara sembilan sampai 20 tahun menuduh beberapa orang di Salem sebagai penyihir. Para penuduh ini memperlihatkan gejala-gejala mengerikan yang mereka klaim sebagai tanda-tanda kerasukan setan. Elizabeth “Betty” Parris adalah salah satu dari mereka: dia adalah penuduh pertama dan utama.

Kehidupan Awal

Melansir dari beberapa sumber, Betty Parris lahir pada 28 November 1682. Dia adalah putri dari Pendeta Samuel Parris dan istrinya Elizabeth Eldridge Parris yang sakit-sakitan.

Betty Parris memiliki seorang kakak laki-laki bernama Thomas dan adik perempuan bernama Susannah. Anggota keluarga Parris lainnya adalah Abigail Williams (keponakan Pendeta Parris), seorang pembantu rumah tangga, dan dua orang budak yang dibawa Pendeta Parris dari Barbados, yaitu Tituba dan John Indian.

Ketika Betty Parris berusia sembilan tahun, sebuah kelompok menolak untuk membayar sebagian besar gaji Pendeta Parris. Akibatnya, Pendeta Parris mulai berkhotbah bahwa Iblis sedang bersekongkol di Salem untuk menghancurkan gerejanya.

Gejala-gejala Aneh

Tituba sering menceritakan kisah voodoo kepada anak-anak keluarga Parris. Mungkin karena terinspirasi oleh cerita-cerita tersebut, Betty Parris, Abigail Williams, dan teman mereka Ann Putnam, Jr. yang berusia 12 tahun mulai mencoba ilmu meramal nasib dengan “Kaca Venus.”

Kaca Venus sebetulnya adalah sebutan untuk praktik meramal dengan telur (ovomancy). Caranya adalah memasukkan putih telur ke dalam gelas dan melarutkannya dengan air. Karena bersifat koloid, putih telur akan menghasilkan bentuk saat mengapung di air. Bentuk-bentuk yang muncul akan diteliti untuk menentukan karier dan calon suami seseorang. Misalnya, jika putih telur tampak seperti sebuah kapal, maka suami seseorang adalah seorang pelaut. Jika bentuknya mirip sebuah bajak, suami seseorang adalah seorang petani.

Teknik Kaca Venus terkenal di kalangan perempuan muda pada abad ke-16 dan ke-17. Sama seperti gadis-gadis lain yang telah mencobanya, Betty Parris, Abigail Williams, dan Ann Putnam Jr. menggunakan Kaca Venus untuk mengetahui pekerjaan apa yang akan mereka geluti dan siapa suami mereka kelak. Mereka lalu membagikan ilmu meramal dengan telur ini kepada gadis-gadis lainnya di Salem.

Pada pertengahan Januari 1692, Betty Parris mulai menunjukkan gejala-gejala aneh. Dia lupa akan tugas-tugasnya, tidak dapat berkonsentrasi, dan tampak asyik dengan kesibukannya sendiri. Dia dilaporkan tidak dapat berkonsentrasi pada waktu berdoa, menggonggong seperti anjing ketika ayahnya menegurnya, berteriak-teriak histeris ketika mendengar Doa Bapa Kami, dan melemparkan Alkitab ke seberang ruangan. Setelah kejadian-kejadian ini, Betty menangis tersedu-sedu dan berbicara tentang kutukan yang menimpanya.

Betty Parris, dan kemudian Abigail Williams, terus menunjukkan gejala-gejala tidak wajar. Tubuh mereka meliuk ke posisi yang tidak wajar, bereaksi seolah-olah mereka sedang disakiti secara fisik, mengeluarkan suara-suara mengerikan, melempar barang, mengalami demam, dan mengeluhkan sensasi digigit dan dicubit.

Tiga Tersangka Penyihir

Pendeta Parris mencoba menyembuhkan kedua gadis itu dengan doa dan pengobatan tradisional. Ketika upaya-upayanya tidak berhasil, dia memanggil William Griggs, dokter lokal yang bertetangga dengannya, dan John Hale, seorang pendeta dari kota tetangga, pada 24 Februari. Mereka bertiga sepakat bahwa Betty Parris dan Abigail Williams adalah korban serangan penyihir.

Mary Sibley, seorang tetangga dan anggota jemaat Pendeta Parris, menyarankan John Indian dan istrinya, seorang wanita Karibia lain yang diperbudak oleh keluarga Parris, untuk membuat kue penyihir agar bisa mendapatkan nama-nama penyihir yang menyerang Betty Parris dan Abigail Williams.

Kue penyihir dibuat dengan tepung gandum hitam dan air seni orang yang sakit, lalu diberikan kepada seekor anjing. Jika anjing itu menunjukkan gejala yang sama dengan orang yang sakit, maka keberadaan ilmu sihir “terbukti.” Anjing tersebut nantinya akan menunjukkan penyihir yang bertanggung jawab.

John Indian lantas mengumpulkan urin Betty Parris dan Abigail Williams. Kemudian Tituba membuat kue penyihir dan memberikannya kepada anjing yang tinggal di rumah Parris. Upaya “diagnosis” tersebut tidak mengungkap apa pun. Pendeta Parris mengecam penggunaan sihir, menyebut pembuatan kue penyihir sebagai tindakan penghujatan.

Gejala-gejala yang Betty Parris dan Abigail Williams alami semakin parah, bahkan menyebar hingga ke teman-teman dan tetangga mereka. Ann Putnam Jr. dan Elizabeth Hubbard mulai mengalami kejang-kejang serupa.

Karena ditekan untuk menyebutkan nama penyiksa mereka, Betty Parris dan Abigail Williams menuduh Tituba sebagai penyihir pada tanggal 26 Februari. Keesokan harinya, Ann Putnam Jr. dan Elizabeth Hubbard menuduh Sarah Good, seorang tunawisma dan pengemis setempat, dan Sarah Osborne, yang terlibat dalam konflik lokal terkait warisan properti.

Interogasi

Pada tanggal 29 Februari, pihak Salem mengeluarkan surat perintah penangkapan tiga tersangka penyihir di hadapan hakim setempat Jonathan Corwin dan John Hathorne. Keesokan harinya, yaitu tanggal 1 Maret, ketiga tersangka dibawa dan diinterogasi di kedai minuman Nathaniel Ingersoll. Ezekiel Cheever ditunjuk untuk mencatat jalannya persidangan. Hannah Ingersoll, istri dari pemilik kedai minuman, memeriksa ketiga tersangka.

Setelah pemeriksaan, Hannah melaporkan bahwa Tituba, Sarah Good, dan Sarah Osborne tidak memiliki tanda-tanda penyihir. Sayangnya tuduhan terhadap mereka terus berlanjut.

Awalnya, Tituba mengaku tidak bersalah. Namun setelah berulang kali ditekan, dan karena takut akan statusnya yang rentan sebagai seorang budak, dia memberi tahu para hakim apa yang tampaknya ingin mereka dengar. Dia mengaku sebagai penyihir dan menyebutkan cerita-cerita tentang kerasukan, perjalanan astral, dan pertemuan dengan iblis.

Tituba juga mengatakan bertemu dengan seorang pria tinggi berkulit gelap dari Boston yang memintanya untuk menandatangani buku Iblis, di mana dia melihat nama Good dan Osborn beserta tujuh nama lainnya yang tidak dapat dia baca.

Tiga tersangka itu saling menuduh: Osborne memprotes tuduhan atas dirinya. Kemudian Good menuduh Tituba dan Osborne sebagai penyihir, sementara dia sendiri tidak bersalah. Pada perkembangan selanjutnya, masalah itu berbuntut panjang hingga menyebabkan lebih banyak orang dituduh sebagai penyihir.

Setelah Pengadilan Penyihir Salem

Khawatir akan kesehatan putrinya, Nyonya Parris memprotes tindakan menggunakan Betty sebagai pencari penyihir. Pada akhir Maret, Betty dikirim untuk tinggal bersama sepupu jauh Pendeta Parris, Stephen Sewall, di Salem.

Teknik isolasi ini membuat Betty Parris tidak dapat menghadiri Pengadilan Penyihir Salem. Dan meskipun langkah ini berhasil menghentikan sebagian besar gejalanya, dia masih mengalami penglihatan setelah meninggalkan rumah lamanya.

Namun pada tahun 1710, Betty Parris akhirnya menikah dengan Benjamin Baron, yang merupakan seorang petani, pedagang, tukang tali, dan pembuat sepatu, di Sudbury. Mereka menjalani kehidupan biasa dan dikaruniai empat anak: Thomas, Elizabeth Jr., Catherine, dan Susanna. Betty Parris meninggal karena sakit di rumah mereka di Concord pada tanggal 21 Maret 1760.

Apakah Betty Parris Benar-benar Diserang oleh Penyihir?
Menggunakan perspektif ilmu pengetahuan modern, beberapa cendekiawan telah berspekulasi bahwa perilaku aneh yang Betty Parris tunjukkan mungkin disebabkan oleh kombinasi antara asma, ensefalitis, penyakit Lyme, epilepsi, kekerasan terhadap anak, psikosis delusi, atau ergotisme konvulsif.

Ergotisme konvulsif adalah sindrom serotonin yang disebabkan oleh jamur ergot. Mengonsumsi roti, sereal, atau makanan lain yang terkontaminasi oleh jamur ini akan menimbulkan muntah, tersedak, kejang, halusinasi, kejang-kejang parah, demam, dan sensasi seperti ada sesuatu yang merayap di kulit.

Karena ilmu medis pada masa itu belum maju, William Griggs menyalahkan ilmu gaib atas gejala-gejala yang Betty Parris tunjukkan. [BP]