Koran Sulindo – Perbedaan pilihan dalam politik dinilai sebagai fenomena umum. Hal biasa. Apalagi sifatnya sangat personal dan menyangkut rasa. Di Indonesia, misalnya, perbedaan pilihan politik itu bahkan sudah terjadi sejak masa Bung Karno dan Bung Hatta.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin menyampaikan hal itu sebagai tanggapan atas pernyataan Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais terkait fenomena dari teman berbalik menjadi lawan. Kendati merasa bukan dirinya yang dibicarakan Amien, Ngabalin merasa perlu memberi pendapat soal perbedaan pilihan politik itu.
Menurutnya, sepanjang kepentingan politik itu untuk masa depan bangsa, negara dan rakyat Indonesia, siapa pun bisa menentukan pilihannya. Semua orang justru disebut Ngabalin harus berlomba-lomba untuk kebaikan dan kemaslahatan bangsa.
Alasan Ngabalin bahwa pernyataan Amien itu sedang tidak membicarakan dirinya karena perbedaan usia yang cukup jauh antara Amien dan dirinya. Amien disebut Ngabalin adalah tokoh senior. Sementara dirinya masih berusia 40-an tahun. Di samping itu, ia juga mau mendengar pernyataan Amien itu.
Pada masa kampanye pemilu presiden 2014, Ngabalin memang pernah segerbong dengan Amien Rais untuk mendukung pasangan Prabowo Subianto – Hatta Rajadsa. Ngabalin juga bagian dari aksi massa yang disebut sebagai 212. Pada tahun ini, Ngabalin dipilih sebagai Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV KSP.
Amien Rais dalam sebuah video yang sedang menjalankan umrah menyebutkan ada sejumlah rekan yang kini sudah mulai berbalik arah. Itulah yang muncul dalam tahun politik ini. Teman-teman yang awalnya tampak lurus, tawaduk dan istikamah, tiba-tiba berbalik kanan dan mengagetkan.
Pernyataan itulah yang disebut Ngabalin yang tidak mungkin ditujukan pada dirinya. Terutama karena disejajarkan dengan dirinya, Amien adalah tokoh yang sangat senior. [KRG]