Koran Sulindo – Hasil riset terbaru menyatakan pasukan Belanda melakukan pembunuhan massal secara terstruktur dan ekstrem sebelum akhirnya benar-benar hengkang dari Indonesia pada 1949. Tentara Belanda membakar kampung-kampung dan membunuh secara massal hampir di seluruh penjuru negeri.
Berdasarkan hasil studi tersebut, pemerintah Belanda memutuskan akan menyelidikinya. Terutama peristiwa yang terjadi selama empat tahun sesudah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya.
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengatakan, pihaknya berupaya mengumpulkan keberanian untuk melihat kenyataan masa lalu. Ia menyebutnya sebagai halaman hitam dalam sejarah dan masa yang menyakitkan bagi semua pihak.
“Belanda merupakan negara yang peduli dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Hasil riset tersebut menjadi pengetahuan yang penting bagi Belanda dalam memainkan perannya soal HAM,” kata pernyataan resmi pemerintah Belanda seperti dikutip Reuters pada 2 Desember lalu.
Dalam revolusi fisik antara 1946 hingga 1949, ribuan rakyat Indonesia tewas dibunuh tentara Belanda. Pasukan Belanda kala itu sering berkeliling kampung, kerap bertemu dengan kaum nasionalis dan membunuh mereka tanpa proses pengadilan.
Kendati tidak ada angka resmi – termasuk yang di Sulawesi – jumlah yang tewas ketika itu disebut mencapai 40 ribu orang. Namun, berdasarkan berbagai hasil riset jumlah korban yang tewas akibat dibunuh tentara Belanda berkisar 3.000 hingga 4.000 orang.
Di Sulawesi, misalnya, jumlah yang tewas di depan regu tembak mencapai 860 orang. Itu antara Desember 1946 hingga April 1947. Hasil penyelidikan tersebut akan dilakukan tiga lembaga di antaranya adalah National Institute for Military History and the NIOD Institute for War, Holocaust and Genocide studies.
Belanda pernah meminta secara terbuka atas pembunuhan massal tersebut pada 2013. Pengadilan di Belanda juga memerintahkan agar keluarga para korban, terutama anak-anak dan para janda diberi kompensasi.
Studi terbaru sejarawan Belanda Remy Limpach mengatakan, tentara Belanda melakukan pembunuhan massal dan membakar kampung-kampung hampir di seluruh wilayah Indonesia hingga 1949. Pada perang kemerdekaan itu, sekitar 100 ribu warga Indonesia dan hampir lima ribu tentara Belanda tewas.
Versi pemerintah Belanda kekerasan tersebut hanya bersifat acak dan hanya sebagai ekses. Akan tetapi, hasil penelitian Limpach berkata lain: tentara Belanda membunuh dan menyiksa secara masif. Beberapa partai di Belanda antara Partai Sosialis sejak lama telah mendesak pemerintah untuk menyelidiki perkara tersebut secara menyeluruh dan tuntas.
Akan tetapi, pemerintah Belanda terkesan lamban menanggapinya. Padahal, pengakuan terhadap masa silam sangat penting bagi kredibilitas sebuah bangsa, betapapun kelamnya sejarah itu. Belanda bertanggung jawab secara moral dan politik atas peristiwa kelam itu.
Tak lama setelah hasil penelitian Limpach dipublikasikan dan sepulang Rutte dari Indonesia, pemerintah memutuskan untuk menyelidiki peristiwa kelam tersebut. Belanda disebut akan bertanggung jawab dan memastikan mayoritas tentaranya tidak terlibat seperti yang dituduhkan Limpach. [KRG]