Ilustrasi/bekraf.go.id

Koran Sulindo – Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) meluncurkan program BE-X, program akselerasi startup yang berfokus pada pembentukan founder dan tim founder yang siap berteknopreneur. BE-X adalah upaya mendorong startup lndonesia menghadapi revolusi industri 4.0.

“Program ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang baik bagi para pelaku startup nasional,” kata Wakil Kepala Bekraf, Ricky Joseph Pesik, di Jakarta, Minggu (21/10/2018), melalui rilis media.

Program BE-X BE-X akan menyeleksi 42 startup yang berpotensi besar di masa depan, dan dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu rekrutmen, pelaksanaan akselerasi, dan Demo Day. Dalam tahap rekrutmen, Bekraf akan melakukan beberapa tahapan seleksi yaitu pengajuran proposal secara online, kurasi proposal, proses penilaian dan pitching.

Pada tahapan akselerasi, peserta yang lolos seleksi akan mendapatkan pelatihan dan pengembangan terkait marketing dan channeling product serta marketing activities dari mentor.

Di tahapan akhir Demo Day, peserta yang sudah mendapat pembekalan akan melakukan demonstrasi startup dihadapan venture capital dan stakeholder terkait.

Nantinya peserta yang lolos seleksi akan mendapat kesempatan untuk menghadiri capacity building dan memperoleh akses ke incubator, investor dan government network.

“Dengan BE-X ingin melakukan pematangan dari sisi aspek bisnis, manajemen, keuangan supaya mereka bisa menjadi startup yang ‘layak jual’,” katanya.

Menurut Ricky, untuk mempersiapkan startup lndonesia siap bersaing secara global, tidak hanya infrastruktur dan pengetahuan mengenai startup saja yang diperlukan, akan tetapi juga membutuhkan adanya faktor X yaitu extra, excellent dan collaboration.

“Factor X inilah yang coba kami bangun dan tingkatkan di start up Indonesia” kata Ricky.

Calon peserta bisa mengakses dan mengajukan proposal BE-X mulai hari ini melalui BE-X.bekraf.go.id hingga akhir Desember.

Setelah Jakarta, sosialisasi BE-X selanjutnya akan dilaksanakan di beberapa kota lainnya, yaitu Medan, Yogyakarta, Surabaya dan Makassar.

Dalam program ini, Bekraf bekerja sama dengan PT Telekom Indonesia dalam hal pemberian pelatihan yang akan berlangsung awal tahun depan.

Sementara Deputi Riset, Edukasi dan Pengembangan, Abdur Rohim Boy Berawi, mengatakan apa yang dilakukan Bekraf dengan meluncurkan program ini merupakan salah satu bentuk dukungan pemerintah terhadap pertumbuhan start-up Indonesia untuk dapat berkembang di pasar yang lebih luas.

“Melalui program ini, diharapkan akan bermunculan start-up baru yang mendorong pertumbuhan ekosistem start up Indonesia dan start up Indonesia yang sudah ada bisa semakin besar dan menjadi the next unicorn,” kata Abdur Rohim.

Berdasarkan riset yang dikeluarkan Bekraf, PDB Ekonomi Kreatif Indonesia tumbuh 4,95 persen tahun 2016 senilai Rp 922,59 miliar. Sehingga memberikan kontribusi sebesar 7,44 persen terhadap total perekonomian nasional. Sementara dari angka tersebut, kontribusi beberapa subsektor juga mengalami peningkatan. Subsektor arsitektur menyumbang 2,34 persen, aplikasi dan game developer 1,86 persen dan desain produk 0,22 persen.

Data riset 2015 juga menemukan bahwa penggunaan teknologi informasi pada industri ekonomi kreatif mengalami peningkatan. Sebesar 64,24 persen usaha Ekonomi Kreatif menggunakan komputer atau device. Sedangkan usaha Ekonomi Kreatif yang menggunakan internet (network) sebanyak 68,83 persen.

Pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif Indonesia pada 2016 ini lebih tinggi dibanding negara ASEAN lainnya, seperti Singapura 5,70 persen dan Filipina 4,92 persen.

Terlepas dari potensi yang ada, sektor Ekonomi Kreatif tanah air juga menghadapi berbagai kendala. Setidaknya terdapat 13 kendala yang berhasil teridentifikasi dari hasil temuan riset yang dilakukan tahun 2015.

Beberapa kendala mendasar yang harus dihadapi yaitu 37,40 persen kendala pada riset dan pengembangan dan 31,56 persen kendala edukasi.

Melalui BE-X dua kendala dimungkinkan dapat teratasi sehingga akan berkembang ekosistem start up digital lebih baik ke depan.

Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang bertanggung jawab di bidang ekonomi kreatif. Saat ini, Kepala Bekraf dijabat oleh Triawan Munaf.

Bekraf mempunyai tugas membantu Presiden RI dalam merumuskan, menetapkan, mengoordinasikan, dan sinkronisasi kebijakan ekonomi kreatif di bidang aplikasi dan game developer, arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fashion, film animasi dan video, fotografi, kriya, kuliner, musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, dan televisi dan radio. [DAS]