Penyakit jantung adalah salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Satu orang meninggal setiap 33 detik akibat penyakit kardiovaskular, dan 1 dari 5 serangan jantung terjadi tanpa disadari. Karena penyakit jantung merupakan penyebab kematian terbanyak, orang-orang di seluruh dunia melakukan yang terbaik untuk menjaga kesehatan jantung.
Dalam banyak kasus, pasien harus menerima donor jantung untuk dapat bertahan hidup. Di kasus-kasus lain, penyakit jantung langsung merenggut nyawa penderitanya. Hal yang sama terjadi pada ayah dari Robert K. Jarvik, seorang dokter dan ilmuwan asal Amerika Serikat. Bertekad untuk menopang hidup penderita penyakit jantung selama mungkin di masa depan, Dr. Jarvik mendesain dan menciptakan sebuah jantung buatan.
Alat ciptaannya ini dinamakan Jarvik-7 dan pertama kali ditanamkan pada tubuh Dr. Barney B. Clark, seorang pensiunan dokter gigi dari Seattle berusia 62 tahun pada tanggal 2 Desember 1982.
Transplantasi Jantung Buatan pada Manusia
Melansir dari situs University of Utah Health, Dr. Barney B. Clark terpilih sebagai penerima jantung buatan Jarvik-7 karena memenuhi kriteria pasien yang dicari. Dia berusia lebih dari 50 tahun, menderita penyakit jantung kronis, sistem lain dalam tubuhnya berfungsi cukup baik, dan keluarganya sangat mendukungnya. Selain itu, sang pensiunan dokter gigi itu tidak memiliki pilihan lain untuk memperpanjang hidupnya.
Awalnya Dr. Clark menolak untuk menerima transplantasi jantung buatan Jarvik-7, tapi dia berubah pikiran saat perayaan Thanksgiving. Kala itu, dia begitu sakit sehingga putranya harus menggendongnya ke meja makan. Saat hendak tidur di malam hari, Dr. Clark memberi tahu istrinya, Una Loy, bahwa dia bersedia menerima jantung buatan. Dia ingin berkontribusi memajukan ilmu pengetahuan dan membantu orang lain di masa depan.
Jantung Dr. Clark rusak parah, robek karena bertahun-tahun menjalani pengobatan steroid. Maka, operasi transplantasi jantung buatan Jarvik-7 dimaksudkan untuk bersifat permanen. Kasus ini segera menarik perhatian dunia. Jantung buatan yang dia terima merupakan sebuah perangkat aluminium dan poliuretan yang dihubungkan ke kompresor udara seberat 400 pon.
Ketika Dr. Clark terbangun setelah menerima transplantasi jantung buatan Jarvik-7, dia melaporkan tidak ada rasa sakit, tapi dia merasakan detak jantung yang kuat di tubuhnya untuk pertama kalinya setelah sekian lama.
Clark menghabiskan 112 hari di rumah sakit dan mampu melakukan sejumlah aktivitas, seperti membaca koran. Dia merasakan ketidaknyamanan akibat udara bertekanan yang dipompa masuk dan keluar dari tubuhnya. Pada akhirnya, dia kehilangan kesadaran dan tekanan darahnya turun hingga nol. Clark dinyatakan meninggal pada tanggal 23 Maret 1983 dengan jantung buatan Jarvik 7 masih berdetak di dalam tubuhnya.
The New York Times melaporkan bahwa penyebab utama kematian Dr. Clark adalah demam akibat infeksi cytomegalovirus dan penurunan fungsi ginjal. Tes laboratorium menunjukkan bahwa tubuh Dr. Clark meningkatkan jumlah antibodi sebanyak empat kali lipat sebagai respon terhadap cytomegalovirus selama beberapa minggu terakhir. Infeksi cytomegalovirus merupakan komplikasi yang sering terjadi setelah transfusi darah.
Setelah operasi transplantasi jantung buatan pada Dr. Clark, Jarvik 7 telah ditanamkan berkali-kali. Rekor pasien yang bertahan hidup dengan jantung buatan tersebut dipegang oleh William Schroeder, yang menerima Jarvik-7 pada tahun 1985. Kondisi awalnya sangat baik sehingga Presiden Ronald Reagan meneleponnya untuk mengucapkan semoga lekas sembuh seminggu kemudian. Dia bertahan hidup selama 620 hari, lalu menderita stroke, pendarahan mendadak, dan infeksi selama hari-hari terakhirnya.
Tiga pasien lainnya, yaitu dua di Louisville dan satu di Swedia, menerima transplantasi jantung buatan Jarvik-7 untuk penggunaan permanen selama tahun berikutnya. Satu pasien meninggal karena pendarahan seminggu setelah operasi, satu lainnya hidup selama 10 bulan, dan yang terakhir bertahan selama 14 bulan.
Setelah lima kasus permanen pertama, jantung buatan Jarvik-7 lebih banyak digunakan untuk mendukung hidup pasien hingga ada donor. Pasien keenam hidup lima tahun setelah donor ditemukan, dan pasien ketujuh hidup sebelas tahun dengan jantung donornya. Pasien lain yang telah menggunakan jantung buatan Jarvik-7 juga menerima donor dan menjalani hidup normal selama empat belas tahun.
Sejak tahun 1982, lebih dari 350 pasien telah menggunakan jantung buatan Jarvik-7. Alat tersebut masih digunakan hingga saat ini untuk menopang pasien yang menunggu donor jantung.
Sejarah Jantung Buatan
Sebelum kasus Dr. Clark, upaya pemasangan jantung buatan telah dilakukan. Ilmuwan Soviet Dr. Vladimir Demikhov adalah orang pertama yang mengembangkan perangkat jantung buatan total (TAH) pada tahun 1937. Dia menanamkannya ke dalam seekor anjing pada bulan Juli 1953. Anjing tersebut hanya hidup selama 5,5 jam setelah operasi.
Beberapa tahun setelah keberhasilan Demikhov, Dr. John H. Gibbon, Jr. dari Amerika Serikat membantu dokter lain dalam embolektomi paru darurat, di mana seorang pasien kehilangan kesadaran dalam operasi jantung terbuka. Peristiwa ini memicu Dr. Gibbon untuk menciptakan mesin jantung-paru. Selama beberapa tahun berikutnya, Dr. Gibbon mengembangkan jantung buatan IBM I dan menanamkannya pada anjing.
Pada tahun 1952, perangkat jantung-paru IBM Model II dirilis untuk digunakan pada manusia. Pasien pertamanya adalah seorang bayi berusia satu tahun. Meskipun alat tersebut dirancang dengan baik, bayi tersebut meninggal saat operasi berlangsung. Pada tahun 1953, dua anak lainnya yang juga meninggal saat transplantasi jantung buatan. Karena kegagalan-kegagalan ini, Dr. Gibbon menghentikan semua pekerjaan dengan jantung buatan ciptaannya. Namun pada bulan Juli 1954, setelah penelitian lebih lanjut tentang pembekuan darah dan kehilangan darah, jantung buatan Model III dirilis oleh IBM.
Pada tahun 1948, Dr. William H. Sewell, Jr., seorang mahasiswa kedokteran di Universitas Yale, berusaha membuat jantung buatan untuk tesisnya agar dapat lulus dari sekolah kedokteran. Dr. Sewell telah melihat kemajuan Dr. Gibbon dan yang lainnya dalam bidang kardiologi. Dalam uji coba awalnya, Dr. Sewell tidak berhasil karena dia tidak dapat mendorong darah melalui tabung karet menggunakan pompa rol. Dia kemudian merancang sebuah “pompa bertenaga pneumatik”. Alat tersebut berhasil dan Dr. Sewell memenangkan hadiah tesis dari sekolah kedokterannya.
Pada tahun 1950-an, seorang ventrilokuis dan komedian Amerika bernama Paul Winchell berteman dengan Dr. Henry Heimlich, penemu manuver Heimlich. Setelah menyaksikan operasi di ruang operasi Dr. Heimlich pada beberapa kesempatan, Winchell memiliki ide untuk membuat jantung buatan yang menurutnya dapat membantu menjaga darah tetap terpompa selama prosedur operasi jantung terbuka.
Dengan bantuan dan saran dari Dr. Heimlich, Winchell berhasil merancang jantung buatan dan membuat prototipe. Dia mengajukan paten ke Fakultas Kedokteran Universitas Utah pada tahun 1956, dan baru menerimanya pada tahun 1963.
Selagi Winchell mengurus hak paten untuk prototipenya, Dr. Tetsuzo Akutsu dan Dr. Willem Kolff dari Klinik Cleveland di Amerika Serikat berhasil menanamkan perangkat jantung buatan total (TAH) pada hewan di tahun 1957. Sayangnya hewan tersebut bertahan hidup selama satu setengah jam.
Beberapa tahun kemudian, Dr. Domingo Liotta dari Argentina menciptakan model jantung buatannya sendiri yang mirip dengan model Dr. Tetsuzo dan Dr. Kolff. Modelnya itu ditanamkan ke dalam tubuh seorang pasien pada tanggal 4 April 1969 oleh Dr. Denton Cooley asal Amerika Serikat di Rumah Sakit Episkopal St. Luke di Houston. Penerimanya, Haskell Karp, hidup selama 64 jam dengan jantung buatan tersebut hingga donor ditemukan. Karp meninggal segera setelah menerima jantung donor karena pneumonia dan anti-penolakan.
Di awal tahun 1980, Dr. Jarvik mulai mengerjakan model jantung buatan. Begitu desain Jarvik-7 selesai, dia sempat dituduh menyalin ide Paul Winchell. Winchell bahkan mengklaim bahwa dialah orang pertama yang menemukan jantung buatan. Klaim ini terbantahkan ketika terbukti bahwa beberapa orang telah lebih dulu mematenkan desain mereka sebelum Winchell.
Selanjutnya, Dr. Robert Jarvik menjadi terkenal karena jasanya menciptakan jantung buatan yang terbukti berhasil membantu pasien bertahan hidup hingga menemukan donor. [BP]