Ilustrasi

Koran Sulindo – Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri, Brigjen Eko Daniyanto, mengatakan sindikat narkoba mulai membuat laboratorium ekstasi di Indonesia. Jenis ekstasi yang dibuat juga sudah lama tidak terlihat di peredaran

“Home industri Narkoba (clandestine lab) jenis ekstasi yang sudah lama tidak ada, sekarang sudah menunjukan upaya untuk memulai kegiatannya di Indonesia,” kata Eko di Jakarta, Jumat (28/9/2018).

Hal itu terlihat dari jumlah barang bukti yang disita pada September ini. Eko mengatakan ekstasi yang disita mengalami kenaikan dari minggu ketiga September ini dari 6.471 butir menjadi 9.652 butir (Naik 49,16 %). Begitu juga dengan ganja dari 99 kilogram menjadi 390 kilogram (Naik 293,66%). Sementara untuk barang bukti sabu mengalami penurunan dari 55 kilogram menjadi 54 kilogram (Turun 2,51%).

“Dari analisa dan evaluasi minggu ke IV bulan September 2018, maka untuk rangking jenis narkotika yang beredar di Indonesia adalah sabu, ganja dan ekstasi,” kata Eko.

Menurut Eko, jaringan sindikat internasional yang masuk ke wilayah Indonesia masih berasal dari Malaysia melewati jalur laut pantai timur Sumatera yang masuk melalui jalur tikus yakni perairan Aceh dan Tanjung Balai Asahan. Selain itu penyeludupan narkoba melaui perairan Sebatik, Kalimantan Utara menunjukkan peningkatan signifikan untuk distribusi ke Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan.

Dalam sebulan ini jumlah kasus yang ditangani sebanyak 3.213. Dari total kasus yang diungkap pihak kepolisian telah menangkap 4.176 tersangka yang terdiri dari bandar 57 orang, pengedar 1.914 orang dan penyalahguna 1.522 orang. [YMA]