Sulindomedia – Sebanyak 28 siswa kelas akselerasi SMA 5 Yogya tak bisa ikut Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun 2016. “Seluruh siswa di kelas akselerasi kami tidak dapat mendaftar SNMPTN. Kalau cuma satu orang saja yang enggak diterima, masih masuk akal,” ujar Kepala SMAN 5 Yogyakarta, Jumiran.
Hal yang sama, lanjut Jumiran, juga terjadi di SMA Sedayu. Siswa satu kelas akselerasi di SMA Sedayu juga tidak ada yang bisa daftar SNMPTN. Karenanya, ia mengadukan permasalahan tersebut ke Panitia Nasional SNMPTN 2016 di Yogya.
“Pihak SMAN 5 Yogya telah datang ke sini menyampaikan keluhannya. Kami meminta mereka menuliskan keluhannya, yang kemudian kami scan dan kami kirim ke Ketua Pokja di IPB serta pengelola sistem di ITB,” ujar Koordinator Sekretariat Panitia Nasional SNMPTN 2016, Eko Marpanaji.
Jumiran tak tahu persis apa kesalahannya sehingga anak didiknya tak bisa ikut SNMPTN. Padahal, siswa yang berada di kelas reguler telah terdaftar dan memenuhi kuota 75% yang disediakan panitia nasional.
Jumiran memastikan data yang dimasukkan sesuai dengan prosedur. Bahkan, ia juga menanyakan ke SMA 3 dan SMA 8 ihwal input data. “Ternyata enggak salah, data yang kami masukkan sama. Ini yang membuat kami bertanya-tanya, kenapa tak satu pun dari anak akselerasi kami yang bisa daftar,” tuturnya lagi.
Ketua Umum Panitia Nasional SNMPTN 2016 Rochmat Wahab yang ditemui wartawan di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Kamis lalu (3/3/2106) mengatakan, kasus SMAN 5 Yogya adalah yang pertama. “Kami akan telusuri permasalahannya terlebih dulu,” jelas Rochmat, yang kini juga sebagai Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.
Rocmat meminta pihak SMA 5 bersabar karena laporan tersebut tengah dipelajari, apalagi pendaftaran juga baru ditutup pada 12 Maret.
Sembari menunggu hasil dari Panitia Nasional SNMPTN 2016 terkait dengan permasalahan tersebut, Jumiran beserta guru-guru yang lain terus memompa semangat anak didiknya. “Kami harus menjaga psikologis anak didik saya agar jangan sampai drop. Mereka harus siap menghadapi ujian nasional,” tutur Jumiran. [YUK/PUR]