Bank Indonesia (BI) diprediksi mengalami defisit anggaran sebesar Rp 5,37 triliun pada tahun 2022 mendatang. Defisit Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI) disebabkan antara lain komitmen BI dalam menjalankan skema burden sharing.
Hal ini sejalan dengan kebijakan BI, seperti yang tertuang di dalam Undang Undang No.2/2020, di mana BI bersama pemerintah untuk melakukan burden sharing dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Untuk itu BI akan melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp.224 triliun dengan suku bunga rendah untuk membantu pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022. Sebelumnya pada tahun 2020, BI telah membeli SBN sebesar Rp.473,4 triliun dan pada 2021 hingga bulan November sebesar Rp.143,3 triliun
“Usulan tersebut dipengaruhi salah satunya komitmen BI dalam melaksanakan mandat UU no. 2 tahun 2020 termasuk pelaksanaan Surat Keputusan Bersama (SKB) III yaitu pembelian SBN sebesar Rp 224 triliun dan kemungkinan pembelian SBN lewat pembeli siaga,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2021 di Jakarta.
Ia menjelaskan pembelian SBN tersebut sebagai bentuk sinergi stimulus fiskal dan moneter, mengingat defisit APBN 2022 akan mencapai 4,9 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Belanja negara pada tahun depan ditargetkan mencapai Rp 2.714,2 triliun yang di antaranya untuk anggaran kesehatan, perlindungan sosial, dan infrastruktur, sehingga membutuhkan pembiayaan senilai Rp 868 triliun.
“Dengan pendanaan BI, pemerintah dapat memfokuskan APBN untuk pemulihan ekonomi,” jelas Gubernur BI itu menambahkan. [PTM]