Koran Sulindo – Peningkatan prasarana dan pelayanan dasar yang berhubungan dengan pariwisata dinilai penting untuk memperkuat hubungan lokal dengan kepariwisataan. Dengan demikian, investor swasta menjadi tertarik untuk datang ke Indonesia.
Karena itu, Bank Dunia mengucurkan pinjaman senilai US$ 300 juta ke Indonesia untuk meningkatkan hal tersebut. Menurut Direktur Bank Dunia untuk Indonesia-Timor Leste Rodrigo Chaves, pinjaman tersebut akan memberi manfaat kepada lebih dari 2,8 juta penduduk Indonesia terutama soal akses jalan dan pelayanan dasar yang lebih baik dari pengembangan sektor pariwisata.
Sektor pariwisata, demikian Chaves, jika direncanakan dan dikelola dengan baik bisa membuka lapangan kerja yang besar dan menjadi pendapatan bagi Indonesia. Dukungan Bank Dunia dan dari APBN untuk pengembangan sektor pariwisata dapat mendukung infrastruktur terpadu di kawasan pariwisata nasional.
“Tiga lokasi yang akan memanfaatkan pinjaman dari kami adalah Lombok di Nusa Tenggara Barat, segitiga Borobudur-Yogyakarta-Prambanan di Jawa Tengah, dan Danau Toba di Sumatra Utara,” tutur Chaves seperti dikutip CNN Indonesia pada Sabtu (2/6).
Dari pengembangan ketiga kawasan tujuan wisata itu diharapkan mampu meningkatkan jumlah pengunjung tahunan menjadi 27,3 juta pada 2041. Jumlah ini naik dari 15,3 juta pengunjung pada 2015. Belanja wisatawan juga diperkirakan meningkat menjadi US$ 3,3 miliar pada 2041 dari US$ 1,2 miliar pada 2015. Investasi swasta di bidang pariwisata juga diperkirakan meningkat lebih dari 13 kali lipat menjadi US$ 421 juta.
Dukungan Bank Dunia ini disebut merupakan komponen penting dari Kerangka Kerja Kemitraan Negara Grup Bank Dunia di Indonesia. Fokusnya pada prioritas pemerintah yang memiliki potensi perubahan besar. Dukungan yang sama juga datang dari Australian Government Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT), the Swiss State Secretariat for Economic Affairs (SECO), dan the Kingdom of the Netherlands. [KRG]