Koran Sulindo – Sekretaris Umum Baitul Muslimin PDI Perjuangan, Falah Amru, mengatakan pernyataan Amien Rais yang terus menyerang pasangan calon nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma’ruf Amin sebagai berteriak tanpa arti.
“Saya tegaskan bahwa Pak Amien lebih baik memenuhi janjinya jalan kaki ke Jakarta daripada berteriak tanpa arti,” kata Falah, di Jakarta, Rabu (13/3/2019).
Menurut Falah, Amien Rais jangan bawa-bawa malaikat untuk menangkan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dan siap memimpin people power. Ia juga tak habis pikir dengan seluruh logika politik Amien, yang seharusnya paham bahwa rakyat saat ini sudah melek dengan seluruh hasrat kepentingan politik Ketua Dewan Kehormatan PAN itu.
“Pak Amien Rais hanya untuk keluarga. Buktinya, keempat anak Pak Amien nyaleg di PAN. Partai menjadi sumber penghidupan keluarga. Bahkan dengan alasan dakwah,” sindir Gus Falah, sapaan akrabnya. “Menurut saya yang lebih tepat Pak Amien itu memimpin family power daripada people power,” katanya.
Menurut Gus Galah, sosok Amien Rais bahkan telah menjadi kekuatan nepotisme baru.
“Bahkan sekolah paling mahal di Jogja pun dimiliki keluarga Pak Amien Rais. Ketua Yayasan Pak Amien, wakil ketua Isteri Pak Amien, dan ketua yayasan anak Pak Amien. Jadi ini sekolah untuk dakwah pendidikan atau untuk kesejahteraan keluarga Pak Amien?” katanya.
Ia menilai apa yang dilakukan Amien berakibat fatal pada penurunan elektabilitas PAN hanya karena PAN yang dulu reformis, kini telah berubah menjadi ajang nepotisme baru.
“Betapa bedanya Amien Rais dengan Buya Syafei Ma’arif dan dengan Pak Haedar Nasir. Saya menaruh rasa hormat pada Buya dan Pak Haedar yang betul-betul hadir sebagai pemimpin yang mencerahkan, dan membawa kemajuan peradaban Indonesia,” kata Bendahara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) tersebut.
Mengingat, Al-quran juga mengajarkan kepada kita untuk menerima segala macam perbedaan surah Al Maidah ayat 48: “untuk tiap-tiap umat di antara kamu. kami berikan aturan dan jalan. seandainya Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat. tetapi Allah hendak menguji kamu mengenai pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba lombalah dalam kebaikan”.
Ia mengatakan, ayat ini menjelaskan bahwa perbedaan adalah kehendak Ilahi, sehingga manusia patut menyikapi perbedaan ini dengan bijak bukan dengan memaksakan kehendak dan menganggap yang berbeda dengan dirinya adalah salah. Karenanya, perbedaan harus di sikapi dengan kedamaian.
“Mari kita jaga suasana dan kehidupan politik yang kondusif. Kita bumikan Islam sebagai rahmatan lil’alamin, yang terus mengembangkan semangat persaudaraan sebagai satu bangsa,” kata Gus Falah. [CHA]