Para astronom telah menemukan kuasi-bulan (quasi-moon) di dekat Bumi, yang dinamai 2025 PN7.
Menurut EarthSky, benda langit tersebut adalah jenis asteroid yang mengorbit matahari tetapi tetap dekat dengan Bumi.
Pertama kali ditemukan oleh observatorium Pan-STARRS di Haleakala, Hawaii, 2025 PN7 telah berada di orbit khusus ini selama sekitar 60 tahun dan akan menetap selama sekitar 60 tahun lagi sebelum tarikan Matahari melepaskannya dari status kuasi-bulannya.
Kuasi-bulan berbagi orbit dengan Bumi, tetapi tidak persis sama.
Karena tidak selalu berada di depan atau di belakang Bumi dalam orbitnya, terkadang kita akan melihatnya di depan dan di belakang.
Asal Usul
2025 PN7 sangat redup sehingga luput dari deteksi hingga kini.
Magnitudonya sekitar 26, membuatnya jauh dari jangkauan teleskop amatir.
Ukurannya pun relatif kecil. Batuan angkasa ini berdiameter sekitar 19 meter.
Kecepatan 2025 PN7 menunjukkan kemungkinan asteroid tersebut terperangkap dari sabuk asteroid utama (main asteroid belt).
Mayoritas asteroid di Tata Surya ditemukan di sabuk asteroid utama, yang terletak di antara orbit Mars dan Jupiter.
Namun, De la Fuente Marcos, seorang peneliti di fakultas ilmu matematika di Universitas Complutense Madrid yang baru-baru ini menulis makalah tentang 2025 PN7, yakin bahwa batuan angkasa itu berasal dari sabuk asteroid Arjuna.
Sabuk asteroid Arjuna bukanlah sabuk yang terpisah. Sebaliknya, itu adalah sekelompok batuan antariksa kecil yang memiliki orbit mengelilingi matahari yang mirip dengan Bumi, menurut CNN.
Seiring waktu, orbit 2025 PN7 beralih dari orbit tapal kuda (horseshoe orbit) ke kondisi kuasinya saat ini, dan akan kembali ke sana sekali lagi.
Kuasi-bulan biasanya tidak menimbulkan risiko dampak bagi Bumi. Jadi 2025 PN7 bukanlah ancaman.
Meski banyak orang menyebut 2025 PN7 sebagai bulan kedua, batuan angkasa tersebut tidak akan pernah mengalahkan Bulan yang asli. [BP]




