KERATON Kasepuhan Cirebon bermula dari runtuhnya Kerajaan Cirebon yang berlangsung sejak 1666. Kerajaan Cirebon runtuh pada masa pemerintahan Panembahan Ratu II atau Pangeran Rasmi.
Tahun itu, Sultan Amangkurat I, penguasa Mataram yang juga mertua Panembahan Ratu II, memanggil menantunya ini datang ke Surakarta. Dia meminta pertanggung-jawabannya atas tuduhan telah bersekongkol dengan pihak Kerajaan Banten untuk menjatuhkan kekuasaannya di Mataram.
Sultan Amangkurat I akhirnya mengasingkan Panembahan Ratu II bersama kedua puteranya Pangeran Kartawijaya dan Pangeran Martawijaya, hingga menantunya ini wafat di Surakarta pada 1667. Kekosongan kekuasaan ini di Kerajaan Cirebon dimanfaatkan oleh Raja Mataram untuk mengambil-alihnya.
Pengambilalihan kekuasaan sepihak tadi memicu amarah dari Sultan Ageng Tirtayasa yang berkuasa di Banten. Sultan Banten ini kemudian turun tangan dengan tujuan membebaskan kedua putera Panembahan Ratu II yang juga diasingkan oleh Mataram, yaitu Pangeran Kartawijaya dan Pangeran Martawijaya.
Sepuluh tahun kemudian, pada 1677, terjadi konflik internal di Kesultanan Cirebon karena perbedaan pendapat di kalangan keluarga mengenai penerus kerajaan.
Karena itu, Sultan Ageng Tirtayasa turun tangan. Dia memutuskan membagi Kesultanan Cirebon menjadi tiga, yaitu Kesultanan Kanoman, Kesultanan Kasepuhan, dan Panembahan Cirebon. Kekuasaan dibagi ke tiga pangeran.
Kesultanan Kanoman dipimpin oleh Pangeran Kartawijaya yang bergelar Sultan Anom I, Kesultanan Kasepuhan diberikan kepada Pangeran Martawijaya yang bergelar Sultan Sepuh I, dan Pangeran Wangsakerta menjadi panembahan di Cirebon.
Sejak saat itu, Sultan Sepuh I menempati Keraton Pakungwati yang kemudian berganti nama menjadi Keraton Kasepuhan.
Pada mulanya, saat Kerajaan Cirebon belum runtuh, ada dua kompleks bangunan di sana. Pertama, Dalem Agung Pakungwati yang didirikan pada 1430 oleh Pangeran Cakrabuana. Kedua, kompleks Keraton Pakungwati yang didirikan oleh Pangeran Mas Zainul Arifin pada 1529.
Cicit Sunan Gunung Jati, Pangeran Mas Zainul Arifin atau Panembahan Pakungwati I, pada 1529 membangun keraton baru di sebelah barat daya keraton lama. Keraton baru ini dinamai Keraton Pakungwati, mengabadikan nama Ratu Dewi Pakungwati.
Keraton Pakungwati itulah yang menjadi cikal bakal Keraton Kasepuhan. Nama Pakungwati berasal dari nama Ratu Dewi Pakungwati binti Pangeran Cakrabuana yang menikah dengan Sunan Gunung Jati.
Keraton Kasepuhan kini terletak di kelurahan Kesepuhan, Lemahwungkuk, Cirebon. Selain megah, keraton ini memiliki museum benda-benda kuno yang cukup lengkap.
Salah satu koleksinya yang terkenal adalah Kereta Singa Barong, kereta kecana Sunan Gunung Jati yang hanya dikeluarkan setiap 1 Syawal untuk dimandikan, dan banyak lagi lainnya. [AT]