Koran Sulindo – Setelah pertemuan kedua antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Vietnam pada akhir Februari lalu, hubungan kedua negara disebut makin baik. Akan tetapi, AS tampaknya tidak ingin melonggarkan sanksi kepada Korea Utara karena belum melaksanakan denuklirisasi.
Menurut penasihat keamanan nasional Presiden Trump, John Bolton, pihaknya justru sedang mempertimbangkan peningkatan sanksi kepada Korea Utara karena belum mau menghapus program senjata nuklirnya. Setelah pertemuan Trump dan Kim di Hanoi, AS akan melihat apakah Korea Utara berkomitmen untuk menghentikan program senjata nuklir dan semua hal yang berhubungan dengan itu.
Mengutip Fox Business Network, Straits Times melaporkan, jika Korea Utara tidak mau memenuhi tuntutan AS tentang denuklirisasi, maka sikap Trump sudah sangat jelas: menjatuhkan sanksi ekonomi dan bisa saja sanksi itu akan ditingkatkan, kata Bolton.
Bolton merupakan salah satu pejabat AS yang sangat keras terhadap Korea Utara. Pernyataannya ini juga muncul setelah beberapa hari pertemuan antara Trump dan Kim di Hanoi pada akhir Februari lalu. Trump dan Kim bertemu untuk membahas denuklirisasi di Semenanjung Korea. Akan tetapi, pembahasan tentang itu buntu.
Korea Utara menawarkan akan menutup fasilitas utama produksi senjata nuklir mereka sebagai bentuk komitmen soal denuklirisasi. Atas komitmen itu, Korea Utara menuntut AS untuk mencabut sanksi ekonomi yang dijatuhkan kepada negara tersebut karena kerap melaksanakan uji coba nuklir.
Lembaga pemikir AS dan Korea Selatan menyebutkan, Korea Utara mulai mengaktifkan kembali fasilitas nuklir mereka yang sempat ditutup sebagai bentuk komitmen Kim kepada AS setelah bertemu Trump yang pertama di Singapura tahun lalu. Kini fasilitas itu dibangun kembali. [KRG]