Koran Sulindo – Rencana kepulangan tokoh oposisi Venezuela Juan Guaido memicu risiko bahwa akan ada penahanan terhadap dirinya. Pasalnya, Mahkamah Agung Venezuela telah mengeluarkan larangan perjalanan kepadanya selepas upaya kudetanya pada 23 Januari lalu.
Melihat risiko itu, Amerika Serikat (AS) seperti yang diberitakan Associated Press pada senin (4/3) mengingatkan pemerintah Venezuela untuk tidak menahan Guaido. Guaido mendapat dukungan penuh dari AS beserta sekutu sayap kanan Amerika Latin untuk menggulingkan pemerintahan sah Venezuela di bawah Nicolas Maduro.
Kepada para pendukungnya, ia menyerukan untuk menggelar demonstrasi besar-besaran bertepatan dengan hari kedatangannya setekah perjalanan keliling Amerika Latin untuk menarik dukungan menekan Maduro agar mundur dari jabatannya. Para pendukung Guaido tampak mulai menggelar panggung di alun-alun Kota Caracas – lokasi yang menjadi tempat berkumpul para demonstran.
Penasihat keamanan nasional AS John Bolton lewat akun twitter-nya menuliskan, ancaman dan tindakan penangkapan terhadap Guaido akan mendapat reaksi kuat dari AS serta masyarakat internasional. Terlebih AS dan sekitar 50 negara lainnya telah mengakui Guaido sebagai presiden sah Venezuela.
Guaido pada Minggu (3/3) lewat akun twitter-nya mengatakan, pihaknya akan tiba di Caracas untuk memimpin demonstrasi anti-pemerintah Maduro pada Senin dan Selasa (5/3) besok. Ia yakin aksi kali ini akan jauh lebih kuat dibanding aksi sebelumnya.
Guaido setelah aksi upaya kudetanya pada Januari lalu telah membawa Venezuela ke krisis politik. Ia yang tiba-tiba menyatakan diri sebagai presiden sementara Venezuela dan membantah hasil pemilihan presiden yang memilih Maduro secara demokratis.
Krisis politik telah membuat penderitaan rakyat Venezuela semakin bertambah. Padahal, karena sanksi ekonomi AS dan sekutunya, Venezuela kini sedang menghadapi krisis ekonomi dengan tingkat inflasi yang melonjak tajam.
Mahkamah Agung setelah deklarasi kudeta Guaido itu melarangnya untuk bepergian ke luar negeri. Akan tetapi, ia mengabaikannya dan melakukan perjalanan ke Paraguay, Argentina, Ekuador dan Brasil. Dalan kunjungannya itu, ia selalu menekankan kepada negara sekutunya untuk mendesak Maduro mundur dari presiden.
Ia juga memasok “bantuan kemanusiaan” yang tidak dibutuhkan rakyat Venezuela lewat perbatasan negara-negara tersebut dengan Venezuela. Namun, tentara Venezuela yang telah berikrar setia kepada Maduro memblokir konvoi “bantuan kemanusiaan” itu karena diduga menjadi bagian dari skenario kudeta yang didukung AS dan sekutunya. [KRG]