Sejak awal perang Rusia-Ukraina di tahun 2022, Amerika Serikat telah memasok roket ke Ukraina. Salah satu yang dikirim adalah Sistem Artileri Roket Mobilitas Tinggi (HIMARS), yang mampu menembak target dengan presisi. (Sumber: Breaking Defense)

Jakarta – Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyampaikan laporan dari menteri pertahanannya pada hari Jumat (06/06/2025) bahwa AS telah mentransfer senjata anti-drone yang digunakan Ukraina untuk bertahan dari serangan Rusia.

Zelenskyy juga mengatakan AS akan mengalihkan “20.000 rudal” dari gudang senjata Ukraina ke Timur Tengah, di mana tampaknya AS akan menggunakannya untuk melindungi pasukannya sendiri.

“Tanpa bantuan Amerika Serikat, kami akan mengalami lebih banyak kerugian,” kata Zelenskyy di Kyiv minggu lalu, dikutip dari ABC News.

Pentagon menolak mengonfirmasi bahwa aset tersebut sedang direlokasi.

Presiden Ukraina mengatakan aset tersebut “tidak mahal, tetapi [merupakan] teknologi khusus” yang secara khusus melindungi dari drone Shahed.

Shahed adalah pesawat nirawak murah yang awalnya dibuat oleh Iran dan diimpor oleh Moskow. Rusia kini memproduksinya secara massal.

The Wall Street Journal melaporkan minggu lalu bahwa Pentagon mengizinkan transfer teknologi anti-drone yang digunakan Ukraina untuk menjatuhkan drone Rusia.

“Kami mengandalkan 20.000 rudal ini,” kata Zelesnkyy.

Ia sebelumnya mengtakan pada hari itu, “Menteri Pertahanan saya memberi tahu saya bahwa Amerika Serikat telah memindahkannya ke Timur Tengah.”

Pergeseran Prioritas

Menurut CNN, pemindahan rudal mencerminkan pergeseran prioritas pertahanan AS di bawah Presiden Donald Trump ke arah Timur Tengah dan Pasifik.

Ini juga menunjukkan bahwa persediaan beberapa komponen pertahanan AS semakin menipis.

Pentagon dalam beberapa bulan terakhir telah mengalihkan sejumlah besar peralatan dan sumber daya ke Timur Tengah, termasuk sistem pertahanan udara dari Komando Indo-Pasifik, di tengah ancaman dari Iran dan pemberontak Houthi di Yaman.

Belum jelas apa dampak dari pengalihan ini. Namun, teknologi tersebut telah membuat roket pasukan Ukraina lebih efektif terhadap pesawat nirawak Rusia, karena sekering memicu ledakan tambahan saat roket mendekati drone.

Namun, pasukan AS di Timur Tengah juga harus berhadapan dengan pesawat nirawak, terutama dari kelompok yang didukung Iran di Suriah dan Irak. [BP]