Pertemuan tingkat tinggi antara Kim Jong-un dan Donald Trump di Singapura pada Selasa (12/6) [Foto: AFP]

Koran Sulindo – Amerika Serikat (AS) berkomitmen mencabut sanksi terhadap Republik Demokratik Rakyat Korea (Kores Utara) asal mau menutup program nuklirnya di Semenanjung Korea. Penutupan itu, kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, harus tuntas, dapat diverifikasi dan menyeluruh.

Itu yang dijelaskan Pompeo kepada sekutunya Korea Selatan dan Jepang pada Kamis (14/6) dan merupakan hasil pertemuan tingkat tinggi Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Singapura pada Selasa 12 Juni lalu. Ketika Pompeo menjelaskan hal itu hadir Menteri Luar Negeri Korea Selatan Kang Kyung Wha dan Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono.

Pertemuan Pompeo dan perwakilan dari 2 negara sekutunya di Asia itu 2 hari setelah pertemuan Trump dan Jong Un yang menandatangani dokumen menyetujui denuklirisasi di Semenanjung Korea. Pompeo berupaya meyakinkan sekutunya bahwa Korea Utara berkomitmen menghapus persenjataan nuklirnya walau membutuhkan sebuah proses yang tidak mudah.

Seperti yang dituliskan Channel News Asia pada Kamis (14/6), kritik terhadap Trump justru datang dari publik AS. Trump dituding terlalu meremehkan “pelanggaran” yang dilakukan Kim Jong Un. Akan tetapi, dalam wawancaranya dengan Fox News, Trump menjelaskan, banyak negara lain yang juga melakukan hal buruk.

Ia bahkan memuji Jong Un sebagai orang yang “pintar” dan “negosiator hebat” sehingga ada kesepahaman antara dirinya dan Jong Un. Berdasarkan catatan pemerintah AS, pemerintahan Korea Utara di bawah Jong Un disebutkan menahan sekitar 80 ribu hingga 120 ribu tahanan politik.

Para tahanan itu disebut mengalami siksaan, kelaparan dan kerja paksa di sebuah kamp. Jong Un juga disebut telah memerintahkan pembunuhan terhadap saudara tirinya di bandara Malaysia pada tahun lalu. Trump dan Jong Un pada akhirnya bertemu setelah sebelumnya saling menyerang lewat media massa.

Pertemuan itu disebut bersejarah karena pemimpin kedua negara belum pernah bertemu sejak 1953. Kritik terhadap pertemuan itu bermunculan antara lain karena pertemuan itu disebut bentuk pembenaran atas kebijakan Jong Un dan pertemuan itu hanya menghasilkan harapan ketimbang membahas substansi.

Seperti pandangannya terhadap Jong Un, Trump juga setelah bertemu dengan Presiden Xi Jinping melontarkan kata pujian seperti menyebutnya sebagai “pria luar biasa” dan mengatakan “cukup bagus jika Jinping menjadi presiden seumur hidup.” [KRG]