Koran Sulindo – Angkatan Laut Rusia diperkirakan bakal meluncurkan armada kapal selam nuklir yang bisa dipersenjatai dengan rudal-rudal hipersonik pada tahun 2024.
Berbicara akhir pekan ini kepada jaringan CNBC, seorang sumber intelijen AS menyebut untuk membiayai delapan kapal selam itu, Moskow terpaksa memangkas anggaran program modernisasi militer lainnya.
Kapal selam kelas Borei II atau dikenal sebagai Borei-A adalah kapal selam bertenaga nuklir yang dilengkapi 20 rudal balistik Bulava. Kapal ini menjadi ancaman AS karena kemampuannya yang sanggup meluncurkan 200 nuklir atau rudal hipersonik dalam satu kesempatan.
Tak seperti rudal-rudal tradisional yang mengangkut satu hulu ledak, setiap rudal Bulava sanggup membawa hingga 10 hulu ledak nuklir yang masing-masing menghasilkan 100 hingga 150 kiloton.
Tingkat ledakan ini praktis 10 kali lebih kuat dibanding bom atom Little Boy yang dijatuhkan di Hiroshima.
Kinzhal
Tapi ketakuan AS yang sebenarnya justru terhadap rencana Rusia menempatkan rudal hipersonik yang sanggup melesat dengan berkecepatan di atas Mach 5.
Rudal hipersonik pertama kali disampaikan Presiden Vladimir Putin ketika memamerkan 4 senjata strategis baru Rusia. Satu di antaranya adalah rudal Kinzhal Kh-47M2.
Rudal ini memiliki jangkauan hingga lebih dari 2.000 km dengan kecepatan Mach 10, termasuk kemampuan melakukan manuver mengelak di setiap tahap penerbangan dan dapat membawa hulu ledak konvensional atau nuklir.
“Saya ingin mengatakan kepada semua orang yang telah memicu perlombaan senjata selama 15 tahun terakhir, mereka yang berusaha mendapatkan keuntungan sepihak atas Rusia termasuk memberlakukan sanksi, Anda telah gagal menahan Rusia,” kata Putin dalam pidatonya yang disiarkan secara nasional bulan Maret silam.
“Kami tidak punya rencana untuk menjadi aggresor. Kami tidak akan mengambil apa pun dari siapa pun. Militer Rusia yang kuat adalah penjamin perdamaian di planet kita,” kata Putin.
“Tetapi setiap penggunaan senjata nuklir terhadap Rusia atau sekutu-sekutunya, serangan apa pun, akan dianggap sebagai serangan nuklir terhadap Rusia. Sebagai tanggapan, kami akan mengambil tindakan secara cepat tidak peduli apa konsekuensinya. Tidak ada yang meragukannya.”
Dengan kecepatan menjadi keunggulan baru, skenario membayang suram bagi pasukan AS yang berhadapan dengan senjata hipersonik.
“Kami tidak memiliki pertahanan yang bisa menangkal mereka yang menggunakan senjata seperti itu terhadap kami,” Jenderal Angkatan Udara John Hyten, komandan Komando Strategis AS, mengatakan kepada Komite Angkatan Bersenjata Senat pada bulan Maret, menyusul pidato Putin itu.
“Baik Rusia dan Cina secara agresif mengejar kemampuan hipersonik,” tambah Hyten. “Kami telah menyaksikan mereka menguji kemampuan itu.”
Cara kerja
Para peneliti dan insinyur di Rand Corporation menjelaskan apa itu senjata hipersonik, negara mana yang mengembangkannya, dan bagaimana AS mempertahankan diri.
Rudal hipersonik adalah rudal yang melesat pada kecepatan Mach 5 atau lebih tinggi yang berarti lima kali lebih cepat daripada kecepatan suara. Untuk gambaran, pesawat komersial umumnya terbang pada kecepatan subsonik, tepat di bawah Mach 1 sedangkan jet tempur modern dapat melakukan perjalanan supersonik di Mach 2 atau Mach 3.
“Begitu Anda mencapai Mach 5 Anda tidak dapat menggunakan jet tradisional untuk membuat mereka lebih cepat,” Carrie Lee, peneliti di RAND.
Mesin jet tradisional bisa beroperasi hingga Mach 3 atau Mach 4, namun untuk melaju lebih cepat mereka bakal butuh sistem diubah dan baru.
“Anda perlu desain yang sama sekali berbeda termasuk merapikan aliran dan mempertahankan pembakaran aliran udara supersonik di dalam mesin,” kata George Nacouzi seorang insinyur senior di Rand.
Jawaban yang dimaksud Nacouzi adalah ramjet pembakaran supersonik (SCRAMJET) yang sanggpu beroperasi antara Mach 5 dan Mach 15. Sementara itu, untuk mempertahankan penerbangan hipersonik berkelanjutan material yang digunakan juga harus mampu menanggung suhu ekstrim akibat terbang dengan kecepatan tinggi.
“Jadi Anda harus memiliki bahan yang dapat menahan suhu tinggi dalam jangka waktu yang lama,” kata Nacouzi. “Semakin cepat sebuah kendaraan terbang, suhu dan tekanan meningkat secara eksponensial.”
Kecepatan itulah yang kemudian diadopsi untuk rudal jelajah hipersonik dan kendaraan luncur hipersonik. Sementara rudal jelajah hipersonik dapat terbang di ketinggian hingga 100.000 kaki kendaraan hipersonik meluncur bisa terbang di atas 100.000 kaki.
Jika rudal balistik memiliki lintasan terbang yang dapat diprediksi seperti bola bisbol dan pemain tahu persis di mana menangkapnya karena jalurnya ditentukan momentum dan gravitasi. Rudal hipersonik dan manuvernya tak dapat diprediksi dan otomatis tak dapat dicegah.
“Kami saat ini tidak memiliki pertahanan yang efektif terhadap senjata hipersonik karena cara mereka terbang, mereka bermanuver dan terbang. Seluruh sistem pertahanan kami didasarkan pada asumsi bahwa Anda akan mencegat objek balistik,” kata Nacouzi.[TGU]