Ketua Umum Partai Keadilan Rakyat, Anwar Ibrahim [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Ketegangan antara Malaysia dan Singapura selepas pemerintahan Najib Razak mulai bsngkit kembali. Walau demikian, hubungan kedua negara diperkiraan akan membaik di bawah pemerintahan Perdana Menteri (PM) Mahathir Muhammad.

Soal optimisme itu disampaikan Ketua Umum Partai Keadilan Rakyat Anwar Ibrahim. Sebagaimana dikutip Channel News Asia, sejak Mahathir menjadi PM pada Mei lalu telah mengangkat beberapa isu yang menjadi hambatan hubungan kedua negara. Mahathir bahkan membatalkan kesepakatan yang telah dibuat pada masa Najib.

Salah satu kesepakatan yang dibatalkan itu adalah proyek pembangunan kereta cepat Kuala Lumpur – Singapura. Kedua negara sepakat menunda proyek tersebut untuk dua tahun ke depan.

Menanggapi hal tersebut, Anwar dalam wawancaranya pada 13 September lalu, justru menilai momentum Mahathir mengangkat isu kedua negara cukup tepat. Namun, kedua negara diharapkan harus bergerak melampaui itu. Ia mencontohkan pada masa Najib bahwa kerja sama kedua negara sangat baik, walau belum tentu isu yang dikerjasamakan itu positif.

Pasalnya, beberapa transaksi mencurigakan dan diduga ilegal. Karena itu, oposisi pada waktu itu menilai sikap Singapura pada masa Najib terlalu berlebihan. Akan tetapi, yang terpenting hari ini adalah kedua negara mencoba terlibat untuk menyelesaikan dan bergerak melampaui masalah-masalah yang ada.

“Intinya kita harus kerja sama,” kata Anwar.

Dikatakan Anwar, Malaysia ingin melihat di masa mendatang lebih banyak kerja sama atau pertukaran dengan Malaysia di bidang pemerintahan, masyarakat sipil, mahasiswa, investasi dan perdagangan. Kendati di awal pemerintahan Mahathir ada beberapa masalah yang dimiliki kedua negara.

Ia akan tetapi menekankan, semua kerja sama itu haruslah bertujuan untuk memperkuat hubungan kedua negara. Terlebih kedua negara saling membutuhkan satu dengan lainnya. Anwar juga menyinggung mengenai rencana akan maju dalam pemilihan untuk mendapatkan kursi di parlemen.

Jika terpilih kelak, ia tidak akan menyasar jabatan tertentu di pemerintahan. Ia ingin fokus untuk melakukan reformasi di parlemen. Soal keinginannya menjadi PM, Anwar tak ingin ada target waktu. Ia tidak ingin mempersoalkan itu selama Mahathir menjadi Perdana Menteri. Yang penting hubungannya dengan Mahathir adalah saling mengerti satu dengan lainnya. [KRG]