Ilustrasi: Selebaran polisi Filpina tentang WNI anggota teroris Maute/YMA

Koran Sulindo – Kapolda Sulawesi Utara (Sulut) Irjen Bambang Waskito mengatakan telah mempertebal pengamanan di Polsek terluar dekat perbatasan dengan negara Filipina. Hal itu mengantisipasi masuknya kelompok pemberontak Maute ke Indonesia

“Ada 3 Polsek terluar yaitu Polsek Miangas, Polsek Marore dan Polsek Nanusa. Kita pertebal dengan pasukan dari Brimob,” kata Bambang ketika dihubungi Koran Sulindo, Rabu (31/5).

Selain penjagaan di ketiga Polsek terluar itu, Bambang mengatakan Polair (Polisi Perairan) juga melakukan patroli di pulau-pulau yang tidak berpenghuni. Biasanya pulau tersebut menjadi tempat nelayan bersandar ketika ada gelombang besar. Dikhawatirkan nantinya kelompok pemberontak pendukung ISIS yang sudah dipukul mundur militer Filipina itu menempati pulau tersebut.

Mengenai 4 orang warga negara Indonesia (WNI) gabungan dengan kelompok Maute dan kini menjadi DPO (daftar pencarian orang), Bambang mengatakan sudah memperbanyak foto yang dikeluarkan oleh Philippine National Police (PNP).

“Kita sudah sebarkan dan memperbanyak juga di Polsek-polsek terluar itu. Mudah-mudahan kalau mencoba masuk akan kita tangkap,” ujar mantan Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dirtipideksus) Bareskrim itu.

Bambang mengatakan Polda Sulut sedang koordinasi dengan Densus 88 Antiteror untuk meminta identitas lengkap keempat DPO tersebut. Nantinya, bila tertangkap akan diserahkan kepada Mabes Polri. “Yang keluarkan DPO itu kan Filipina, nanti kita serahkan ke Mabes Polri karena sudah urusan antar negara,” tandasnya.

Philippine National Police (PNP) merilis 36 DPO pada Senin (29/5). Empat WNI yang buron yaitu Anggara Suprayogi, Yayat Hidayat Tarli, Yoki Pratama Windyarto dan Al Ikhwan Yushel. Mereka diduga kuat terlibat penyerbuan kelompok militan Maute ke Kota Marawi, Filipina.

Setelah pemberlakuan Darurat Militer, diikuti serbuan pasukan militer Filipina dan berhasil memukul mundur teroris dan menguasai kembali sebagian besar Kota Marawi serta membunuh banyak teroris. Selain itu juga menyebabkan kelompok teroris Maute yang didukung oleh FTF (Foreign Terrorist Fighter) atau teroris asing termasuk dari Indonesia sebagian melarikan diri keluar dari Kota Marawi untuk menghindari pasukan militer Filipina. [YMA]