Antartika yang kita kenal sekarang merupakan benua terdingin dan paling berangin di Bumi, dengan suhu rata-rata sepanjang tahun sekitar -57°C. Benua ini hanya memiliki dua musim, yaitu musim dingin di bulan Maret-Oktober dan musim panas di bulan Oktober-Maret. Selama musim dingin, suhu minimumnya sekitar -90°C.
Sebagian besar Antartika tertutup oleh lapisan es: medannya terdiri dari gletser, rak es, dan gunung es. Dengan suhu yang sangat dingin, pohon atau semak tidak bisa tumbuh. Keadaan ini sangat berbeda dengan apa yang terjadi 90 juta tahun yang lalu. Pada masa itu, Antartika dipenuhi hutan hujan.
Pada Februari 2017, sebuah tim peneliti internasional yang dipimpin oleh ahli geologi dari Institut Alfred Wegener untuk Penelitian Kutub dan Kelautan menemukan bahwa di Antartika terdapat tanah hutan yang terpelihara dengan sempurna dari Zaman Kapur (145-66 juta tahun lalu), serta serbuk sari dalam jumlah besar, spora tanaman, dan jaringan akar yang lebat.
Zaman Kapur (Cretaceous Period) merupakan era dinosaurus dan periode terhangat dalam 140 juta tahun terakhir. Jenis-jenis dinosaurus seperti Tyrannosaurus, Triceratops, Velociraptor, dan Spinosaurus berkeliaran di Bumi pada zaman tersebut.
Citra CT menunjukkan jaringan akar yang rapat menyebar melalui seluruh lapisan tanah di Antartika, dari tanah liat dan lanau berbutir halus. Kondisinya sangat terpelihara sehingga para peneliti dapat melihat struktur sel individual. Jejak serbuk sari dan spora yang ditemukan berasal dari berbagai tanaman vaskular, termasuk sisa-sisa pertama tanaman berbunga di garis lintang Antartika.
Tanaman vaskular adalah jenis tanaman yang memiliki jaringan pembuluh xilem dan floem. Xilem berfungsi mengangkut air dan nutrisi dari tanah, sedangkan floem mengangkut hasil fotosintesis ke seluruh tanaman. Tanaman vaskular juga memiliki akar, batang, dan daun sejati, serta strukturnya lebih kuat.
Sisa-sisa tumbuhan ini membuktikan bahwa, sekitar 90 juta tahun yang lalu, pantai Antartika Barat merupakan rumah bagi hutan hujan yang berawa, mirip dengan hutan di Pulau Selatan Selandia Baru. Antartika pada masa itu juga beriklim sedang, dengan suhu rata-rata tahunan sekitar 12 derajat Celsius. Para peneliti menduga bahwa kehangatan ini terjadi karena tidak ada lapisan es Antartika. Ketiadaan es ini disebabkan oleh konsentrasi karbon dioksida atmosfer yang sangat tinggi, sekitar 1120 hingga 1680 ppm.
Temuan itu membingungkan para peneliti. Dalam kondisi iklim seperti apa hutan hujan beriklim sedang di Antartika dapat terbentuk? Selama Zaman Kapur, benua Antartika berada di Kutub Selatan, yang berarti wilayah itu mengalami malam kutub (waktu malam lebih dari 24 jam) selama empat bulan. Dan selama sepertiga tahun, tidak ada sinar matahari, sehingga mustahil jika ada kehidupan.
Mengapa Sekarang Antartika Tertutup Es?
Pertanyaan lainnya adalah jika dulu Antartika beriklim hangat, apa yang menyebabkan iklimnya mendingin secara dramatis hingga membentuk lapisan es?
Pertanyaan ini telah terjawab. Erik Gulbranson, pakar paleoekologi dari University of Wisconsin-Milwaukee menjelaskan bagaimana hutan hujan dan iklim hangat di Antartika lenyap dan digantikan oleh lapisan es.
Menurutnya, perubahan suhu ekstrim itu kemungkinan disebabkan oleh letusan gunung berapi di Siberia yang berlangsung selama 200.000 tahun. Letusan itu melepaskan berton-ton gas rumah kaca ke atmosfer, seperti karbon dioksida dan metana, dan melenyapkan lebih dari 90 persen spesies di Bumi, termasuk hutan kutub.
Live Science lalu mencatat bahwa sisa-sisa vegetasi terakhir di Antartika menghilang sekitar 12 juta tahun yang lalu. Semenanjung Antartika pertama kali tertutup es selama periode pendinginan global yang berkepanjangan. Lapisan es yang luas di sana mulai terbentuk sekitar 38 juta tahun yang lalu, pada Zaman Eosen. [BP]