Anggota Komisi IX DPR: Prioritaskan Layanan Kesehatan untuk Corona Ketimbang Insentif Wisata

Ilustrasi/AP

Koran Sulindo – Pemerintah diminta fokus menangani pasien yang terinfeksi virus corona ketimbang sibuk memberi berbagai subsidi untuk menggairahkan industri pariwisata. Pemerintah seharusnya punya prioritas meningkatkan pelayanan kesehatan khusus untuk pasien terinfeksi corona.

“Anggaran sebaiknya difokuskan untuk mencegah penyebaran virus, penyembuhan pasien, serta langkah-langkah lanjutan untuk menekan korban terdampak virus corona,” tutur anggota Komisi IX DPR M. Nabil Haroen dalam keterangan resminya di Jakarta, Sabtu (14/3).

Gus Nabil – sapaan akrabnya – mengatakan, semua pihak harus bisa memastikan dan mengawal kebijakan pengobatan gratis bagi pasien terdampak virus corona. Soalnya, menteri kesehatan memastikan pemerintah menanggung seluruh biaya perawatan pasien yang terinfeksi virus corona.

Kebijakan itu lalu dituangkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan tentang Penetapan Infeksi Novel Coronavirus (Infeksi 2019-nCov) tahun 2020. Di situ disebut sebagai penyakit yang dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangannya.

Kebijakan ini, demikian Gus Nabil, harus dikawal agar pelaksanaannya betul-betul dirasakan warga. Jangan sampai nanti ada salah persepsi dalam pelaksanaannya. Kebijakan ini tentu saja membutuhkan anggaran tidak sedikit dan tenaga ekstra para perawat.

“Harus ada pengawalan, kalkulasi anggaran serta informasi yang jelas ke public,” tambah Gus Nabil.

Gus Nabil tak menampik bahwa akibat wabah virus corona perekonomian mengalami perlambatan. Tentu saja ini juga perlu diantisipasi. Ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga melanda negara-negara lain. Boleh dibilang ini merupakan krisis global, kata Gus Nabil.

Sebagai contoh, kata Gus Nabil, Italia dan Iran bahkan telah menetapkan lockdown karena wabah virus corona itu. Akan tetapi, jangan sampai mengambil langkah yang tidak tepat sehingga menyebabkan krisis yang lebih besar. Karena itu, insentif seperti diskon tiket pesawat dan insentif anggaran untuk pariwisata menjadi tak berguna karena wisatawan pasti menunda perjalanan.

“Insentif seperti tiket murah dan penanggulangan wabah virus corona adalah 2 hal yang berbeda. Karena itu, pemerintah perlu menimbang ulang soal insentif itu. Prioritaskan saja peningkatan pelayanan kesehatan,” kata Gus Nabil.

Di sisi lain, Gus Nabil juga mengingatkan perlu peningkatan kesadaran masyarakat agar pro-aktif mencegah penularan/penyebaran virus corona. Masyarakat yang baru saja pulang dari luar negeri terutama dari negara-negara yang terinfeksi corona tinggi sebaiknya melapor ke rumah sakit dan dirujuk untuk mendapatkan pengobatan.

“Masyarakat untuk sementara ini perlu mengurangi kegiatan-kegiatan berkumpul secara massal untuk menghindari penyebaran virus corona. Intinya kita perlu meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan, meski tidak boleh panik di tengah krisis penyakit ini,” demikian Gus Nabil.

Sebelumnya, pemerintah memberi insentif kepada industri pariwisata melalui potongan harga tiket pesawat. Potongan harga tiket itu mencapai 30% untuk ke-10 destinasi wisata. Insentif ini akan dirasakan 25% penumpang pesawat yang berlaku sejak Maret hingga Mei 2020. Anggaran pun yang digelontorkan mencapai Rp 443,39 miliar. [KRG]