Koran Sulindo – Mantan Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Anas Urbaningrum kembali bercuit soal Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Paling tidak, ini kali ketiga terpidana kasus korupsi proyek Hambalang itu bereaksi terhadap langkah politik SBY belakangan ini, terutama yang berkaitan dengan Pemilihan Gubernur DKI Jakarta.
Pagi ini Anas mengunggah kuliah Twitter dengan 10 buah status. Beda dengan sebelum-sebelumnya, kali ini Anas langsung menerakan nama SBY dalam tuitannya.
Melalui @anasurbaningrum, ia langsung menusuk dengan 3 kalimat utama ini, yang dalam berita ini disambung dan singkatan ditulis lengkap, “Saya setuju Pak SBY menyatakan, ‘jangan ada Islamophobia di negeri ini’. Hemat saya, Islamophobia tidak akan berhasil. Realitasnya, dan Indonesia tidak bisa dipisahkan. Teman-teman bertanya, apakah saya percaya pak SBY adalah pembela atau “pejuang” Islam?
Kritikan Anas itu mungkin ditujukan pada status SBY di Fanpage resminya di Facebook, @SBYudhoyono, pada Sabtu (11/2) malam lalu.
SBY menulis panjang di hari pertama masa tenang menjelang coblosan itu, antara lain, menginginkan, “Gubernur yang tidak mengekang dan membatasi kegiatan umat Islam dalam peringatan hari-hari besar Islam, dan juga aktivitas agama yang lain.”
Namun kritik Anas jelas juga menghubungkannya dengan kegaduhan terutama 5 bulan terakhir menjelang Pilkada DKI 2017 ini, yang memunculkan penggunaan agama Islam sebagai bagian dari kampanye melawan salah satu calon lain dengan isu penistaan agama.
Selanjutnya Anas menulis sulit menemukan rekam jejak SBY dalam sejarah pergerakan umat Islam di Indonesia
“Apakah pembela atau menggunakan Islam untuk menyukseskan anaknya,” tulis Anas.
Anas mengatakan kurang elok jika untuk kepentingan pilkada memperalat isu Islam.
Menurut Anas, jika memang benar memanfaatkan isu agama, maka strategi politik Ketua Umum Partai Demokrat sekarang itu, “hampir sulit dibedakan dengan strategi politik “menghalalkan segala cara”.”
Menutup tuitannya, Anas berharap agar SBY memilih jalan negarawan, madeg pandhito.
“Terkait pilkada, beri kesempatan para pemilih untuk bebas menggunakan haknya, sesuai akal budi dan nuraninya,” kata Anas. [DAS]