Koran Sulindo– Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan program Amnesti Pajak menjadi salah satu faktor penting penyumbang penerimaan pajak.
“Tax Amnesty kita sebesar Ro107 triliun menyumbangkan seluruh penerimaan ini sehingga kita masih membukukan 4,2 persen,” kata Menkeu, saat konferensi pers di Aula Djuanda I, Kementerian Keuangan, Selasa (3/01).
Menurut Menkeu, kondisi perekonomian 2016 masih diliputi ketidakpastian global, dan ekonomi dalam negeri belum sepenuhnya pulih. Namun defisit APBN tahun 2016 dapat dijaga pada batas yang aman yaitu 2,46 persen terhadap PDB (atau sebesar Rp307,7 triliun).
Realisasi sementara pendapatan negara mencapai Rp1.551,8 triliun atau 86,9 persen, sedangkan belanja negara mencapai 89,3 persen atau Rp1.859,5 triliun.
Realisasi pendapatan negara berasal dari penerimaan perpajakan sebesar Rp1.283,6 triliun (83,4 persen dari target APBNP) dan PNBP sebesar Rp262,4 triliun (107,0 persendari target APBNP).
Realisasi belanja negara terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp1.148,6 triliun (87,9 persen dari target APBNP) dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp710,9 triliun (91,6 persen dari target APBNP).
Seluruh Sektor Tumbuh Positif
Pada triwulan III-2016, seluruh sektor tercatat tumbuh positif.
Salah satu sektor yang mengalami rebound adalah sektor pertambangan, yang tumbuh positif setelah 8 triwulan mengalami kontraksi.
“Pertambangan dan penggalian sudah menunjukkan positive growth walau sangat mild yaitu 0,1 persen. Tapi kalau kita lihat dari 2015 selalu kontraksi,” kata Menkeu.
Selain itu, sektor industri pengolahan mampu tumbuh stabil, didukung oleh peningkatan investasi dan insentif dari paket kebijakan.
Sedangkan untuk sektor jasa yang terkait dengan sistem logistik seperti sektor transportasi dan pergudangan serta sektor informasi dan komunikasi tumbuh dengan baik sejalan dengan realisasi pembangunan infrastruktur dan peningkatan efisiensi logistik nasional.
“Sektor yang selama ini menjadi penyumbang ekonomi yang tinggi adalah sektor-sektor jasa, transport, pergudangan, informasi dan jasa keuangan. Ini adalah sektor yang akan terus berkembang dan punya pertumbuhan yang di atas pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Sri.
Secara regional, kawasan Jawa tumbuh stabil sejalan dengan pertumbuhan sektor industri yang sebesar 5,6 persen. Kawasan Maluku-Papua mengalami pertumbuhan paling tinggi pada triwulan ke-III 2016 sebesar 13,7 persen.
Kawasan yang berbasis komoditas tambang menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi dari Q3-2015 seperti Maluku-Papua, Kalimantan dan Sumatera.
Makro
Menurut Menkeu, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,0 persen dibanding target APBN-P sebesar 5,2 persen. Namun, angka ini relatif lebih baik dibandingkan 2015 yang tumbuh sebesar 4,8 persen.
Sedangkan inflasi mencapai 3,3 persen atau lebih rendah dibanding target yang sebesar 4,0 persen. Dengan inflasi yang terkendali, stabilitas ekonomi juga tercermin dari rata-rata nilai tukar rupiah yang menguat mencapai Rp13.307/dolar dibandingkan target APBN-P sebesar Rp13.500/dolar.
Sementara itu, suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan mencapai 5,7 persen dibanding target 5,5 persen. Sedangkan harga minyak menunjukkan realisasi USD40/barel, setara dengan target dalam APBN-P. Untuk lifting minyak bumi, realisasi mencapai 829 ribu barel/hari dari target 820 ribu barel/hari. Sedangkan lifting gas mencapai 1.184 ribu barel setara minyak/hari dibanding target 1.150 ribu barel setara minyak/hari.
“Indonesia terus melanjutkan komitmen terhadap reformasi ekonomi yang komprehensif. Pertama, reformasi struktural untuk memperbaiki iklim investasi dan menjaga daya beli masyarakat; kedua, reformasi anggaran untuk menciptakan kebijakan fiskal dan APBN yang kredibel, memberi kepastian, dan berkesinambungan; ketiga, kebijakan moneter yang akomodatif dan menjaga stabilitas,” kata Sri. [kemenkeu.go.id/DAS]