Koran Sulindo – Masyarakat Jawa Barat, terutama di Bandung, menaruh harapan besar kepada civitas academica Universitas Padjadjaran (Unpad). Bagi kebanyakan dari mereka, Unpad bukan sekadar perguruan tinggi di ibu kota Jawa Barat, tapi juga merupakan salah satu pusat keunggulan yang diharapkan dapat membangun peradaban yang lebih baik bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya khususnya, Jawa Barat dan Indonesia umumnya.

Ternyata, dalam perjalanannya, Unpad dapat dikatakan telah mampu melebihi ekspektasi masyarakat tersebut. Banyak akademisi dan mahasiswa Unpad yang memiliki prestasi di tingkat dunia. Satu dari mereka adalah Aldrin Herwany, yang makalahnya pada tahun 2008, 2009, dan 2010 mendapat penghargaan sebagai makalah terbaik di konferensi ilmiah bidang keuangan dunia, yang diselenggarakan The Institute for Business and Finance Research (IBFR). Konferensi tersebut merupakan forum ilmiah bidang keuangan paling bergengsi di dunia.

Makalah Aldrin itu otomatis dimuat di The International Journal of Business & Finance Research. Pada tahun 2010 itu, forum ilmiah tahunan tersebut diikuti oleh 502 praktisi dan akademisi yang mewakili 240 universitas, institusi, dan perusahaan dari 40 negara.

Penelitian untuk makalah tersebut dilakukan bersama Erie Febrian dan diberi judul “Depositor Sensitivity to Risk of Islamic & Conventional Bank:  Evidence From Indonesia”. Dari penelitian itu diketahui perilaku masyarakat Indonesia yang mendepositokan uangnya di bank kurang peduli dengan risiko kondisi perbankan yang terjadi.

“Masyarakat tetap menyimpan uangnya walaupun kondisi bank mereka bermasalah. Baik bunga tinggi maupun rendah, mereka akan tetap menyimpan dan perilaku semacam ini justru berbahaya. Tidak seperti di luar negeri, bila ada masalah, mereka langsung menarik uangnya,” kata Aldrin, seperti dikutip banyak media pada tahun 2010 lampau.

Aldrin Herwany dan Erie Febrian adalah pengajar dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unpad. Aldrin pada tahun 2015 dipercaya untuk menjadi Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi (ISEI) Jawa Barat, untuk periode 2015 sampai 2018. Gelar doktor ilmu ekonominya diperoleh dari International Islamic University Malaysia.

Ia memang dikenal sebagai peneliti mumpuni, terutama yang berkaitan dengan fenomena ekonomi yang terjadi di Indonesia. Banyak hasil penelitiannya dimuat di jurnal ilmiah. Karya tulis ilmiah populernya  juga kerap menghiasi media massa di Tanah Air.

“Bagi dosen, sudah menjadi salah satu tanggung jawabnya untuk melakukan riset. Banyak yang mengeluhkan masalah waktu yang sempit, dana yang kurang, dan birokrasi yang rumit. Tapi, seharusnya, hal ini jangan membuat jadi patah semangat untuk melakukan penelitian. Ini menuntut kita untuk berpikir kreatif dalam melakukan penelitian,” kata pria yang lahir tahun 1969 dan pada tahun 2011 lalu masuk dalam daftar “20 Akademisi Top Indonesia di Bawah Umur 45 Tahun” versi majalah Campus Indonesia ini.