Imam Ghozaly

Teologi dan filsafat adalah dua hal yang berdekatan, teologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama atau ilmu tentang Tuhan. Teologi meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. Sedangkan Filsafat disebut-sebut sebagai induk dari semua ilmu pengetahuan yang ada di muka bumi ini.

Maka dari itu, banyak pula orang yang menganggap bahwa filsafat adalah ilmu paling istimewa dan menduduki tempat paling tinggi di antara seluruh ilmu pengetahuan yang ada. Ada juga yang menyebut bahwa filsafat adalah ibu dari semua ilmu. Terlebih lagi, banyaknya kepercayaan bahwa filsafat hanya dapat dipahami oleh orang-orang genius saja.

Tetapi tahukah kamu bahwa ada salah satu tokoh Islam yang dikenal sebagai teolog dan filsuf yaitu Al-Ghazali.
Al-Ghazali, atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Al-Ghazali, adalah seorang ilmuwan muslim yang hidup pada abad ke-11 dan ke-12. Ia dikenal sebagai salah satu pemikir Islam paling orisinal dan berpengaruh dalam sejarah.

Al-Ghazali lahir di Thusia, sebuah kota di Khurasan, Iran, pada tahun 450 H/1058 M dan meninggal pada tahun 1111. Ia berasal dari keluarga yang sederhana dan memiliki minat yang besar terhadap ilmu pengetahuan. Al-Ghazali mulai belajar membaca dan menulis pada usia 5 tahun, dan ia telah menguasai berbagai bidang ilmu, termasuk matematika, astronomi, dan filsafat, pada usia 18 tahun.

Al-Ghazali kemudian belajar teologi Islam di bawah bimbingan gurunya, Abu Ali Al-Juwaini. Setelah menyelesaikan studinya, Al-Ghazali menjadi seorang guru besar di Madrasah Nizhamiyah, sebuah lembaga pendidikan tinggi di Baghdad.

Selama di Baghdad, Al-Ghazali mempelajari berbagai ajaran filsafat, termasuk filsafat Aristoteles dan filsafat Neoplatonis. Pengalaman ini membuatnya semakin yakin untuk membuat suatu karyanya yang terkenal yaitu Tahafut al Falasifah atau Kebingungan Para Filsuf. Isi buku tersebut adalah kritikan tajam atas pemikiran dan ide-ide para filsuf, terutama tentang filsafat metafisika dan kosmologi.

Karya Tahafut al Falasifah telah menimbulkan kontroversi yang besar di kalangan para filsuf Muslim. Namun, karya tersebut juga telah menjadi salah satu karya filosofis paling penting dalam sejarah Islam.

Al-Ghazali tidak hanya dikenal sebagai seorang teolog dan filsuf, tetapi juga sebagai seorang sufi. Ia menghabiskan beberapa tahun terakhir hidupnya untuk mendalami tasawuf. Pengalaman ini membuatnya menulis karya-karya yang sangat berpengaruh dalam perkembangan tasawuf Islam, seperti Ihya Ulumiddin dan Mishkat al Anwar.

Pemikiran-pemikiran dari Al-Ghazali tersebut telah mendapatkan pengakuan yang luas, baik dari sarjana Muslim maupun Barat. Al-Ghazali merupakan teolog Islam dan pemikir Islam yang paling orisinal yang memiliki sebutan “pembela Islam”. [Ulfa Nurfauziah]