Ilustrasi: Pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) menaiki bus Kopaja saat mendaftar ke Kantor KPUD DKI Jakarta, usai mendeklarasikan diri sebagai Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017 di kantor Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP DKI Jakarta, Senin (19/3/2012)/VIVAnews/Muhamad Solihin

Koran Sulindo – Jika ada yang meragukan kehangatan yang dimiliki mantan gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terhadap mantan atasannya, Presiden Joko Widodo, lihatlah tambahan sebanyak 9 bulan ia harus tetap bertahan mendekam dalam penjara. Hukuman yang ia jatuhkan pada dirinya sendiri, untuk menghindari semakin panasnya situasi politik menjelang kampanye pemilihan presiden April 2019 nanti.

Hampir dua pertiga dari 2 tahun masa penjara telah dilalui orang Belitung keturunan Tionghoa beragama Kristen tersebut. Seharusnya ia sudah boleh meninggalkan penjara Mako Brimob, Depok, Jawa Barat, Agustus ini.

Ahok, yang dipenjara atas tuduhan penistaan agama, memutuskan mengorbankan haknya atas pembebasan bersyarat dan menyelesaikan seluruh masa tahanannya yang dijadwalkan baru berakhir pada Mei tahun depan, sebulan setelah pilpres 2019 berakhir. Pembebasannya saat itu tidak dapat dipakai sebagai senjata politik untuk melawan Jokowi yang saat ini berada di puncak jajak pendapat.

Pada 2012, keduanya berpasangan dan memenangkan pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Saat Jokowi melepaskan jabatan sebagai gubernur untuk menjadi kepala negara, Ahok mengambil alih kursi kepemimpinan ibukota, menjadikannya etnis Tionghoa pertama dan orang Kristen kedua yang menjadi gubernur di DKI Jakarta.

Semenjak menjadi gubernur, Ahok langsung menghadapi tekanan dan perlawanan dari kelompok-kelompok Islam garis keras. Kejatuhannya dimulai saat ia berpidato di Kepulauan Seribu pada 2016 yang dipotong dan disebar di Facebook, dan menggelundung menjadi kasus penistaan agama.

Setelah itu Ahok harus menghadapi perceraian dengan istrinya setelah 20 tahun pernikahan. Kabar terbaru mengenai Ahok adalah keseriusannya mempertimbangkan sebuah tawaran untuk mengajar mengenai kebijakan umum di Universitas Harvard di Amerika Serikat.

Menurut beberapa sumber yang dekat dengan Istana, Ahok mendapatkan ucapan terima kasih dari Jokowi saat sang presiden merundingkan mengenai siapa yang akan ia pilih sebagai pasangannya dalam pilpres tahun depan. [John McBeth/Tulisan ini disadur dari Asia Times].