Ahok Kembali ke Pulau Pramuka, 4 Bulan Setelah Pidato Itu

Ilustrasi: Kampanye Ahok di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu/akun Twitter @AhokDjarot

Koran Sulindo – Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) kembali mengunjungi Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Kota Jakarta Utara, hari ini, sekitar 4 bulan setelah berpidato yang membuatnya didemonstrasi ribuan orang.

Selain ke Pulau Pramuka Ahok juga kampanye di Pulau Kelapa.

Bersama rombongan tim suksesnya, Ahok tiba di dermaga Pulau Pramuka, siang hari bolong, dan disambut pertunjukan marawis oleh penduduk setempat, sebagian besar ibu-ibu. Dalam iringan musik marawis yang lagu-lagunya kebanyakan berbahasa Arab itu, warga tak henti-henti meneriakkan namanya. “Hidup Ahok! Hidup Nomor Dua!”

Dari dermaga, Ahok berjalan kaki mengelilingi pulau, menyapa warga, diiringi marawis dan warga yang terus mengelu-elukan   .

Pidato Itu

Di pulau itulah, pada 27 September 2016, pidatonya saat melakukan kunjungan kerja kelak dianggap menistai agama. Saat itu Ahok meninjau program pemberdayaan budi daya ikan kerapu. Dalam pidatonya itu, ia mengatakan program itu akan tetap dilanjutkan meski nanti tak terpilih lagi menjadi gubernur pada pilgub Februari 2017. Namun memang selama hampir 3 tahun Ahok menjadi gubernur, hanya ada sedikit program untuk warga di kepulauan sebelah utara Jakarta.

“Kan bisa saja dalam hati kecil Bapak Ibu, nggak pilih saya karena dibohongi pakai Surat Al Maidah 51 macam-macam itu. Itu hak Bapak Ibu. Kalau Bapak Ibu merasa nggak bisa pilih karena takut masuk neraka, dibodohin, begitu, oh nggak apa-apa, karena ini panggilan pribadi Bapak Ibu,” kata Ahok.

Sekitar 10 hari setelah acara itu, pada 6 Oktober 2016,  Buni Yani mengunggah cuplikan video rekaman pidato Ahok itu di akun Facebooknya, dengan judul ‘Penistaan terhadap Agama?’. Dalam statusnya ini Buni menghapus kata ‘pakai‘, “karena dibohongi Surat Al Maidah 51” dan bukannya “karena dibohongi pakai Surat Al Maidah 51”, seperti pidato aslinya.

Karena status Buni ini, Front Pembela Islam (FPI) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Selatan melaporkan Ahok kepada polisi. Sejumlah orang dan organisasi lain menyusul.

10 Oktober, Ahok meminta maaf pada umat Islam soal ucapannya itu. Namun pada 14 Oktober, ratusan massa berbagai ormas Islam, dengan FPI sebagai aktor utama, berunjuk rasa di depan Balai Kota Jakarta. Massa menuntut Ahok segera dihukum.

Sekitar 2 minggu setelah aksi itu, Ahok mendatangi Bareskrim Mabes Polri untuk memberikan klarifikasi soal pidatonya, lengkap dengan video asli pidatonya.

Namun pada 4 November unjuk rasa terjadi diikuti sekitar 100 ribu orang. Nampak pendiri FPI, Rizieq Syihab, anggota DPR Fahri Hamzah dan Fadli Zon, ada di mobil komando yang membawa para tokoh anti-Ahok itu. Mereka menuntut dipenjarakan.

Unjuk rasa yang berlangsung tertib hingga sore berubah ricuh saat memasuki malam. Massa anggota HMI di depan Istana Merdeka terlibat bentrokan dengan polisi.

Diniharinya, Presiden Joko Widodo mengatakan ada aktor politik bermain dalam unjuk rasa berbuntut kerusuhan itu. Setelah unjuk rasa ini, Presiden Jokowi mulai melakukan safari ke markas polisi, tentara, dan lembaga agama. Pada 8 November, misalnya, ia mengunjungi Nahdlatul Ulama dan ke Muhammadiyah keesokan harinya.

Pada 10 November, Jokowi mengunjungi markas Kopassus, disusul ke berbagai satuan lain seperti Paskhas AU, Marinir, Brimob, dan Kostrad.

Pada 16 November, polisi menetapkan Ahok sebagai tersangka dalam kasus dugaan penistaan agama. Ahok menyatakan menerima keputusan polisi dan akan mengikuti proses hukum dengan keyakinan tak bersalah. Ahok juga menegaskan tidak akan mundur dari Pilkada 2017.

Menurut Ahok, videonya saat berbicara di Kepulauan Seribu itu dipotong-potong dan tidak ditampilkan secara utuh.

“Saya tidak mengatakan menghina Al Quran. Saya tidak mengatakan Al Quran bodoh. Saya katakan kepada masyarakat di Pulau Seribu kalau kalian dibodohi oleh orang-orang rasis, pengecut, menggunakan ayat suci itu untuk tidak pilih saya, ya silakan enggak usah pilih,” kata Ahok.

Ahok mengatakan, alasannya melontarkan ucapan yang menyebut Surat Al Maidah ayat 51 disebabkan ayat tersebut kerap digunakan oleh lawan politik untuk menyerangnya, hal yang sudah pernah dialaminya sejak pertama kali terjun di dunia politik pada 2003 di Belitung Timur.

Transkrip Lengkap Pidato Ahok

Gubernur DKI: Assalamu alaykum warohmatullohi wa barokatuh bapak ibu.

Hadirin: (menjawab)

Gubernur DKI:

Jadi, yang saya hormati, anggota DPR RI, dapil DKI, anggota DPRD DKI, ada pak bupati, tentu juga kepala dinas, kepala Biro, bapak-bapak dari kelautan perikanan ya? tentu, semua tokoh masyarakat yang hadir di tempat ini, tidak bisa saya sebut satu persatu. Sekali lagi selamat pagi semua. (hadirin menjawab)

Saya, kalau ke pulau seribu, saya bilang saya pasti ingat kampung saya. (tepuk tangan hadirin).

Waktu saya turun, saya lihat pak lurah, saya panggil pak kades, karena tahunya kades. nah, saya waktu jadi bupati, saya memimpikan … itu .. budidaya. karena .. sekarang manusia ini mangkin lama, mangkin banyak. kita daratan gak cukup buat piara makan manusia. bapak ibu yang kerja nelayan, yang jadi nelayan, tidak mungkin kita terus melakukan proses penangkapan ikan juga. gak ada cerita itu. seluruh dunia sudah berbicara budidaya.

Kalo tiga belas milyar sebulan dibikinin tambak, (hadirin tepuk tangan) wah, sampai bingung nyari orang. bener pak bupati. saya aja juga ngancam pak bupati. kalo bupati kerja gak bener nih, gue mau bubarin bupati di Belitung, eh, di pulau Seribu. gue jadiin camat aja di sini. ngapain piara bupati gak ada guna, ya gak? (hadirin bersorak “betul” dan tepuk tangan) gue mau bubarin. jadi pulau Seribu kita minta, tapi — DPR, ubah undang-undangnya. DKI Jakarta tidak ada kabupaten pulau Seribu. orang cuma dua puluh ribu kurang lebih, ngapain diurusin orang gak gitu banyak. ngabisin ratusan milyar. mendingan semua gue kirimin duit mentahnya ke orang pulau Seribu. daripada urusan — pejabat.

Ini pikiran-pikiran dagang aja, saya nih orang dagang, saya pikir dagang aja. sekarang anggaran berapa pulau Seribu? empat ratus M? satu trilyun? empat ratus M. empat ratus milyar setahun. orang pulau Seribu cuma dua puluh ribuan ya? dua puluh empat ribu. kalo gue bagi sepuluh juta, dua ratus empat puluh m. ya lah setahun gue kasih dua puluh juta satu orang, wa lu makmur semua luh. bubarin kabupatennya. (hadirin tertawa) tapi gak beneran lo. kita bernegara … cuma kalo dia macam-macam, gue lakuin nih. (hadirin tertawa) nah ini jadi kita saling jaga. jadi bapak ibu juga gak usah kuatir.

Ini pemilihan kan dimajuin, jadi kalo saya tidak terpilih pun bapak ibu, saya berhentinya oktober 2017. jadi kalo program ini kita jalankan dengan baik pun, bapak ibu masih sempat panen sama saya. sekalipun saya tidak terpilih jadi gubernur. jadi saya ingin ceritanya bapak ibu semangat. jadi gak usah pikiran, ah, nanti kalo gak kepilih, pasti, Ahok programnya bubar. gak, saya sampai oktober 2017.

Jadi jangan percaya sama orang, kan bisa saja dalam hati kecil bapak ibu, gak bisa pilih saya, ya — dibohongin pake surat Al Maidah surat 51 macam-macam gitu lho. Itu hak bapak ibu. Ya. Jadi kalo bapak ibu, perasaan, gak bisa pilih nih, karena saya takut masuk neraka, dibodohin gitu ya, gak papa. Karena ini kan panggilan pribadi bapak ibu. Program ini jalan saja. Ya jadi bapak ibu gak usah merasa gak enak, dalam nuraninya gak bisa pilih Ahok. Gak suka ama Ahok. Tapi programnya, gue kalo terima, gue gak enak dong ama dia, gue utang budi. Jangan. Kalo bapak ibu punya perasaan gak enak, nanti mati pelan-pelan lho kena struk. (hadirin tertawa) jadi ang.. bukan anggap. Ini semua adalah hak bapak ibu sebagai warga DKI. Kebetulan saya gubernur mempunyai program ini. Jadi tidak ada hubungannya dengan perasaan bapak ibu mau pilih siapa. Ya, saya kira itu. Kalo yang benci sama saya, jangan emosi, terus dicolok, waktu pemilihan, colok foto saya. Wah, jadi kepilih lagi saya. (hadirin tertawa) jadi kalau benci sama saya, coloknya musti berkali-kali baru batal. Pi kalo Cuma sekali, eh kepilih lagi lu gua. Saya kira itu, jadi silahkan kalo mau tanya, terima kasih.

Moderator:

Terima kasih pak gubernur. silahkan, dari bapak ibu atau rekan-rekan, mungkin ada yang mau tanya…

[Antara/edunews.id/DAS]