Ilustrasi, suasana pusat perbelanjaan Sarinah tempo dulu - Istimewa
Ilustrasi, suasana pusat perbelanjaan Sarinah tempo dulu - Istimewa

AWAL TONGGAK sejarah ritel modern di Indonesia dimulai pada tahun 1960-an. Dengan berdirinya Sarinah sebagai sebuah toserba (toko serba ada) atau dengan kata lain sebagai departemen store pertama di Indonesia. Yaitu pada 23 April 1963 di jalan M.H. Thamrin, Jakarta. 

Toserba SARINAH berkantor pusat di Gedung Sarinah, gedung khusus toko serba ada (toserba) pertama di Indonesia serta pencakar langit pertama di Jakarta, yang terletak di Jakarta Pusat.

Presiden Soekarno lah yang menggagas konsep toserba ini dengan mengadopsi dari negeri Barat dan Jepang. 

Sarinah beroperasi sejak Agustus tahun 1966 sebagai pusat perbelanjaan modern pertama di Indonesia yang menaungi usaha rakyat khususnya dibidang eceran atau ritel dan gaya hidup. 

Sarinah sendiri diambil dari nama salah satu pengasuh Presiden Soekarno di masa kecil. Sejatinya Sarinah adalah gadis pembantu keluarga orang tuanya yang memiliki jasa besar ikut membesarkan Sukarno. Sarinah adalah bagian dari rumah tangga, pengasuh yang tinggal dengan keluarga namun tidak mendapat gaji dan Sukarno kecil tidak pernah bisa lepas dari perempuan sederhana tersebut.

Bercermin pada sosok istimewa tersebut, Sarinah sebagai toko serba ada bertekad untuk terus menjalankan misinya sebagai mitra terpercaya bagi usaha kecil sekaligus duta bagi kekayaan budaya Indonesia di dunia internasional melalui produk-produk yang dikembangkan dan dipasarkannya

Perusahaan ini tepatnya didirikan pada tanggal 17 Agustus 1962 dengan nama PT Departemen Store Indonesia “Sarinah”

Kemudian pada tanggal 15 Agustus 1966, perusahaan ini mulai mengoperasikan toserba pertamanya di Gedung Sarinah di Jakarta, yang baru selesai dibangun oleh Obayashi Corporation dan Adhi Karya dengan dana pampasan perang dari Jepang. 

Pendirian Sarinah Jakarta digagas oleh Presiden Soekarno setelah berkunjung ke sejumlah negara yang lebih dulu memiliki toserba. Presiden Soekarno berharap Sarinah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dengan harga semurah-murahnya, tetapi dengan mutu yang bagus.

Keinginan Soekarno mendirikan pusat perbelanjaan yang murah ini salah satunya adalah diharapkan menjadi stimulan, mediator, dan alat distribusi ekonomi yang tengah sulit kala itu.  

Soekarno ingin mendirikan store yang menyediakan kebutuhan wanita, anak-anak, pria, dan sebagainya. Dengan segala kelengkapannya, maka Soekarno pun menyebutnya sebagai “Toko Serba Ada”.

Untuk berperan sebagai stabilisator harga, Sarinah pun menerbitkan daftar harga grosir tiap seminggu sekali. Presiden Sukarno juga meyakinkan bahwa “Sarinah akan menjadi salah satu alat penting untuk mengorganisasi sosialisme di Indonesia…” dan “jika Sarinah menjual blus dengan harga 10 rupiah, maka peritel lain tidak akan berani menjual blus yang sama dengan harga 20 rupiah”

Namun, upaya tersebut kemudian gagal, karena satu gerai saja tidak cukup untuk melakukan stabilisasi harga di seluruh Indonesia. Sarinah pun kesulitan bersaing dengan peritel lain dan akhirnya terpaksa berhutang untuk dapat melakukan ekspansi toko ke kota lain di Indonesia.

Pada tahun 1970, perusahaan ini mulai menyediakan jasa penukaran uang bagi warga negara asing yang ingin berbelanja di gerai Sarinah. Dan di awal dekade 1970-an itu juga untuk dapat bertahan, Sarinah kemudian mengalihkan fokusnya ke kerajinan tangan lokal, terutama batik. 

Kemudian di tahun 1979, nama perusahaan ini resmi diubah menjadi “PT Sarinah (Persero)”. Dan tahun 2004, sesuai peraturan dari Bank Indonesia, unit bisnis penukaran uang dari perusahaan ini pun resmi dipisah menjadi anak usaha dengan nama PT Sari Valuta Asing. 

Pada tahun 2019, perusahaan ini berekspansi ke bisnis perdagangan, dengan melakukan kegiatan ekspor, impor, dan distribusi.

Tanggal 6 Oktober 2021, Pemerintah Indonesia resmi menyerahkan mayoritas saham perusahaan ini ke Aviasi Pariwisata Indonesia, sebagai bagian dari upaya untuk membentuk holding BUMN yang bergerak di bidang aviasi dan pariwisata.

Sarinah dibuka kembali pada Senin 21 Maret 2022 usai direnovasi oleh Kementerian BUMN dan Sarinah kini tampil dengan wajah barunya. Peremajaan gedung ini tetap dengan semangat untuk mendukung brand lokal agar tak kalah bersaing dengan produk luar negeri.  [S21]