Koran Sulindo – Hujan di malam hari tidak menyurutkan masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumatera Barat, untuk datang ke Markas Polres Pessel. Begitu pertama kali yang dilihat Sulindo ketika menginjakkan kaki ke Ranah Minang, Senin (9/10).
Perjalanan dari Kota Padang menuju Kabupaten Pessel ditempuh selama dua jam. Sulindo terkejut ketika kantor kepolisian yang biasanya menjadi momok menakutkan bagi masyarakat, kini sudah berganti wajah. Sebanyak 1.600 tukang ojek, komunitas motor, pesilat, hingga ratusan pelajar berkumpul tiap hari melakukan aktivitas.
Sayangnya ketika Sulindo bersama tim dari Divisi Humas Polri, tidak semuanya dapat berkumpul, karena hujan yang tidak berhenti sejak dari pagi hari. Meskipun hujan tidak menyurutkan ratusan pelajar yang ikut polisi cilik (pocil) dan polisi remaja (Polja) melakukan kegiatan baris berbaris sejak pukul 18.00 WIB. Ada juga yang mengasah kemampuan lainnya, baik menari maupun memainkan alat musik rebana. Tak hanya orang tua yang menemani, para kepala sekolah juga turut memonitor kegiatan anak didiknya.
Kepala Sekolah Dasar (SD) 015 Painan Selatan, Muldifia Rajab menuturkan berkat pembinaan dari Polres Pessel, para murid menjadi disiplin. Baik ketika saat belajar maupun di rumah. Selain itu para anak-anak remaja yang sering balap liar, kini sudah tidak lagi.
“Malam minggu kebut-kebutan sampai jam 12 malam. Anak saya sendiri luka-luka. Generasi muda tidak acak-acakan seperti ini,” katanya kepada Sulindo.
Begitu juga dengan Forum Ojek Painan Bersatu (FOPB) yang merasakan banyak manfaat ketika dibina oleh Kapolres Pessel AKBP, Ferry Herlambang dan anak buahnya. Ketua FOPB, Yusfik TB menegaskan siap membantu Polres Pessel dalam segala kegiatan. Salah satu contoh, bila terjadi kecelakaan di wilayah Pessel yang memiliki jalan sepanjang 400 kilometer di bibir pantai, FOPB bisa memberi bantuan pertama kali kepada korban kecelakaan lalulintas. Sebab, jarak tempuh tempat kejadian perkara (TKP) dengan polsek dan polres cukup jauh.
Yusfik menuturkan, Polres Pessel memberikan bantuan pengadaan buku tabungan untuk para tukang ojek. Apabila ada yang tertimpa musibah, tidak kesulitan untuk mencari bantuan biaya.
“Mereka habis-habisan membantu kami, maaf tidak ada sama sekali pungutan liar dari mereka. Makanya kami siap mendukung Polres Pessel,” ujarnya.
Kebersamaan masyarakat bersama pihak kepolisian tidak lepas dari dukungan Bupati Pessel Hendrajoni dan sang istri Lisda Rawdha. Meskipun hujan terus mengguyur tak menyurutkan Lisda memantau kegiatan warganya. Malahan, istri Bupati itu tidak segan-segan terlibat dalam mainkan alat kerincingan saat siswi SMA berlatih musik rebana.
Rupanya dukungan Lisda kepada pihak kepolisian turun dari sang suami. Hendrajoni sebelum menjadi Bupati merupakan seorang anggota polisi berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP). Dirinya memutuskan berhenti menjadi polisi untuk mengabdi kepada masyarakat di tanah kelahirannya.
Banyak yang pesimistis bahwa Hendrajoni bisa terpilih sebagai Bupati Pessel ketika bertarung dalam Pilkada 2015. Padahal masa pensiun dari korps baju coklat itu masih 5 tahun lagi. Bahkan rekannya saat itu yang kini menjadi Deputi Pemberantasan di Badan Narkotika Nasional (BNN), Irjen Arman Depari sempat mengatakan tidak akan terpilih.
“Mindset masyarakat kepada polisi sangat buruk, jadi kalau bapak maju tidak akan bisa,” kata Hendrajoni menirukan perkataan Arman saat itu.
Setelah terpilih dan dilantik pada Januari 2016, dirinya mengatakan kepada Kapolri Jenderal Tito Karnavian akan mengubah pemikiran negatif masyarakat terhadap polisi khususnya Polres Pessel. “Saya akan berikan dukungan kepada polisi melalui dana hibah misalnya,” katanya.
Ya, kecintaan masyarakat dan dukungan Pemerintah Kabupaten Pessel itu tercipta dari jeri payah Ipda Undra Putra sejak 2009. Pria yang baru lulus dari Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa) di Sukabumi pada September lalu merupakan polisi yang kreatif dan inovatif. Bahkan pria yang memilik tubuh berotot dan berkepala plontos itu bekerja melebihi tugas pokok dan fungsinya di Satuan Lalulintas.
Dukungan serta arahan Kapolres Pessel AKBP Ferry Herlambang membuatnya lebih berbuat demi tugas sebagai anggota Polri. Kerja keras serta kegigihan dalam menjalin kerjasama dengan masyarakat dan instansi Pemkab Pessel tidak membuat ia besar kepala. Meskipun harus dilalui dengan berbagai halangan dan rintangan, namun ia terus mencoba merangkul stakeholder.
Dibantu oleh Kanit Pendidikan dan Rekayasa (Dikyasa) Satlantas, Bripka Riki Mustika dan seorang pekerja harian lepas (PHL) Dora Helmi terus melakukan pembinaan kepada masyarakat, baik dari kalangan pelajar, tukang ojek, komunitas motor, pesilat, petinju hingga majelis taklim ibu-ibu.
Banyak hasil yang ditoreh oleh Pemkab Pessel berkat pembinaan dari Undra dan rekan-rekannya di Polres Pessel. Pocil yang didik berhasil mengharumkan Kabupaten Pessel dengan meraih empat kali juara umum berturut-turut lomba Pocil tingkat Polda Sumbar. Selain itu Pesisir Selatan satu-satunya kabupaten di Sumbar yang meraih Piala Adipura tahun ini.
“Kadang-kadang polisi dianggap jahat, kantor polisi sepi dan banyak tukang ojek dipolitisasi untuk demo. Tapi sekarang mereka (tukang ojek) tidak mau demo lagi,” kata pria bertubuh kekar itu menceritakan awal dia berkeinginan mengabdikan diri kepada masyarakat di Pessel.
Saking cintanya pelajar kepada Undra sampai menuliskan surat “cinta” agar tidak meninggalkan Polres Pessel. Sebab dirinya yang baru lulus Setukpa harus pindah ke Polda Sumbar untuk penempatan baru.
Pengabdian Undra kepada masyarakat Pessel mendapat apresiasi dari Kabid Humas Polda Sumbar, Kombes Syamsi. “Dia itu oleh 1.600 tukang ojek mau urunan untuk menggaji Rp10 juta perbulan tapi Undra tidak mau,” kata Syamsi dengan bangga. [YMA]